Puyang, pemuda kelahiran Puruk Cahu, pedalaman Sungai Barito Kalimantan Tengah (Kalteng) mempromosikan seni dan budaya Dayak sebagai salah satu objek wisata Indonesia.
Laki-laki berusia 26 tahun itu mempromosikan objek wisata seni dan budaya tersebut melalui tarian sebagaimana dia suguhkan di ruang tunggu keberangkatan pada Bandara Sjamsudin Noor Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel), Kamis.
Anak muda yang juga sebagai guru pada Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 35 Banjarmasin itu tampak tidak ragu dan malu mempertunjukan tarian Dayak, penduduk asli Kalimantan atau pulau terbesar di Indonesia.
Namun dalam mempertunjukan tarian Dayak tersebut, banyak penikmat (yang menyaksikan) memberi uang secara sukarela atau keikhlasan.
Apalagi mereka yang berfoto bersama dengan menggunakan tutup kepala khas budaya Dayak, memberi uang paling sedikit Rp25.000.
Sementara mereka atau calon penumpang yang berfoto bersama dengan laki-laki penari Dayak tersebut paling sedikit dua orang, bahkan sampai lima hingga sepuluh orang.
Hanya saja pertunjukan tarian Dayak di Bandara Sjamsudin Noor di wilayah Kota Banjarbaru (sekitar 27 kilometer utara Banjarmasin) oleh guru pengasuh mata pelajaran kebudayaannya pada SMPN 35 Banjarmasin itu, bukan setiap hari.
Laki-laki yang menyunting perempuan Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalsel itu mempertunjukan tarian Dayak di Bandara Sjamsudin Noor hanya saat tidak bertugas di SPMN 35 Banjarmasin.
Sejumlah calon penumpang pesawat udara yang berada di ruang tunggu keberangkatan Bandara Sjamsudin Noor tersebut mengapresiasi karena dengan kemauan sendiri mempertunjukan tarian Dayak, satu objek wisata bidang seni budaya.
"Saya kira jarang orang yang mau menari atau mempromosikan seni budaya Dayak yang menjadi salah satu objek wisata Kalsel atau Kalimantan pada umumnya, tanpa ada kejelasan imbalan/pendapatan," ujar Syamsuddin (71), warga Banjarmasin.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Laki-laki berusia 26 tahun itu mempromosikan objek wisata seni dan budaya tersebut melalui tarian sebagaimana dia suguhkan di ruang tunggu keberangkatan pada Bandara Sjamsudin Noor Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel), Kamis.
Anak muda yang juga sebagai guru pada Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 35 Banjarmasin itu tampak tidak ragu dan malu mempertunjukan tarian Dayak, penduduk asli Kalimantan atau pulau terbesar di Indonesia.
Namun dalam mempertunjukan tarian Dayak tersebut, banyak penikmat (yang menyaksikan) memberi uang secara sukarela atau keikhlasan.
Apalagi mereka yang berfoto bersama dengan menggunakan tutup kepala khas budaya Dayak, memberi uang paling sedikit Rp25.000.
Sementara mereka atau calon penumpang yang berfoto bersama dengan laki-laki penari Dayak tersebut paling sedikit dua orang, bahkan sampai lima hingga sepuluh orang.
Hanya saja pertunjukan tarian Dayak di Bandara Sjamsudin Noor di wilayah Kota Banjarbaru (sekitar 27 kilometer utara Banjarmasin) oleh guru pengasuh mata pelajaran kebudayaannya pada SMPN 35 Banjarmasin itu, bukan setiap hari.
Laki-laki yang menyunting perempuan Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalsel itu mempertunjukan tarian Dayak di Bandara Sjamsudin Noor hanya saat tidak bertugas di SPMN 35 Banjarmasin.
Sejumlah calon penumpang pesawat udara yang berada di ruang tunggu keberangkatan Bandara Sjamsudin Noor tersebut mengapresiasi karena dengan kemauan sendiri mempertunjukan tarian Dayak, satu objek wisata bidang seni budaya.
"Saya kira jarang orang yang mau menari atau mempromosikan seni budaya Dayak yang menjadi salah satu objek wisata Kalsel atau Kalimantan pada umumnya, tanpa ada kejelasan imbalan/pendapatan," ujar Syamsuddin (71), warga Banjarmasin.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019