Ustadz Mahfudz mengajak kaum Muslim memaknai perbedaan pendapat sebagai rahmat Allah SWT untuk menuju persatuan dan kesatuan, bukan sebaliknya membuat perpecahan.

Sebagai contoh perbedaaan 1 Syawal atau Idul Fitri 1444 Hijriah, ujar ustadz dalam tausiyahnya di Masjid Su'ada Desa Aluan Mati Kecamatan Batu Benawa Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) Kalimantan Selatan (Kalsel), sesudah Shalat Subuh Jumat.

Namun, lanjut ustadz muda yang akrab dengan sapaan Iksir tersebut guna menjaga persatuan dan kesatuan umat atau tak sampai membuat perpecahan jangan saling menyalahkan.

"Apalagi kita sebagai orang 'awam' (tak mendalami betul ilmu pengetahuan agama) jangan ikut-ikutan menggonjeng kesana kemari. Karena masing-masing yang berbeda pendapat itu mempunyai 'dalil' (landasan hukum) yang sama-sama kuat," tuturnya.

Ia menambahkan, hikmah dari perbedaan tersebut mewujudkan keindahan atau keserasian dalam hidup dan kehidupan, karena saling tunjang-menunjang atau dukung+mendukung.
Suasana tausiyah oleh ustadz Mahfudz di Masjid Su'ada Desa Aluan Mati (pinggiran Pegunungan Meratus) Kecamatan Batu Benawa Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) Kalimantan Selatan, usai Shalat Subuh Jumat (21/4/23) (ANTARA/Syamsuddin Hasan)

Sebagai contoh perbedaan siang dan malam, hitam - putih, serta kaki kanan - kiri tentu Allah ciptakan untuk keindahan, tambah ustadz keluaran Pondok Pesantren (Ponpes) Al Amiin Pemangkih Kecamatan Labuan Amas Utara (LAU) HST.

"Oleh karena itu, mari kita sambut Idul Fitri sebagai hari kemenangan kaum Muslim yang melaksanakan ibadah puasa dan peribadahan Ramadhan lain dengan tulus ikhlas dengan lebih memperkuat silaturahmi," demikian Iksir.

Sementara dari komunitas Muhammadiyah atau penganut sistem hisab melaksanakan lebaran Idul Fitri, Jumat bertepatan peringatan "Hari Kartini" 21 April 2023, dan kaum Nahdiyin/penganut sistem rukiyat berlebaran Sabtu, 22 April 2023.


 

Pewarta: Syamsuddin Hasan

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023