Pengamat kebijakan publik Bambang Haryo Soekartono mengatakan sudah saatnya pemerintah menerapkan tarif harga bahan bakar minyak (BBM) yang realistis sesuai dengan harga beli impor.
"Kemudian baru subsidinya disesuaikan dengan kemampuan daya beli masyarakat," kata dia dalam rilis yang diterima di Banjarmasin, Rabu.
Bambang Haryo menegaskan harga BBM di suatu negara tidak ada korelasinya dengan jumlah penduduk tetapi sangat berhubungan dengan kemampuan daya beli masyarakat.
Dia mencontohkan Singapura yang mempunyai penduduk 5,6 juta jauh lebih kecil dari penduduk Indonesia maupun penduduk Malaysia yang jumlahnya 33,37 juta, harga BBM Singapura oktan 95 adalah 2,022 USD setara dengan Rp30.200 yang tentu jauh lebih mahal dari harga di Indonesia maupun di Malaysia.
Anggota Dewan Pakar Partai Gerindra menyebut walau harga BBM dua kali lipat lebih tinggi dari Indonesia tetapi UMR di Singapura juga tinggi sebesar 5.000 SGD setara Rp53 juta.
Sedangkan di Indonesia UMR berkisar Rp2 sampai Rp4,7 juta dan bahkan masih ada wilayah yang mempunyai UMR di bawah Rp2 juta misalnya Sragen Rp1.839.000 dan Banjarnegara Rp1.819.000.
"Mayoritas 90 persen UMR wilayah di Indonesia di bawah Rp3 juta," paparnya.
Oleh karena itu, Bambang Haryo menyesalkan jika ada pernyataan harga BBM di suatu negara lebih murah dari Indonesia karena jumlah penduduknya lebih sedikit.
Kemudian tidak benar pula kalau ada yang mengatakan harga BBM di Indonesia termurah di dunia.
Pria yang akrab disapa BHS ini mengungkapkan sebagian besar harga gasoline oktan 95 di beberapa negara penghasil minyak di dunia jauh lebih kecil dari harga gasoline oktan 95 yang ada di Indonesia.
Misalnya urutan 1 Venezuela harga 0,022 USD atau setara Rp299 dengan jumlah penduduk 28 juta. Urutan 2 Libai harga 0.031 USD setara Rp463. Urutan 3 Iran 0,053 USD setara Rp792. Urutan 9 Malaysia 0,46 USD setara Rp6.881. Urutan 10 Irak 0,51 USD setara Rp7.690.
Bahkan, alumni ITS Surabaya membeberkan
negara bukan penghasil minyak banyak yang lebih murah dari Indonesia. Misalnya urutan ke 36 Taiwan 1,028 USD setara Rp15.378, urutan 37 Burma 1,039 USD setara Rp15.540, urutan 40 Maldive 1,071 USD setara Rp16.022, urutan 45 Vietnam 1,121 USD setara Rp16.770, urutan 50 Indonesia 1,167 USD setara Rp17.540.
"Berarti ada 49 negara yang menjual bahan bakar oktan 95 lebih murah dari Indonesia, ini data https://www.globalpetrolprices.com/gasoline_prices/," jelasnya.
BHS pun mempertanyakan mahalnya BBM di Indonesia. Padahal Indonesia termasuk penghasil minyak dan gas yang sumur minyaknya terbanyak dan terbesar di Asia Tenggara.
Dia juga menepis jika ada pernyataan subsidi Pertronas jauh lebih besar, dibanding Pertamina. Faktanya, harga BBM di Malaysia jauh lebih murah dan subsidinya lebih kecil dari Pertamina di Indonesia.
"Petronas masih sama dengan Pertamina menggantungkan BBM impor dari Saudi Arabia, Brazil, Australia, Amerika, United Arab Emired (UAE)," tegasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022
"Kemudian baru subsidinya disesuaikan dengan kemampuan daya beli masyarakat," kata dia dalam rilis yang diterima di Banjarmasin, Rabu.
Bambang Haryo menegaskan harga BBM di suatu negara tidak ada korelasinya dengan jumlah penduduk tetapi sangat berhubungan dengan kemampuan daya beli masyarakat.
Dia mencontohkan Singapura yang mempunyai penduduk 5,6 juta jauh lebih kecil dari penduduk Indonesia maupun penduduk Malaysia yang jumlahnya 33,37 juta, harga BBM Singapura oktan 95 adalah 2,022 USD setara dengan Rp30.200 yang tentu jauh lebih mahal dari harga di Indonesia maupun di Malaysia.
Anggota Dewan Pakar Partai Gerindra menyebut walau harga BBM dua kali lipat lebih tinggi dari Indonesia tetapi UMR di Singapura juga tinggi sebesar 5.000 SGD setara Rp53 juta.
Sedangkan di Indonesia UMR berkisar Rp2 sampai Rp4,7 juta dan bahkan masih ada wilayah yang mempunyai UMR di bawah Rp2 juta misalnya Sragen Rp1.839.000 dan Banjarnegara Rp1.819.000.
"Mayoritas 90 persen UMR wilayah di Indonesia di bawah Rp3 juta," paparnya.
Oleh karena itu, Bambang Haryo menyesalkan jika ada pernyataan harga BBM di suatu negara lebih murah dari Indonesia karena jumlah penduduknya lebih sedikit.
Kemudian tidak benar pula kalau ada yang mengatakan harga BBM di Indonesia termurah di dunia.
Pria yang akrab disapa BHS ini mengungkapkan sebagian besar harga gasoline oktan 95 di beberapa negara penghasil minyak di dunia jauh lebih kecil dari harga gasoline oktan 95 yang ada di Indonesia.
Misalnya urutan 1 Venezuela harga 0,022 USD atau setara Rp299 dengan jumlah penduduk 28 juta. Urutan 2 Libai harga 0.031 USD setara Rp463. Urutan 3 Iran 0,053 USD setara Rp792. Urutan 9 Malaysia 0,46 USD setara Rp6.881. Urutan 10 Irak 0,51 USD setara Rp7.690.
Bahkan, alumni ITS Surabaya membeberkan
negara bukan penghasil minyak banyak yang lebih murah dari Indonesia. Misalnya urutan ke 36 Taiwan 1,028 USD setara Rp15.378, urutan 37 Burma 1,039 USD setara Rp15.540, urutan 40 Maldive 1,071 USD setara Rp16.022, urutan 45 Vietnam 1,121 USD setara Rp16.770, urutan 50 Indonesia 1,167 USD setara Rp17.540.
"Berarti ada 49 negara yang menjual bahan bakar oktan 95 lebih murah dari Indonesia, ini data https://www.globalpetrolprices.com/gasoline_prices/," jelasnya.
BHS pun mempertanyakan mahalnya BBM di Indonesia. Padahal Indonesia termasuk penghasil minyak dan gas yang sumur minyaknya terbanyak dan terbesar di Asia Tenggara.
Dia juga menepis jika ada pernyataan subsidi Pertronas jauh lebih besar, dibanding Pertamina. Faktanya, harga BBM di Malaysia jauh lebih murah dan subsidinya lebih kecil dari Pertamina di Indonesia.
"Petronas masih sama dengan Pertamina menggantungkan BBM impor dari Saudi Arabia, Brazil, Australia, Amerika, United Arab Emired (UAE)," tegasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022