Batola,  (Antaranews Kalsel) - Sebagian besar tanaman jeruk di Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, rusak akibat kemarau panjang yang terjadi 2015 sehingga produksi jeruk dari daerah penghasil jeruk terbesar di Kalimantan Selatan tersebut merosot tajam.

Beberapa petani di Kabupaten Barito Kuala, Jumat mengatakan, produksi jeruk tahun ini turun drastis akibat banyak tanaman yang tidak bisa lagi berbuah karena batang dan akarnya membusuk.

Ketua Kelompok Tani Makmur Djaidi mengatakan, pada 2015 kemarau panjang menyebabkan banyak kebun jeruk yang kekeringan, setelah itu, terjadi musim hujan dan air pasang dengan intensitas cukup tinggi.

"Setelah kekeringan, banyak pohon jeruk yang terendam, sehingga sebagian besar akar tanaman jeruk tersebut membusuk, dan pohon menjadi rusak," katanya.

Tingkat kerusakan tanaman jeruk di beberapa kelompok tani, ada yang mencapai 70 persen, bahkan 90 persen, sehingga kondisi tersebut sangat memukul para petani, terutama untuk menanam kembali, karena memerlukan modal yang tinggi.

Kondisi tersebut diperparah dengan harga jual jeruk yang juga turun drastis dibanding tahun sebelumnya, dari Rp5 ribu per kilogram ditingkat petani menjadi hanya Rp3 ribu per kilogram.

Namun demikian, para petani jeruk mengaku memilih tetap mempertahankan usahanya tersebut, karena bertanam jeruk jauh lebih menguntungkan dibanding harus bertanam padi.

Para petani bertekad akan mempertahankan tanaman jeruk, sebagai komoditas andalan pertanian di Kabupaten tersebut.

"Keberadaan perkebunan jeruk, selama ini sangat membantu meningkatkan kesejahteran petani, anjloknya harga jual jeruk dari sebelumnya Rp5 ribu menjadi Rp3 ribu per kilogram, membuat kondisi petani semakin sulit," katanya.

Dalam satu hektar lahan, biasa ditanami jeruk sebanyak 200 pohon, yang menghasilkan rata rata 10 sampai 30 ton jeruk setiap kali panen, dengan harga jual standar Rp5 ribu per kilogram.

Rata-rata petani Batola, minimal memiliki kebun jeruk hingga 2 hektar, sehingga keuntungan dari hasil tanam jeruk sangat menjanjikan.

Saat ini petani jeruk terus berupaya untuk kembali meningkatkan produksi mereka, dengan melakukan penanaman kembali terhadap pohon jeruk yang telah rusak dan mati akibat kekeringan.

Jeruk Batola, selama ini dikenal cukup manis, sehingga bukan hanya diminati warga kalimantan selatan, tetapi juga warga di luar provinsi, terutama Jawa Timur dan sekitarnya.

Bahriannoor, warga Batola mengungkapkan, rasa jeruk Batola memiliki khas tersendiri, yaitu manis, tetapi masih ada sedikit kecutnya, jadi jeruk terasa segar saat dinikmati.

"Makanya cukup banyak masyarakat yang menyukai jeruk Batola, karena rasanya yang khas dan sesuai dengan lidah masyarakat Indonesia," katanya.

Pewarta: Ulul Maskuriah

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016