Sebongkah harapan tampak terpancar di wajah Ruhana (60) warga Desa Mantuil Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan setelah menerima bantuan alat dengar.
Sebelumnya ia mengalami gangguan pendengaran parah di kedua telinga selama dua tahun.
Baca juga: Hari Pendengaran Sedunia soroti harga alat bantu dengar yang mahal
“Setelah menggunakan alat ini, saya bisa mendengar lagi,” ungkap Ruhana di Tabalong, Jumat.
Suara dan nada yang dulu hilang mulai dirasakan lagi keindahannya.
Tak hanya Ruhana, penerima manfaat program bantuan alat dengar dari OT Adaro Indonesia, Marni (57) asal Desa Padangin merasakan hidupnya berubah setelah pendengarannya kembali normal.
" Terima kasih atas bantuannya," ungkap Marni dengan matanya bercahaya penuh rasa syukur.
Dunia yang belum pernah mereka rasakan dan perlu mereka latih agar terbiasa dalam mendengar maupun berbicara.
Inisiatif penyediaan alat bantu dengar ini merupakan bagian dari program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Adaro Indonesia bagi difabel tuna rungu.
Akhmad Fiteriyadi, CSR Program Foreman bidang Kesehatan, menjelaskan program ini dimulai dari social mapping yang dilakukan pada 2022.
"Kami menemukan banyak masyarakat sekitar wilayah operasional Adaro yang memiliki keterbatasan, termasuk difabel tuna rungu," katanya.
Tahun ini, Adaro membantu 15 orang difabel tuna rungu tersebar di beberapa desa yakni Desa Mantuil, Desa Padangin, Desa Barimbun, Desa Kasiau, Desa Kinarum, Desa Masingai, Bilas, dan siswa SLB Mabuun.
"Harapan kami, dengan bantuan ini, mereka bisa mendengar kembali dan berkomunikasi lebih lancar dengan masyarakat sekitar," tambah Fiteriyadi.
Bagi mereka yang memiliki gangguan pendengaran sedari awal, bimbingan lanjutan sangat diperlukan untuk memastikan mereka dapat memahami dan berkomunikasi dengan baik kedepannya.
Baca juga: Letkol Wedie bantu seribu buku, alat tulis untuk RA Iqra
Adaro berkomitmen untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, memberikan kesempatan bagi mereka untuk kembali terlibat dalam interaksi sosial yang lebih baik.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2024
Sebelumnya ia mengalami gangguan pendengaran parah di kedua telinga selama dua tahun.
Baca juga: Hari Pendengaran Sedunia soroti harga alat bantu dengar yang mahal
“Setelah menggunakan alat ini, saya bisa mendengar lagi,” ungkap Ruhana di Tabalong, Jumat.
Suara dan nada yang dulu hilang mulai dirasakan lagi keindahannya.
Tak hanya Ruhana, penerima manfaat program bantuan alat dengar dari OT Adaro Indonesia, Marni (57) asal Desa Padangin merasakan hidupnya berubah setelah pendengarannya kembali normal.
" Terima kasih atas bantuannya," ungkap Marni dengan matanya bercahaya penuh rasa syukur.
Dunia yang belum pernah mereka rasakan dan perlu mereka latih agar terbiasa dalam mendengar maupun berbicara.
Inisiatif penyediaan alat bantu dengar ini merupakan bagian dari program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Adaro Indonesia bagi difabel tuna rungu.
Akhmad Fiteriyadi, CSR Program Foreman bidang Kesehatan, menjelaskan program ini dimulai dari social mapping yang dilakukan pada 2022.
"Kami menemukan banyak masyarakat sekitar wilayah operasional Adaro yang memiliki keterbatasan, termasuk difabel tuna rungu," katanya.
Tahun ini, Adaro membantu 15 orang difabel tuna rungu tersebar di beberapa desa yakni Desa Mantuil, Desa Padangin, Desa Barimbun, Desa Kasiau, Desa Kinarum, Desa Masingai, Bilas, dan siswa SLB Mabuun.
"Harapan kami, dengan bantuan ini, mereka bisa mendengar kembali dan berkomunikasi lebih lancar dengan masyarakat sekitar," tambah Fiteriyadi.
Bagi mereka yang memiliki gangguan pendengaran sedari awal, bimbingan lanjutan sangat diperlukan untuk memastikan mereka dapat memahami dan berkomunikasi dengan baik kedepannya.
Baca juga: Letkol Wedie bantu seribu buku, alat tulis untuk RA Iqra
Adaro berkomitmen untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, memberikan kesempatan bagi mereka untuk kembali terlibat dalam interaksi sosial yang lebih baik.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2024