Banjarmasin (ANTARA) - Muhammad Ary seorang warga Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, atau warga Kompleks Kayu Tangi menyerahkan secara sukarela sepasang burung Peragam, sejenis burung yang terbilang langka, kepada pengelola Taman Satwa di kawasan Jahri Saleh, Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin, dan berharap burung tersebut bisa dilestarikan dan dikembangbiakan di lokasi tersebut.
Penyerahan burung yang dulu populasinya sangat banyak tersebut, dilakukan di Taman Satwa Banjarmasin dan diterima pengelola lokasi pelestarian sekaligus lokasi wisata tersebut pak Muis, Taman Satwa Banjarmasin, satuan tugas yang berada dibawah Dinas Pertanisn Pemko Banjarmasin
Pergam Hijau (ducula aenea), atau disebut juga Peragam, salah satu spesies burung famili columbidae yg tersebar di beberapa kawasan, diantaranya di Kalimantan.
Sejak senapang angin beredar luas dimasyarakat burung yang tubuhnya sebesar burung merpati ini sudah sulit ditemukan dihabitatnya.
"Sepasang burung ini kami beli dari pasar burung, hari ini diserahkan kepada pak Muis Pengelola Taman Satwa Banjarmasin untuk memperkaya koleksi Taman Satwa dengan harapan atau mudah"an bisa hidup lebih lama atau mungkin berkembang biak sebagaimana merpati yg sekarang menjadi teman" " kata Mohammad Ary yang dikenal juga sebagai penggiat Forum Komunitas Hijau (FKH) Banjarmasin tersebut.
Menurut Muhammad Ary yang pegiat lingkungan merasa perlu menyelamatkan dan berharap burung ini dapat memperkaya pengetahuan dan pemahaman siswa yang berkunjung ke sini tentang keanekaragaman hayati banua banjar. FKH juga berharap agar Taman Satwa ini dikembangkan menjadi wahana wisata edukasi pengenalan dan budidaya satwa tertentu yang berorientasi konservasi
Berdasarkan catatan, burung peragam tersebut jenis burung yang paling banyak diburu oleh penembak liar, karena jenis burung ini selain memang agak besar , konon rasa dagingnya sangat enak lebih enak ketimbang rasa ayam kampung.
Akibat rasanya yang enak tersebut maka burung ini menjadi pilihan untuk diburu melalui senapan angin akibatnya populasinya terus menurut, apalagi burung ini menyukai makanan buah-buahan sehingga banyak hidup di kawasan perkampungan dan perkebunan hingga mudah menjadi objek buruan.
Kebiasaan burung ini sering hinggap di pohon kalangkala, karena buah kalangkala yang merah atau yang masak menjadi kesukaan burung ini, sehingga biasanya jika musim kalangkala banyak pemburu menunggu di bawah pohon untuk selanjutnya ditembak dan jatuh lalu di masak sebagai makanan lezat. Akibat kebiasaan ini maka burung ini sangat langka dan jika tidak diselamatkan dikhawatirkan akan punah.