Warga Meratus Kecamatan Hantakan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) meminta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat harus lebih tanggap dan intensif memantau daerah hulu yang menyebabkan banjir pada tiga kecamatan meliputi 13 desa/kelurahan saat musim hujan.
“Bahayanya jika musim hujan berturut-turut, aliran sungai daerah hulu di Papagaran dan Datar Ajab bisa tersumbat yang diakibatkan tanah pinggiran sungai longsor. BPBD perlu meninjau seperti apa keadaan di hulu saat hujan berturut-turut beberapa hari, kami khawatir kalau ada tanah longsor di pinggiran sungai,” kata Ketua Posko Meratus Kasman Susanto di Hantakan, Hulu Sungai Tengah, Jumat.
Baca juga: Dinkes HST tangani keluhan sakit warga terdampak banjir
Saat ini, kata dia, genangan air yang sempat merendam di daerah hilir akibat hujan selama beberapa hari ini menjadi peringatan bagi Kabupaten HST sebagaimana peristiwa banjir bandang pernah terjadi pada 2021 hingga melanda wilayah hulu di Papagaran, Datar Ajab, dan sekitarnya.
“Kalau hujan turun berhari-hari dengan intensitas yang cukup tinggi, wilayah kami di Hantakan paling dikhawatirkan karena di daerah ini yang paling terdampak. Aliran sungai di tempat kami itu deras kalau air sungai meluap dari atas Pegunungan Meratus,” ujarnya.
Kasman menjelaskan jika aliran air Sungai Alat di Hantakan meluap besar mendekati jalan, peristiwa banjir bandang 2021 bisa terulang kembali karena puncak musim hujan terjadi antara akhir 2024 dan Januari 2025.
Oleh karena itu, menurut dia, pemerintah daerah perlu lebih serius memitigasi bencana secara dini dengan meninjau aliran sungai di hulu terutama jika terjadi tanah longsor di pinggir sungai agar dapat segera ditangani sehingga tidak menyumbat aliran sungai.
Diungkapkan Kasman, pihaknya berjaga-jaga di hulu karena jika sewaktu-waktu hujan turun dengan waktu yang cukup lama, banjir besar bisa terjadi.
Baca juga: Kalsel kemarin dari modal usaha hingga banjir di HST
Namun saat ini, lanjut dia, kondisi di hulu masih terbilang aman karena hari ketiga banjir di hilir sudah mulai menunjukkan perubahan dan beberapa lokasi banjir sudah mulai surut.
Kasman berharap pemerintah daerah setempat memaksimalkan mitigasi dengan rutin meninjau lokasi di daerah rawan, hal ini untuk mencegah aliran air sungai di hulu tidak deras pada saat musim hujan.
Masyarakat di hulu, lanjutnya, khawatir air sungai terbendung dari atas Pegunungan Meratus karena tidak mengalir lancar ke hilir, dan jika ini terjadi maka sewaktu-waktu saat puncak musim hujan akan menghantam deras permukiman warga di Hantakan.
Selain itu, Kasman juga meminta perangkat daerah dapat memfungsikan alat deteksi dini banjir yang ada di Desa Alat, karena tidak berfungsi maksimal. Saat banjir hari kedua, baterai alat deteksi banjir tersebut mengalami error sehingga tidak dapat difungsikan untuk memantau ketinggian debit air banjir.
“Pemerintah daerah juga perlu memaksimalkan sosialisasi mitigasi bencana di wilayah kami. Karena wilayah ini sangat rawan jika sampai terjadi banjir bandang. Terlebih, di Hantakan masih kekurangan sarana dan prasarana mitigasi bencana. Kami harap, banjir dua hari ini menjadi atensi bagi pemerintah daerah agar lebih serius dalam hal mitigasi,” ujar Kasman.
Baca juga: Puluhan personel BPBD HST bantu ribuan warga terdampak banjir
Penanganan Optimal
Sebelumnya, Kepala BPBD Kabupaten HST Ahmad Apandi menyebutkan telah mengerahkan 25 personel Tim Reaksi Cepat (TRC) dibantu petugas dari beberapa instansi dan puluhan relawan swasta meninjau seluruh lokasi yang terdampak banjir, serta membantu 6.340 jiwa warga yang terdampak banjir pada tiga kecamatan.
