Kandangan, (Antara Kalsel) - Kondisi Danau Bangkau di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS)  yang akhir-akhir ini  tidak aman dan kondusif bagi warga untuk mencari ikan karena konflik dengan para penyetrum, mengundang keprihatinan banyak pihak termasuk anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)  HSS.

Ketua Komisi I DPRD HSS, Rahmat Riadi, di Kandangan, Senin (31/7), mengatakan, keprihatinan  ini berdasar  karena Danau Bangkau merupakan wahana mata pencaharian warga sekitar di beberapa kecamatan di Kabupaten HSS, jadi merasa terancam dengan hadirnya para penyetrum yang makin meresahkan.

"Beberapa warga di sekitar Danau Bangkau, bahkan tidak bisa mengambil jala dan peralatan menjaring ikan mereka karena khawatir akan keselamatan diri, padahal jala dan perangkap ikan tradisional tersebut sudah dipasang berhari-hari,"katanya.

Rahmad menjelaskan persoalan penyetruman ikan di Danau Bangkau seperti jadi masalah klasik, di mana konflik horizontal yang terjadi dikarenakan penangkapan ikan secara melawan hukum oleh kelompok penyetrum selain merusak ekosistem rawa yang kaya potensi ikannya juga mengancam nelayan setempat yang masih menggunakan peralatan tradisional.

Menurut dia, setiap tahun terus terjadi konflik di Danau Bangkau apalagi puncak musim kemarau di bulan Oktober pasti ada saja kejadian, dia mengharapkan pihak berwajib dapat bertindak tegas pada para penyetrum untuk memberikan efek jera  dan tidak ada lagi kejadian yang memakan korban jiwa, saat ditemui usai sidang Paripurna DPRD HSS, Senin (31/7).

"Disamping juga dilakukan pembinaan dan pengawasan bersama dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab)  tetangga termasuk dari Hulu Sungai Tengah (HST)  karena sudah ada kesepakatan terkait antisipasi penyetruman di tahun 2014 antara Pemkab HSS dan HST namun realisasi di lapangan tidak terlaksana baik,"katanya.

Kepala Dinas Perikanan HSS, Saidinor, mengatakan kondisi masyarakat di sekitar Danau Bangkau sudah mulai tenang, Minggu (31/7) kemarin dari jam 09.00 Wita hingga jam 12.00 Wita dikawal  aparat baik dari Polres HSS, TNI, Polairud dan Satpol PP, dapat mengambil peralatan penangkap tradisional yang sebelumnya tidak bisa diambil karena ulah para penyetrum.

Menurut dia, peralatan penangkap ikan warga seperti tempirai, hancau dan ringgi bisa dibawa pulang para nelayan dengan menggunakan 20 puluh buah kapal kecil dengan pengawalan aparat, walaupun ada sebagian yang hilang dan rusak, begitupun ikan hasil tangkapan tidak segar karena terjaring berhari-hari ada yang mati.

"Kami tetap menyampaikan himbauan agar warga tidak turun malam ke Danau Bangkau untuk mencari ikan karena masih tidak aman, mencari ikan diperbolehkan pada lokasi yang dekat dengan perkampungan  dan jangan sampai ke Danau Bangkau,"katanya.

Himbauan untuk tidak turun ke danau, dijelaskan dia karena memang telah terjadi penyerangan oleh para penyetrum pada Selasa malam (26/7) jam 21.30 wita terhadap kapal warga yang juga dikawal para aparat saat akan mengambil alat tangkap.

Tidak ada korban jiwa dalam insiden ini tapi salah satu kapal speedboat milik Dinas Perikanan HSS rusak dan retak pada bagian mesin karena ditabrak dan dilempar  tombak dari kelompok penyetrum sehingga niat untuk mengambil peralatan tangkap warga urung dilakukan demi keselamatan warga.

Dijelaskan dia, besok Kamis (3/9), pihak dia akan mengadakan rapat dengan tim koordinasi dari unsur Pemkab HSS, Polres HSS, TNI, Polairud dan Kejaksaan Negeri Kandangan dalam tindak lanjut pencegahan tidak berlarutnya konflik warga pencari ikan di Danau Bangkau dengan para penyetrum yang datang dari Kabupaten tetangga.

Ia mengharapkan agar Pemkab HST yang berbatasan wilayahnya dengan Pemkab HSS juga melakukan pembinaan kepada warganya yang berprofesi sebagai pencari ikan, karena siapa pun boleh mencari ikan di Danau Bangkau, tapi jangan menggunakan peralatan dan bahan berbahaya yang merusak ekosistem serta melanggar hukum.

Pewarta: Fathurrahman

Editor : Fathurrahman


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017