Barabai (ANTARA) - Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar), Wahyudi Rahmad mengakui, pengembangan wisata di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) saat ini belum maksimal karena terkendala berbagai hal.
"Selain jatah anggaran yang minim, promosi secara masif ke berbagai daerah dan tempat-tempat strategis juga belum intensif dilakukan," kata Wahyudi yang didampingi Kabid Pariwisata M Fakhrurrazi di Barabai, Selasa (15/10).
Baca juga: Bupati HST buka secara resmi Pekan Muharram PAI III
Sebagai wilayah strategis, Kabupaten HST akan menjadi jalur Ibu Kota dan satu-satunya Kabupaten di Kalsel yang punya potensi melimpah SDA batu-bara, namun belum diekploitasi oleh perusahaan tambang karena adanya penolakan yang dilakukan sejumlah elemen masyarakat melalui gerakan Save Meratus.
Salah satu upaya menangkal masuk pertambangan itu adalah melalui pengembangan objek wisata alam yang sudah ada maupun mengeksplor potensi-potensi wisata baru khususnya di wilayah pegunungan.
Baca juga: Staf Ahli Bupati lepas kontingen TKRD PMI HST
Dengan geliat wisata yang meningkat, orang-orang dari berbagai daerah pun menjadi ramai berkunjung ke Kabupaten HST, dan ekonomi masyarakat akan meningkat, tidak lagi memikirkan menjual tanah kepada para pengusaha tambang.
"Berbagai hal memang telah kita lakukan di tahun ini dalam mendukung kepariwisataan di HST, salah satunya adalah telah disetujui oleh DPRD, pembuatan Perda tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan (RIPPARDA) periode 2019-2034," kata Kepala Disporapar HST.
Baca juga: Sembilan wisata alam kekinian di HST yang menarik dikunjungi bersama keluarga
Diterangkannya, dengan RIPPARDA itu, pihaknya akan lebih fokus pada pengembangan wisata alam sesuai dengan potensi alam yang dimiliki. Sehingga pembangunan kepariwisataan, daerah akan lebih terarah sesuai dengan potensi alam yang kita miliki.
"Selain promosi melalui festival di berbagai daerah, kami juga melakukan eksplor potensi objek wisata untuk dijadikan wisata baru. Diantaranya air terjun tumaung di Hinas Kiri, air terjun rampah piruang di Hantakan, wisata religi Ponpes Al Muhajirin Pemangkih Seberang dan Gua Kudahaya di Desa Cukan Lipai," kata Wahyudi Rahmad.
Baca juga: Promosi wisata di Kabupaten HST harus lebih intensif
Pihaknya juga akan menghidupkan kembali Kelompok sadar wisata (Pokdarwis) dan mengusulkan pembentukan tim percepatan pembangunan kepariwisataan yang melibatkan semua sektor dinas terkait.
"Jadi semua pihak harus terlibat dalam percepatan pembangunan kepariwisataan ini, karena kita harus siap dengan berbagai fasilitas dan prasarana pendukung jika ingin pariwisata kita maju," katanya.
Baca juga: Video - Objek wisata Pagat Batu Benawa kalah bersaing
Pihaknya juga mewacanakan akan menyiapkan tempat pusat informasi kepariwisataan di bekas kantor PTSP atau gedung musabaqoh. Tujuannya untuk memudahkan para wisatawan mencari info tentang pariwisata yang ada di HST.
Terkait tiga objek wisata yang dikelola Pemerintah yaitu Pagat Batu Benawa, Loglaga Ria dan wisata Air Panas di Kecamatan Hantakan, diakuinya memang saat ini kalah bersaing dengan wisata yang dikelola oleh masyarakat.
Baca juga: Berikut meriahnya Parisj Van Borneo Festival di kota Barabai
"Memang kita belum ada action untuk ke arah pengembangan tiga objek wisata itu, namun akan mencoba mencari kelebihan dan potensi yang menarik pembeda selain alamnya," kata mantan Camat LAU itu.
Kepala Dinas yang suka naik gunung itu mengungkapkan, seperti objek wisata Pagat, walaupun tanpa anggaran, pihaknya akan mencoba menyuguhkan taman bunga dan pembibitan tanaman yang dilengkapi Komposter atau pengolahan sampah dari sisa-sisa daun kering di sekitar lokasi.
"Hal ini memang perlu kerja keras dan juga dukungan semua pihak, tidak bisa instan langsung jadi tahun ini," kata pria yang juga pernah menjabat sebagai Kabag Pemerintahan itu.
Baca juga: HST bangun gedung olahraga senilai Rp13 miliar lebih
Baca juga: 86 Calon Tamtama terdaftar di Kodim Barabai, 16 diantaranya mengundurkan diri
Baca juga: Inilah tim yang akan menangani orang gila di HST