Geopark Pegunungan Meratus Nasional di Provinsi Kalimantan Selatan terus menunjukkan keajaibannya, salah satunya memancarkan air panas non vulkanik di daerah Tanuhi, di Desa Hulu Banyu, Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).

Mata Air Panas Tanuhi menjadi objek wisata pemandian air panas yang cukup banyak dikunjungi masyarakat, bahkan infrastruktur jalan ke sana sudah baik, termasuk adanya sarana penginapan.

Baca juga: Genjot pariwisata, Pokdarwis di Kalimantan Selatan capai 271

Mata Air Panas Tanuhi yang masuk Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Loksado, Kalsel, berjarak kurang lebih 31 kilometer dari pusat Kota Kandangan, Ibu Kota Kabupaten Hulu Sungai Selatan tersebut.

Jika pakai kendaraan bermotor, jarak tempuh ke objek wisata Mata air Tanuhi yang sudah ditetapkan sebagai salah satu situs Geopark Pegunungan Meratus Nasional pada 2018, sekitar 50 menit, karena jalan yang dilalui penuh tikungan dan perbukitan.

Dalam panel informasi yang dibuat Badan Pengelola Geopark Pegunungan Meratus Kalsel, Mata Air Tanuhi disebutkan masuk dalam situs pegunungan Meratus.

Pegunungan Meratus merupakan pegunungan dalam ilmu geologi, terbentuk dari susunan kerak samudera yang disebut Ophiolite, yang terangkat ke permukaan sejak 200-150 juta tahun lalu.

Pegunungan Meratus yang banyak menyimpan keajaiban alam, termasuk memancarkan Mata Air Panas Tanuhi membentang sepanjang 600 kilometer persegi.

Pancaran mata air panas di pegunungan Meratus yang melewati beberapa kabupaten/kota di Kalsel tersebut dinyatakan non vulkanik atau bukan berasal dari pegunungan merapi.

Baca juga: Bamboo rafting Loksado bagian situs keajaiban Geopark Meratus

Fenomena mata air panas di kawasan Geopark Pegunungan Meratus ini terbentuk oleh proses peluruhan radioaktif seperti uranium, thorium dan potassium yang dapat menghasilkan sumber air panas.

Umumnya sistem ini ditemukan pada batuan plutonik (intrusi batuan granit) yang ditemukan pada batuan granit dari kelompok Granit Batanglai/Belawayan yang berumur kapur awal (95--135 juta tahun).


Berdasarkan hasil penelitian, kemunculan sumber mara air panas di kawasan Geopark Pegunungan Meratus termasuk di dalam kategori sistem panas bumi non vulkanik radiogenik.

Di mana sistem panas bumi ini tidak berkaitan langsung dengan vulkanisme dan umumnya berada di luar jalur gunung api Kuarter atau jalur gunung api saat ini.

Terdapat dua sumber air panas di kawasan Geopark Pegunungan Meratus ini yang masih alami dan satunya sudah dikembangkan menjadi wisata pemandian air panas, yakni, Mata Air Tanuhi.

Wisata pemandian Mata Air Panas Tanuhi bagian dari 54 situs Geopark Pegunungan Meratus Nasional yang kini diajukan untuk diakui UNESCO Global Geopark (UGGp).

Baca juga: Meratus Geopark-oriented Pokdarwis Jamboree to be held at Kiram Park

Mata Air Panas Tanuhi dipetakan sebagai situs Geopark Pegunungan Meratus pada rute Utara bersama Balai Adat Malaris, Bukit Langara, Air Terjun Kilat Api, Bamboo Rafting, Tebing Batu Gamping Batu Laki, Pemandangan Bukit Kentawan, Sentra Dodol Kandangan dan Goa Batu Hapu.

Tema pada rute Utara Geopark Pegunungan Meratus ini, yakni "Mengikuti suara angin menuju keajaiban Dayak Meratus".
 

Pariwisata Geopark

Tenaga Ahli Badan Pengelola Geopark Pegunungan Meratus Kalsel Nur Arif, menyebutkan situs Geopark tidak terpisahkan dari sektor pariwisata.

Ini juga sesuai dengan Perpres Nomor 9 Tahun 2019 tentang Pengembangan Taman Bumi (Geopark).

Berawal dari Perpres ini, pemerintah konsen terhadap Geopark ini termasuk dalam prioritas pembangunan untuk tujuan pariwisata.

Namun pariwisata untuk pengembangan masyarakat sekitar, sebab situs Geopark itu harus berada di sekitar masyarakat, sehingga ada dampaknya.

Baca juga: Kalsel gelar Jambore Pokdarwis berwawasan Geopark Meratus


Berbagai kebijakan dari kementerian dikeluarkan untuk mendukung situs Geopark sebagai bagian pengembangan pariwisata nasional, termasuk menyalurkan dana alokasi khusus (DAK) untuk kabupaten/kota dalam mengelola dan pengembangan daerah situs tersebut.

Ini merupakan implementasi konsep pariwisata yang bertumpu pada konsep Geopark.

Sebab fungsi Geopark itu, harus bisa menjadi wahana pendidikan, konservasi dan pengembangan ekonomi masyarakat.

Situs-situs Geopark Pegunungan Meratus yang salah satunya Mata Air Panas Tanuhi itu sudah memenuhi syarat tersebut.
 

Dukungan Pemprov Kalsel

Penetapan status Pegunungan Meratus menjadi Geopark Nasional hingga ke Internasional sangat didukung Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan.

Pemprov Kalsel melalui Dinas Komunikasi dan Informatika menyatakan beberapa langkah pembangunan dilakukan pemerintah daerah guna mendukung penetapan Geopark Meratus Nasional sejak 2018. Bahkan hingga diajukan ke UNESCO Global Geopark (UGGp).

Baca juga: Melestarikan Balai Adat Malaris sebagai situs Geopark Meratus

Penetapan Geopark Meratus merupakan upaya konkrit Gubernur Kalimantan Selatan H Sahbirin Noor menyelamatkan Meratus dari kerusakan lingkungan dan menjaga kelestarian habitat ekosistem asli.

Beberapa langkah yang akan dilakukan Pemprov Kalsel menyelamatkan Meratus, yaitu, membentuk badan pengelola geopark, "masterplane" pengembangan Geopark dan meningkatkan infrastruktur di dalamnya.

Selain itu, meningkatkan jejaring dengan Geopark yang ada baik skala nasional dan internasional, serta meningkatkan promosi wisata.

Baca juga: BIODIVERSITY DAY - Kalsel gelorakan isu karst untuk ekosistem Geopark Meratus

Objek situs wisata mata air panas Tanuhi di Hulu Sungai Selatan. (ANTARA/Bayu Pratama)

Pewarta: Sukarli

Editor : Taufik Ridwan


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023