"Kami sudah turun ke lapangan melihat langsung lokasi dan memberikan bantuan bagi warga yang mengalami kesulitan. Hujan turun berturut-turut beberapa hari ini sehingga debit air meningkat," ujar Apandi.
Berdasarkan data BPBD Kabupaten HST, Apandi menyebutkan terdapat beberapa bangunan yang terdampak, antara lain 2.210 unit rumah, 21 tempat ibadah, 12 sekolah, lima kantor, dan dua pasar tradisional.
Apandi juga memastikan seluruh peralatan BPBD, seperti perahu karet dan alat lainnya siap digunakan untuk mengevakuasi warga jika keadaan semakin darurat yang diakibatkan curah hujan tinggi.
Menurut dia, penanggulangan banjir di wilayah ini sudah cukup maksimal dilakukan, bahkan Dinas PUPR sudah mengerahkan dua unit ekskavator untuk mengeruk sampah dari beberapa titik sungai yang menghambat aliran air.
Baca juga: DPRD Kalsel prihatin kolam regulasi air berdampak banjir di HST
Sementara itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten HST pun mengerahkan layanan puskesmas keliling guna menangani keluhan penyakit yang dialami warga yang terdampak banjir selama dua hari berturut-turut pada tiga kecamatan.
"Tenaga kesehatan sudah terjun pelayanan di wilayah Puskesmas Kalibaru, titik fokus pelayanan diberikan bagi masyarakat di Desa Paya Besar, Kecamatan Batu Benawa," kata Kepala Dinkes HST Desfi Delfiana.
Dia menyebutkan terdapat delapan orang tenaga kesehatan menggunakan layanan puskesmas keliling tersebut, yakni tiga perawat, satu bidan desa, satu apoteker, satu petugas promosi kesehatan, satu kepala puskesmas, dan satu supir puskesmas keliling.
"Keluhan warga terdampak yang ditemukan tenaga kesehatan di lokasi banjir secara umum seperti gatal-gatal, kutu air, batuk, dan demam," ungkap Desfi.
Di lokasi terdampak, Desfi mengatakan pihaknya memberikan layanan pengobatan umum, tensi darah, dan pemeriksaan kesehatan umum lainnya.
Baca juga: Pemkab HST mitigasi delapan kecamatan rawan banjir
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2024
“Bahayanya jika musim hujan berturut-turut, aliran sungai daerah hulu di Papagaran dan Datar Ajab bisa tersumbat yang diakibatkan tanah pinggiran sungai longsor. BPBD perlu meninjau seperti apa keadaan di hulu saat hujan berturut-turut beberapa hari, kami khawatir kalau ada tanah longsor di pinggiran sungai,” kata Ketua Posko Meratus Kasman Susanto di Hantakan, Hulu Sungai Tengah, Jumat.
Baca juga: Dinkes HST tangani keluhan sakit warga terdampak banjir
Saat ini, kata dia, genangan air yang sempat merendam di daerah hilir akibat hujan selama beberapa hari ini menjadi peringatan bagi Kabupaten HST sebagaimana peristiwa banjir bandang pernah terjadi pada 2021 hingga melanda wilayah hulu di Papagaran, Datar Ajab, dan sekitarnya.
“Kalau hujan turun berhari-hari dengan intensitas yang cukup tinggi, wilayah kami di Hantakan paling dikhawatirkan karena di daerah ini yang paling terdampak. Aliran sungai di tempat kami itu deras kalau air sungai meluap dari atas Pegunungan Meratus,” ujarnya.
Kasman menjelaskan jika aliran air Sungai Alat di Hantakan meluap besar mendekati jalan, peristiwa banjir bandang 2021 bisa terulang kembali karena puncak musim hujan terjadi antara akhir 2024 dan Januari 2025.
Oleh karena itu, menurut dia, pemerintah daerah perlu lebih serius memitigasi bencana secara dini dengan meninjau aliran sungai di hulu terutama jika terjadi tanah longsor di pinggir sungai agar dapat segera ditangani sehingga tidak menyumbat aliran sungai.
Diungkapkan Kasman, pihaknya berjaga-jaga di hulu karena jika sewaktu-waktu hujan turun dengan waktu yang cukup lama, banjir besar bisa terjadi.
