Amuntai, (Antaranes Kalsel) - Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Amuntai sudah terbiasa dalam tekanan belajar dan kemandirian sehingga para guru cukup memberikan latihan soal pada kegiatan les menghadapi Ujian Nasional.
Kepala SMKN 1 Amuntai Falak Suryadi menyatakan, siswanya sudah terbiasa mandiri dalam menghadapi setiap ujian tertulis dan praktek di sekolah, tes magang dan sebagainya, sehingga menghadapi UN bagi siswa biasa saja.
"Umumnya siswa kita pasrah saja, no problem karena mereka sudah terbiasa mandiri menghadapi ujian dan mengerjakan soal-soal," kata Falak.
Karena itu, Falak mengakui sempat terkejut katika hasil try out pertama, ketidaklulusan siswanya mencapai 90 persen.
Padahal, katanya Maret kemaren, siswa SMK sudah menjalani ujian praktik di bidang otomotif, tata boga, kendaraan roda dua dan arsitektur dan rata-rata lulus dengan nilai di atas 70 persen, sehingga untuk materi soal ujian nasional tersisa teorinya saja
Namun dari hasil try out pertama di tingkat propinsi, ketidaklulusan siswa diakuinya mencapai 90 persen, sehingga para guru secepatnya melakukan introspeksi dan perbaikan.
"Alhamdulillah setelah dilakukan try out kedua, kelulusan hampir mencapai 100 persen dengan rata-rata nilai diatas 70 untuk semua mata pelajaran" imbuhnya
Peningkatan hasil try out yang kedua ini, kata Falak menunjukan metode yang diterapkan para guru melalui pemberian les dan lainnya sudah sesuai dengan kondisi dan kemampuan siswa.
Mata pelajaran yang paling lemah dikuasai siswa SMKN 1 Amuntai adalah mata pelajaran Bahasa Inggris, sedang tertinggi mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Falak mengaku sudah memiliki bahan acuan untuk les siswanya yakni diambil dari bahan standar kelulusan (SKL) berisi materi yang kemungkinan besar akan masuk dalam materi soal UN.
"Jadi kita fokus ke materi soal yang termuat dalam SKL tersbut karena bersumber dari pedoman resmi dari Kementerian Pendidikan" tegasnya.
Untuk kegiatan les, jadwal pelaksanaannya terpaksa yang biasanya dilaksakan saat sore hari, kini dipindahkan saat jam mtam pelajaran di pagi hari.
Hal ini, kata Falak dikarenakan masih dijumpai siswa yang malas masuk mengikuti kegiatan les sore hari, meski sudah dilakukan himbauan , motivasi dan sebagainya.
"Kita memahami hal itu mungkin karena sebagian siswa ada kesibukan lain, sehingga kita alihkan jadwalnya pada pagi hari bertepatan dengan jam pelajaran sekolah sehingga semua siswa bisa berhadir," jelas Falak.
Selain itu karena sebagian mata pelajaran dan praktek memang sudah dilaksanakan ujian, sehingga terdapat jam mata pelajaran kosong yang bisa dimanfaatkan para guru untuk memberikan les dan pengayaan.
Ia mengakui untuk mempersiapkan siswa SMK menghadapi UN tidak bisa ikut mengandalkan lembaga-lembaga kursus, dan diklat yang saat ini cukup banyak bertebaran di Kota Amuntai dan sekitarnya.
Karena pada umumnya, lembaga-lembaga kursus dan diklat tersebut berorientasi pada mata pelajaran umum yang biasa diterapkan di SMA dan Madrasyah Aliyah, sedang untuk SMK sangat berbeda materi mata pelajarannya.
"Bahkan untuk materi mata pelajaran matematika antara jurusan tata boga dengan jurusan otomotof misalnya sangat berbeda materinya" tutur Falak.
Sehingga untuk materi les, pihak guru lebih mengacu pada soal-soal UN tahun lalu, disamping bahan-bahan soal dari SKL dan internet.