Dosen Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Kalimantan Selatan (Kalsel) merealisasikan program “dosen wajib mengabdi” melalui pemberdayaan masyarakat berupa komunitas ibu rumah tangga (IRT) dengan memberikan pelatihan terampil pembuatan kain sasirangan.

“Dosen tidak hanya sekedar mengajar di universitas, tetapi memiliki tanggung jawab pengabdian untuk masyarakat,” kata Ketua Tim Program Dosen Wajib Mengabdi Safa Muzdalifah di Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Selasa.

Baca juga: Kain Sasirangan diminati Inggris dan Amerika hingga Afrika

Safa menyebutkan, ia bersama rekan satu programnya yakni Nike Purnamawati memiliki program mengabdi berdasarkan tahun anggaran yang berjalan pada Mei 2023 hingga Mei 2024.

“Program pengabdian Dosen ULM bermuatan kearifan lokal, kita memilih memberikan pelatihan kain sasirangan karena komoditas asli Kalsel,” ucapnya.

Dia mengungkapkan program tersebut berjalan setiap tahun dengan berbagai kegiatan hasil kreativitas dosen dan tentunya tetap mengangkat isu kearifan lokal.
Peserta Pelatihan Pembuatan Kain Sasirangan sedang menggaris pola gambar pada kain putih menggunakan alat tulis beserta alat untuk membentuk pola, di Komplek Anugerah Semangat Dalam, Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Selasa (4/7/2023). (ANTARA/Tumpal Andani Aritonang)



Menurut Safa, program pengabdian merupakan implementasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yang memiliki arti tiga kewajiban dosen.

Ia memaparkan kewajiban tersebut diantaranya pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian kepada masyarakat.

Safa yang mengajar sebagai Dosen Ilmu Pemerintahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) ULM tersebut berharap masyarakat sekitar yakni komunitas IRT yang berjumlah sekitar 22 orang terampil dalam pembuatan kain sasirangan sebagai modal untuk membuka usaha kecil.

Baca juga: Kemenkumham catat kain sasirangan sebagai kekayaan intelektual komunal Kalsel

Sementara itu, Ketua tim pelatihan yakni Sri Rahmah memaparkan proses pembuatan kain sasirangan diantaranya terlebih dahulu menyiapkan bahan dasar berupa kain putih yang memiliki ukuran sesuai kebutuhan.

Rahmah menyebutkan yang pertama membuat pola gambar berupa motif di kain menggunakan alat tulis dan kertas cetak yang sudah dibentuk polanya.

Kemudian pola di kain tersebut dijahit manual menggunakan benang mengikuti garis sesuai pola gambar.
Peserta sedang menjemur kain berupa hasil akhir pembuatan kain sasirangan sebelum siap digunakan dan diedarkan, di Komplek Anugerah Semangat Dalam, Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Selasa (4/7/2023). (ANTARA/Tumpal Andani Aritonang)



Lebih lanjut, kain putih digulung dan diikat pada beberapa bagian dengan bentuk mengembang, terutama bagian ujung ke ujung gulungan kain harus diikat kencang agar tidak mudah lepas saat proses pewarnaan.

Rahmah menuturkan kain selanjutnya di celupkan ke air campuran sabun untuk membersihkan kotoran, lalu dijemur sekitar 15 menit.

Proses selanjutnya kain dicelupkan ke zat pewarna “naptol” sekitar lima menit, karena naptol tersebut gunanya untuk merekatkan warna saat tahapan akhir pemberian zat pewarna pada kain.

Setelah itu kain dicelupkan ke zat pewarna berupa cairan  sekitar lima menit, proses ini dilakukan dua kali namun sebelum pewarnaan yang kedua kali, dicelupkan terlebih dahulu ke zat naptol sekitar lima menit agar warna tidak mudah luntur.

Baca juga: Lestarikan budaya sasirangan, Indocement Tarjun gelar pelatihan

“Tahap akhir membilas kain menggunakan air bersih, lepas ikatan kain dan jemur sekitar 60 menit sebelum kain siap digunakan,” ujarnya pula.

Pada kesempatan yang sama, peserta pelatihan yakni Yanti (43) yang berprofesi sebagai IRT mengaku senang dengan program pengabdian Dosen ULM tersebut.

“Sekarang saya tahu cara pembuatan kain sasirangan, saya ingin membuat untuk keluarga saya,” ungkap Yanti.

Pewarta: Tumpal Andani Aritonang

Editor : Gunawan Wibisono


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023