Manfaat yang diperoleh dari meningkatnya nilai Produk Domestik Bruto (PDB) serta ekspor produk kelautan dan perikanan pada 2021 harus dirasakan merata ke seluruh kalangan termasuk produsen kecil seperti nelayan tradisional.
"Pemerintah perlu mengambil peran lebih agar mekanisme perdagangan ikan lebih menguntungkan bagi semua pelaku usaha di rantai produk perikanan, mulai dari produsen skala kecil sampai dengan konsumen," kata Direktur Eksekutif Pusat Kajian Maritim untuk Kemanusiaan Abdul Halim, kepada Antara di Jakarta, Senin.
Menurut Abdul Halim, kenaikan nilai PDB yang didorong oleh peningkatan ekspor perikanan pada 2021 lebih banyak didorong oleh faktor lahirnya generasi muda melek ekspor dan fasilitasi teknologi informasi yang kian solutif untuk mengatasi kendala pasar produk di sektor perikanan.
Baca juga: Dinas Perikanan bantu program ketahanan pangan Kodim 1010 Tapin
Ia berpendapat ekosistem perikanan di tingkat hulu masih perlu banyak sekali pembenahan, khususnya yang berkaitan dengan penataan regulasi pengelolaan perikanan di tingkat pusat dan provinsi plus kabupaten/kota.
"Di tingkat hilir, pemerintah juga sebatas menarik pungutan, belum pada upaya peningkatan layanan publik yang jauh lebih transparan, efektif, dan efisien," katanya.
Abdul Halim juga berpendapat meningkatnya kinerja sektor perikanan tersebut lebih kepada faktor mekanisme pasar yang berjalan serta semakin terhubungnya para pelaku perdagangan nasional ke pasar global.
Sedangkan terkait dengan perang dagang AS-China, lanjutnya, dampaknya untuk sektor perikanan domestik dinilai tidak secara langsung karena Indonesia adalah produsen produk perikanan terbesar kedua di dunia.
Ia juga menyoroti regulasi terkait investasi yang saat ini sifatnya dinilai lebih menguntungkan bagi investasi bermodal kuat dari luar negeri.
Sebelumnya Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengungkapkan nilai PDB dan ekspor produk kelautan dan perikanan meningkat pada 2021 seiring pemulihan ekonomi nasional.
Baca juga: Program pekarangan pangan lestari Banjarmasin dibantu dana pusat
"Nilai produk domestik bruto perikanan sampai dengan triwulan III tahun 2021 telah tumbuh sebesar 4,55 persen, nilai ini lebih tinggi dibanding PDB perikanan triwulan III tahun 2020. Berdasarkan angka tersebut maka perekonomian sektor perikanan sepanjang triwulan I hingga triwulan III 2021 masih mengindikasikan terjadinya perbaikan performa dibandingkan tahun 2020," kata Menteri Trenggono dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI di Jakarta, Rabu (26/1).
Sementara untuk nilai ekspor produk perikanan, Menteri Trenggono mengungkapkan pada tahun 2021 mencapai 5,72 miliar dollar AS atau meningkat 9,82 persen dibanding tahun sebelumnya. Nilai impor produk perikanan Indonesia mencapai 0,5 miliar dollar AS, sehingga neraca perdagangan menjadi surplus 5,22 miliar dollar AS atau meningkat 9,2 persen dibanding tahun 2020.
"Untuk lima komoditas ekspor utama secara nilai adalah udang, tuna cakalang, cumi sotong gurita, rajungan kepiting, dan rumput laut. Terdapat lima pasar utama yaitu Amerika Serikat yang tertinggi, selanjutnya Tiongkok, ASEAN, Jepang, dan Uni Eropa," kata Trenggono.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022
"Pemerintah perlu mengambil peran lebih agar mekanisme perdagangan ikan lebih menguntungkan bagi semua pelaku usaha di rantai produk perikanan, mulai dari produsen skala kecil sampai dengan konsumen," kata Direktur Eksekutif Pusat Kajian Maritim untuk Kemanusiaan Abdul Halim, kepada Antara di Jakarta, Senin.
Menurut Abdul Halim, kenaikan nilai PDB yang didorong oleh peningkatan ekspor perikanan pada 2021 lebih banyak didorong oleh faktor lahirnya generasi muda melek ekspor dan fasilitasi teknologi informasi yang kian solutif untuk mengatasi kendala pasar produk di sektor perikanan.
Baca juga: Dinas Perikanan bantu program ketahanan pangan Kodim 1010 Tapin
Ia berpendapat ekosistem perikanan di tingkat hulu masih perlu banyak sekali pembenahan, khususnya yang berkaitan dengan penataan regulasi pengelolaan perikanan di tingkat pusat dan provinsi plus kabupaten/kota.
"Di tingkat hilir, pemerintah juga sebatas menarik pungutan, belum pada upaya peningkatan layanan publik yang jauh lebih transparan, efektif, dan efisien," katanya.
Abdul Halim juga berpendapat meningkatnya kinerja sektor perikanan tersebut lebih kepada faktor mekanisme pasar yang berjalan serta semakin terhubungnya para pelaku perdagangan nasional ke pasar global.
Sedangkan terkait dengan perang dagang AS-China, lanjutnya, dampaknya untuk sektor perikanan domestik dinilai tidak secara langsung karena Indonesia adalah produsen produk perikanan terbesar kedua di dunia.
Ia juga menyoroti regulasi terkait investasi yang saat ini sifatnya dinilai lebih menguntungkan bagi investasi bermodal kuat dari luar negeri.
Sebelumnya Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengungkapkan nilai PDB dan ekspor produk kelautan dan perikanan meningkat pada 2021 seiring pemulihan ekonomi nasional.
Baca juga: Program pekarangan pangan lestari Banjarmasin dibantu dana pusat
"Nilai produk domestik bruto perikanan sampai dengan triwulan III tahun 2021 telah tumbuh sebesar 4,55 persen, nilai ini lebih tinggi dibanding PDB perikanan triwulan III tahun 2020. Berdasarkan angka tersebut maka perekonomian sektor perikanan sepanjang triwulan I hingga triwulan III 2021 masih mengindikasikan terjadinya perbaikan performa dibandingkan tahun 2020," kata Menteri Trenggono dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI di Jakarta, Rabu (26/1).
Sementara untuk nilai ekspor produk perikanan, Menteri Trenggono mengungkapkan pada tahun 2021 mencapai 5,72 miliar dollar AS atau meningkat 9,82 persen dibanding tahun sebelumnya. Nilai impor produk perikanan Indonesia mencapai 0,5 miliar dollar AS, sehingga neraca perdagangan menjadi surplus 5,22 miliar dollar AS atau meningkat 9,2 persen dibanding tahun 2020.
"Untuk lima komoditas ekspor utama secara nilai adalah udang, tuna cakalang, cumi sotong gurita, rajungan kepiting, dan rumput laut. Terdapat lima pasar utama yaitu Amerika Serikat yang tertinggi, selanjutnya Tiongkok, ASEAN, Jepang, dan Uni Eropa," kata Trenggono.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022