Banjarmasin (ANTARA) - Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Bid Dokkes) Polda Kalimantan Selatan mendorong seluruh poliklinik Polri di jajarannya yang berjumlah 17 buah terakreditasi.
Kabid Dokkes Polda Kalsel Kombes Pol dr Erwinn Zainul Hakim di Bnajarmasin, Rabu mengakui, akreditasi fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) jadi fokusnya saat ini, mengingat per 1 Januari 2021, semua poliklinik harus terakreditasi jika tak ingin izin operasionalnya dicabut.
"Saya targetkan di awal 2020 semua sudah terakreditasi poliklinik di 13 Polres, ditambah Polda, Ditpolairud, Brimob dan SPN. Jadi permasalahan perizinan dan sebagainya tidak terjadi lagi," terang Erwin.
Hal itu disampaikannya kepada wartawan di sela Rakernis fungsi Dokkes sekaligus workshop akreditasi FKTP dan workshop odontologi jajaran Polda Kalsel tahun 2019 di Treepark Hotel.
Erwin mengungkapkan, sejumlah kendala selama ini untuk memenuhi persyaratan akreditasi dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel itu, di antaranya farmasi dan tenaga kesehatan.
"Contoh setiap FKTP ada farmasi rasanya tidak mungkin bisa kita penuhi. Kedua tenaga kesehatan dokter dan dokter gigi. Untuk itu, kita kerja sama beberapa pihak sehingga syarat itu terpenuhi," bebernya.Terkait tenaga kesehatan di Polda Kalsel dan jajaran, diakui Erwin masih belum terpenuhi semua, terutama untuk Polres-Polres. Untuk itu, dia berharap setiap tahunnya ada penerimaan Bintara kesehatan guna mengisi kekosongan tersebut.
Selain itu, Erwin juga menginginkan di Polres ada tim Disaster Victim Investigation (DVI) guna mengantisipasi penangann bencana dan segala macam, sehingga begitu ada kejadian Polres jauh lebih tanggap.
Kemudian hal kedua yang juga jadi pembahasan dalam Rakernis selama dua hari itu, yakni pelatihan tenaga non paramedis untuk pembuatan Odontogram.
Dimana diharapkan Erwin seluruh masyarakat di KTP atau SIM ada rumus Odontogram, layaknya rumus sidik jari, tapi khusus gigi dengan harapan apabila ada musibah atau bencana yang tertinggal hanya giginya untuk proses identifikasi lebih cepat dan murah meriah.
"Karena kalau masih ada tangannya gampang. Ada beberapa kasus pengambilan sampel DNA susah, sementara gigi relatif bertahan terakhir. Alhamdulilah di Kalsel tidak ada bencana menonjol, jadi kita bisa mengirim tenaga DVI apabila ada di tempat lain yang membutuhkan," paparnya didampingi Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Hoegeng Imam Santoso Banjarmasin AKBP dr Bambang Pitoyo.
Pada pembukaan rakernis, Bid Dokkes juga mengundang perwakilan BPJS Kesehatan, Forensik Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin dan dihadiri pula Kepala Cabang PT Jasa Raharja Kalsel M Zulham Pane.