Harga minyak stabil di perdagangan Asia pada Jumat pagi, karena investor berhenti sejenak untuk mengambil napas setelah hari berayun liar yang didorong oleh prospek tindakan terkoordinasi oleh ekonomi-ekonomi utama dunia untuk melepaskan cadangan minyak mentah resmi mereka.
Minyak mentah Brent naik 28 sen atau 0,3 persen menjadi diperdagangkan di 81,52 dolar AS per barel pada pukul 01.45 GMT, setelah jatuh ke level terendah enam minggu pada Kamis (18/11/2021) sebelum rebound menjadi ditutup 1,2 persen lebih tinggi.
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS bertambah 19 sen menjadi diperdagangkan di 79,20 dolar AS per barel, setelah berayun melewati kisaran lebih dari 2 dolar AS di sesi sebelumnya sebelum ditutup menguat. Kedua kontrak acuan menuju penurunan minggu keempat.
Perputaran pasar mengikuti laporan Reuters bahwa Amerika Serikat telah meminta China, Jepang dan pembeli besar lainnya untuk bergabung dengan dalam pelepasan stok minyak mentah dari Cadangan Minyak Strategis (SPR) mereka.
"Pasar tetap ketat secara fundamental dan volume apa pun yang dirilis tidak mungkin secara substansial mengubah keseimbangan global," kata analis komoditas Fitch Solutions dalam sebuah catatan. "Dengan demikian, kami memperkirakan penurunan harga akan terbatas dalam skala dan durasi."
Dorongan pemerintahan Biden untuk pelepasan stok minyak yang terkoordinasi telah dilihat sebagai sinyal kepada kelompok produksi OPEC+ bahwa mereka harus meningkatkan produksi untuk mengatasi kekhawatiran harga bahan bakar yang tinggi di ekonomi terbesar dunia, dimulai dengan Amerika Serikat, China dan Jepang.
OPEC+, yang mengelompokkan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), Rusia dan produsen lainnya, telah mempertahankan apa yang dikatakan para analis sebagai pengekangan produksi yang belum pernah terjadi sebelumnya, bahkan ketika harga telah pulih dari kedalaman tahap awal pandemi virus corona.
Sementara itu data yang menunjukkan ekspor minyak Arab Saudi mencapai level tertinggi delapan bulan pada September, naik untuk bulan kelima berturut-turut, juga membantu menjaga harga tetap terkendali.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
Minyak mentah Brent naik 28 sen atau 0,3 persen menjadi diperdagangkan di 81,52 dolar AS per barel pada pukul 01.45 GMT, setelah jatuh ke level terendah enam minggu pada Kamis (18/11/2021) sebelum rebound menjadi ditutup 1,2 persen lebih tinggi.
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS bertambah 19 sen menjadi diperdagangkan di 79,20 dolar AS per barel, setelah berayun melewati kisaran lebih dari 2 dolar AS di sesi sebelumnya sebelum ditutup menguat. Kedua kontrak acuan menuju penurunan minggu keempat.
Perputaran pasar mengikuti laporan Reuters bahwa Amerika Serikat telah meminta China, Jepang dan pembeli besar lainnya untuk bergabung dengan dalam pelepasan stok minyak mentah dari Cadangan Minyak Strategis (SPR) mereka.
"Pasar tetap ketat secara fundamental dan volume apa pun yang dirilis tidak mungkin secara substansial mengubah keseimbangan global," kata analis komoditas Fitch Solutions dalam sebuah catatan. "Dengan demikian, kami memperkirakan penurunan harga akan terbatas dalam skala dan durasi."
Dorongan pemerintahan Biden untuk pelepasan stok minyak yang terkoordinasi telah dilihat sebagai sinyal kepada kelompok produksi OPEC+ bahwa mereka harus meningkatkan produksi untuk mengatasi kekhawatiran harga bahan bakar yang tinggi di ekonomi terbesar dunia, dimulai dengan Amerika Serikat, China dan Jepang.
OPEC+, yang mengelompokkan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), Rusia dan produsen lainnya, telah mempertahankan apa yang dikatakan para analis sebagai pengekangan produksi yang belum pernah terjadi sebelumnya, bahkan ketika harga telah pulih dari kedalaman tahap awal pandemi virus corona.
Sementara itu data yang menunjukkan ekspor minyak Arab Saudi mencapai level tertinggi delapan bulan pada September, naik untuk bulan kelima berturut-turut, juga membantu menjaga harga tetap terkendali.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021