Banjarmasin (ANTARA) - Khatib: Menurutkan hawan nafsu merusak tatanan hidup
Khatib shalat Idul Fitri 1 Syawal 1440 Hijriyah dimasjid tertua di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu masjid Sultan Suriansyah mengatakan jika manusia menurtkan bisikan hawa nafsunya maka akan merusak tatanan diberbagai bidang kehidupan di permukaan bumi.
"Ketika manusia menurutkan hawa nafsunnya maka rusaklah hubungan dengan Allah SWT, hubungan suami isteri, hubungan dengan tetangga dan lain-lain," kata KH Rasyid Ridho di Banjarmasin, Rabu, 5 Juni 2019.
Menurutnuya pun begitu kehidupan sosial lainnya akan kacau dan karena buasnya nawa hafsu yang diperturutkan dari bisikan syaitan dan kroninya yang tak rela melihat anak cucu Adam menjalankan perintah Allah SWT.
Namunn begitu Ramadhan telah membentuk manusia beriman untuk siap menghadapi goodan nafsu, karena selama berpuasa 30 hari telah diajarkan bagaimanan kita melawan kehendak ego masing-masing.
Berpuasa yang telah kita laksanakan mengajarkan kita tidak makan dan minum padahal itu adalah hak kita dan halal, tetapi saat puasa semua menjadi terlarang, lanjut putra almarhum KH Guru Bakri tersebut.
Ustad muda yang juga mengisi majelis ta'lim di masjid Sabilal Muhtadien Banjarmasin itu menambahkan puasa adalah kawah candra dimuka intuk menggodok manusia beriman untuk siap menghadapi haru biru nafsu selama 11 tahu akan datang.
Dari pantaun sejak sekitar pukul 06:00 kamum muslimin laki-laki dan perempuan serta anak dengan busana didominasi putih sudah mulai berdatangan ke masjid Sultan Suriansyah mengisi shaf awal di ruang induk hingga meluber ke luar ruangan, dan sisi kiri-kanan penuh dengan jamaah.
Masjid Sultan Suriansyah sebagai masjid tertua di Kalimantan Selatan memiliki sejarah yang panjang. Rumah ibadah tersebut dibangun pada masa pemerintahan Raja Banjar pertama yang memeluk agama Islam 1526-1550, yaitu Sultan Suriansyah.
Ukuran bangunan masjid sekitar 15x17 meter, dengan luas areanya 30x25 meter. Kayu ulin digunakan untuk membangun masjid ini. Hingga kini, setelah renovansi pun penggunaan kayu ulin untuk bangunan masjid masih dipertahankan.
Dibuat bergaya khas Banjar dengan konstruksi rumah panggung, namun ikut dipengaruhi juga dengan pola Masjid Agung Demak, yang dibawa bersamaan seiring masuknya agama Islam ke Banjarmasin oleh Khatib Dayan.
Bagian atapnya bergaya tumpang, di ruangan utamanya di depan mihrab terdapat empat tiang utama yang disebut tiang guru. Tiang-tiang tersebut juga terbuat dari kayu ulin.
Masjid yang usianya lebih dari 400 tahun itu pun berhias kaligrafi di berbagai sisi dindingnya. Ada pula ukiran khas Banjar seperti manggis, bunga dan nanas.
Bagian dalam masjid juga makin cantik dengan chandelier yang menggantung di atapnya. Untuk lantainya, saat itu tengah berlapis karpet merah yang nyaman.
Buat Muslim yang berkunjung bisa sekaligus beribadah di sini. Jika ingin memotret berbagai sisinya pun boleh. Tapi tentunya harus tetap menjaga kesopanan dan menghormati orang yang sedang beribadah.
Khatib: Menurutkan hawan nafsu merusak tatanan hidup
Rabu, 5 Juni 2019 9:21 WIB
Ketika manusia menurutkan hawa nafsunnya maka rusaklah hubungan dengan Allah SWT, hubungan suami isteri, hubungan dengan tetangga dan lain-lain