Baca juga: Kalsel kemarin dari modal usaha hingga banjir di HST
Namun saat ini, lanjut dia, kondisi di hulu masih terbilang aman karena hari ketiga banjir di hilir sudah mulai menunjukkan perubahan dan beberapa lokasi banjir sudah mulai surut.
Kasman berharap pemerintah daerah setempat memaksimalkan mitigasi dengan rutin meninjau lokasi di daerah rawan, hal ini untuk mencegah aliran air sungai di hulu tidak deras pada saat musim hujan.
Masyarakat di hulu, lanjutnya, khawatir air sungai terbendung dari atas Pegunungan Meratus karena tidak mengalir lancar ke hilir, dan jika ini terjadi maka sewaktu-waktu saat puncak musim hujan akan menghantam deras permukiman warga di Hantakan.
Selain itu, Kasman juga meminta perangkat daerah dapat memfungsikan alat deteksi dini banjir yang ada di Desa Alat, karena tidak berfungsi maksimal. Saat banjir hari kedua, baterai alat deteksi banjir tersebut mengalami error sehingga tidak dapat difungsikan untuk memantau ketinggian debit air banjir.
“Pemerintah daerah juga perlu memaksimalkan sosialisasi mitigasi bencana di wilayah kami. Karena wilayah ini sangat rawan jika sampai terjadi banjir bandang. Terlebih, di Hantakan masih kekurangan sarana dan prasarana mitigasi bencana. Kami harap, banjir dua hari ini menjadi atensi bagi pemerintah daerah agar lebih serius dalam hal mitigasi,” ujar Kasman.
Baca juga: Puluhan personel BPBD HST bantu ribuan warga terdampak banjir
Penanganan Optimal
Sebelumnya, Kepala BPBD Kabupaten HST Ahmad Apandi menyebutkan telah mengerahkan 25 personel Tim Reaksi Cepat (TRC) dibantu petugas dari beberapa instansi dan puluhan relawan swasta meninjau seluruh lokasi yang terdampak banjir, serta membantu 6.340 jiwa warga yang terdampak banjir pada tiga kecamatan.
"Kami sudah turun ke lapangan melihat langsung lokasi dan memberikan bantuan bagi warga yang mengalami kesulitan. Hujan turun berturut-turut beberapa hari ini sehingga debit air meningkat," ujar Apandi.
Berdasarkan data BPBD Kabupaten HST, Apandi menyebutkan terdapat beberapa bangunan yang terdampak, antara lain 2.210 unit rumah, 21 tempat ibadah, 12 sekolah, lima kantor, dan dua pasar tradisional.
Apandi juga memastikan seluruh peralatan BPBD, seperti perahu karet dan alat lainnya siap digunakan untuk mengevakuasi warga jika keadaan semakin darurat yang diakibatkan curah hujan tinggi.
Menurut dia, penanggulangan banjir di wilayah ini sudah cukup maksimal dilakukan, bahkan Dinas PUPR sudah mengerahkan dua unit ekskavator untuk mengeruk sampah dari beberapa titik sungai yang menghambat aliran air.
Baca juga: DPRD Kalsel prihatin kolam regulasi air berdampak banjir di HST
Sementara itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten HST pun mengerahkan layanan puskesmas keliling guna menangani keluhan penyakit yang dialami warga yang terdampak banjir selama dua hari berturut-turut pada tiga kecamatan.
"Tenaga kesehatan sudah terjun pelayanan di wilayah Puskesmas Kalibaru, titik fokus pelayanan diberikan bagi masyarakat di Desa Paya Besar, Kecamatan Batu Benawa," kata Kepala Dinkes HST Desfi Delfiana.
Dia menyebutkan terdapat delapan orang tenaga kesehatan menggunakan layanan puskesmas keliling tersebut, yakni tiga perawat, satu bidan desa, satu apoteker, satu petugas promosi kesehatan, satu kepala puskesmas, dan satu supir puskesmas keliling.
"Keluhan warga terdampak yang ditemukan tenaga kesehatan di lokasi banjir secara umum seperti gatal-gatal, kutu air, batuk, dan demam," ungkap Desfi.
Di lokasi terdampak, Desfi mengatakan pihaknya memberikan layanan pengobatan umum, tensi darah, dan pemeriksaan kesehatan umum lainnya.
Baca juga: Pemkab HST mitigasi delapan kecamatan rawan banjir
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2024