Setiap memperingati Hari Asyuura pada 10 Muharram terdapat tradisi menyantuni anak-anak yatim piatu yang sudah berkembang puluhan tahun di Kabupaten Hulu Sungai Utara Propinsi Kalimantan Selatan yakni tradisi meminyaki rambut anak yatim dengan minyak kelapa muda.
Tradisi ini dijumpai di Kecamatan Haur Gading dan Banjang dimana masyarakat mengumpulkan anak-anak yatim disuatu tempat untuk diusap kepalanya dengan minyak kelapa oleh masyarakat yang ingin memberikan santunan.
Menurut pengasuh Panti Asuhan Nurul Fajeri di Kecamatan Haur Gading KH Abdul Maseri istilah meminyaki atau mengusap kepala ini hanya bersifat simbolik
dari aktivitas menyayangi dan menyantuni anak yatim.
"Sesuai Sunah Nabi kita memang dianjurkan untuk menyantuni anak yatim dan mengusap kepalanya sebagai wujud kasih sayang kita kepada mereka" Ujar Abdul Maseri di sela kunjungan Bupati Hulu Sungai Utara (HSU) di panti asuhannya yang menggelar acara ini.
Dijelaskannya, sebelum mengusap kepala anak yatim, warga diminta santunan seikhlasnya kepada pihak panitia yang mana uang hasil santunan yang terkumpul
akan dibagikan secara merata kepada seluruh anak yatim.
Kepala bagian Kesra Setda HSU Hamdani yang menyertai rombongan bupati mengunjungi kegiatan meminyaki anak yatim, Kamis mengatakan Peringatan Hari Asyyura diKabupaten HSU tidak sama dengan peringatan Assyura Golongan Syiah di belahan negara Islam lainnya.
"Mungkin asal mulanya dari Syiah namun dalam perkembangannya Umat islam di HSU yang mayoritas beraliran Ahlus Sunah Wal Jama'ah mengisi peringatan ini
dengan mengamalkan ajaran Islam seperti menyantuni anak yatim dan amalan lainnya" terang Hamdani.
Sementara Bupati HSU Drs H Abdul Wahid berharap Tradisi meminyaki rambut anak yatim ini tetap di jaga dan dilestarikan karena tujuannya yang mulia untuk
mendorong masyarakat, khususnya Umat islam lebih memperhatikan dan menyantuni anak yatim.
Wahid juga mengajak masyarakat meningkatkan kegiatan amal ibadah di Bulan Muharram ini, diantaranya dengan melaksanakan puasa sunah, tadarus AlQur'an
memperbanyak sedekah dan menyantuni anak yatim.
"Namun menyantuni anak yatim jangan hanya pada Hari Asyyura tapi untuk seterusnya agar kita tidak tergolong orang yang mendustakan agama" kata Wahid.
Menyitir salah satu surah dalam Al Qur'an, Wahid menyampaikan bahwa termasuk orang mendustakan agama adalah yang menghardik anak yatim dalam artian tidak
menyantuni dan tidak menganjurkan memberi makan fakir miskin.
Bupati gembira melihat antusiasi masyarakat yang datang ke acara meminyaki kepala anak yatim dan memberikan santunan berupa uang atau barang.
Wahid mengunjungi dan turut memberikan santunan uang saku kepada total sebanyak 150 anak yatim di empat desa yakni Desa Keramat, Jingah Bujur, Palimbang Sari
dan Banjang.
Wahid mengatakan bahwa bantuan Pemda untuk seluruh Panti Asuhan di HSU tetap dilakukan melalui Bagian Kesra asalkan pihak pengelola panti mengajukan
proposal mohon bantuan sebelum tahun anggaran berikutnya.
Tradisi Meminyaki Rambut Yatim di HSU
Minggu, 17 November 2013 19:01 WIB