Banjarbaru (ANTARA) - Universitas Lambung Mangkurat (ULM) mendorong pemanfaatan potensi unggulan lahan basah sesuai kearifan lokal, sehingga tetap berpegang pada prinsip pengelolaan berkelanjutan.
"Kami terus mengedukasi masyarakat agar memanfaatkan potensi unggulan lahan basah dengan eksploitasi yang ramah lingkungan," terang Sekretaris Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ULM Dr Leila Ariyani Sofia di Banjarmasin, Selasa (19/11).
Menurut Leila, lahan basah merupakan sumberdaya daratan yang telah lama dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia baik dalam kegiatan produksi maupun sumber mata pencaharian. Bahkan karakteristik lahan basah membentuk adat budaya yang khas bagi kelompok masyarakat yang hidup di sekitarnya.
Namun, ungkap Leila, eksploitasi besar-besaran untuk tujuan ekonomi jangka pendek tanpa mempertimbangkan kerugian jangka panjang yang akan terjadi kerap menjadi fenomena tersendiri yang mengancam alih fungsi lahan basah.
"Kita harus memastikan fungsi lahan basah seperti rawa gambut tidak berubah walau pun sudah bersalin menjadi perkebunan, hutan tanaman industri atau lahan pertanian," jelas dosen Program Studi Agrobisnis Perikanan Fakultas Perikanan dan Kelautan ULM ini.
Apa itu lahan basah? Menurut konvensi Ramsar yaitu perjanjian internasional untuk konservasi dan pemanfaatan lahan basah secara berkelanjutan di Iran pada 2 Februari 1971, lahan basah cakupannya area rawa, gambut atau air baik alami atau buatan, permanen atau sementara dengan air statis atau mengalir, segar, payau atau asin, termasuk area air laut dengan kedalaman saat surut tidak melebihi enam meter.
Dalam lima tahun terakhir, antara 2015-2019 ada 1.685 penelitian dosen ULM tercatat di LPPM sebagian besar dengan background lahan basah.
Untuk meningkatkan jumlah penelitian lahan basah, maka komitmen LPPM yang kini dipimpin Prof Dr Ir H Danang Biyatmoko dengan inisiasi Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan, Kerja Sama, dan Hubungan Masyarakat ULM Prof Dr Ir H Yudi Firmanul ArifiArifin mulai tahun 2019 menerima usulan 300 judul penelitian PNBP untuk pendanaan tahun 2020 dengan tema lingkungan lahan basah guna mewujudkan visi ULM menjadi universitas yang unggul dan berdaya saing di bidang lingkungan lahan basah serta target kinerja RIP ULM menjadi pusat unggulan lahan basah di Asia pada tahun 2027.
Dimana pada tahun tersebut ditargetkan sudah terdapat minimal 2100 luaran penelitian PNBP khususnya tema lahan basah yang akan menjadi indikator atau justifikasi keseriusan ULM menjadi barometer pusat unggulan lahan basah.
Salah satu yang telah dilakukan ULM, yakni memanfaatkan lahan rawa tidur di Desa Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala (lokasi puncak peringatan Hari Pangan Sedunia 2018). Lahan seluas 4 hektar dengan konsep pengelolaan air terkontrol, sehingga mampu menghasilkan beberapa tanaman pangan termasuk padi dengan panen mencapai 7,34 GKP. Program ini dinamakan SIUTI (Sistem Integrasi Unit Tani Intensif), dilaksanakan oleh peneliti di Fakultas Pertanian ULM.
Leila sendiri sudah beberapa kali melakukan penelitian terkait pemanfaatan lahan basah bidang sosial ekonomi perikanan seperti kajian usaha kolam ikan tradisional "beje" yaitu kolam penangkap ikan yang airnya dari sungai. Ikan masuk ke beje beserta aliran sungai yang menandai saat kemarau tiba.
Lulusan S3 Ilmu Pertanian/PSDAL Universitas Brawijaya dengan disertasi Model Ekonomi Rumah Tangga Pembudidaya Ikan Patin di Kawasan Minapolitan Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan ini juga pernah meneliti Model Ekonomi Pemanfatan Sumberdaya Ikan Gabus: Analisis Produksi Perikanan Tangkap di Kabupaten Banjar serta penelitian berjudul Model Pengembangan Ekowisata Hutan Mangrove di Kabupaten Tanah Bumbu.