Warga Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan mulai membudidayakan Lebah Kelulut (Trigona itama) untuk memproduksi madu.
Ustadz Afri salah satu yang membudidayakan Lebah Kelulut sejak 2018 . Warga Kelurahan Antasari ini memproduksi sembilan liter madu setiap panennya.
"Saya sudah memiliki 30 log atau sarang lebah Kelulut yang bisa menghasilkan tujuh hingga sembilan liter untuk setiap kali panen," ujar Ustadz Afri di Amuntai, Sabtu.
Pria bernama lengkap Noer Arief Afriandi ini mengatakan, selain untuk di konsumsi sendiri, Madu Kelulut miliknya juga dipasarkan melalui mediia sosial, teman dan kerabat
Harga bervariasi, katanya, mulai dari ukuran 80 ml dengan harga Rp50.000, 150 ml harga Rp75.000 , sedang yang 250 ml di patok Rp120.000 dan ukuran 500 ml dijual Rp215.000.
Dikatakan, masa panen madu setiap tahunnya dari April - Oktober yakni disaat musim buah.
"Tidak bisa dipatok dua bulan pasti panen, karena pada bulan yang musim buah saja madunya melimpah, kalau setiap dua bulan panen khawatirnya ketika dibuka kering madunya," terangnya.
Usaha budidaya madu milik Ustadz Afri sedikit diuntungkan ketika terjadi Pandemi COVID-19 seperti sekarang ini, dimana orang lebih peduli dengan kesehatan. Mengkonsumsi madu pun menjadi alternatif untuk menjaga agar imun tubuh terjaga.
Madu jenis ini sudah mulai tidak asing lagi namanya yang diyakini besar khasiatnya bagi kesehatan.
Afri mempersilakan bagi warga yang ingin belajar membudidayakan Lebah Kelulut datang kerumahnya.
“Dulu saya juga belajar dengan mendatangi tempat budidaya lebah kelulut, disamping belajar melalui sosial," kata Afri.
Jenis lebah madu kelulut yang ia budidayakan terdapat tiga jenis yakni jenis itama, drescery dan levicep.
Ustadz Afri juga pernah memberikan pelatihan di Desa Tambak Saripanji, mengajarkan bagaimana pembudidayaan kelulut yang bisa diaplikasikan masyarakat.
"Sejauh ini Alhamdulillah masyarakat juga sudah bisa membudidayakannya sendiri," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
Ustadz Afri salah satu yang membudidayakan Lebah Kelulut sejak 2018 . Warga Kelurahan Antasari ini memproduksi sembilan liter madu setiap panennya.
"Saya sudah memiliki 30 log atau sarang lebah Kelulut yang bisa menghasilkan tujuh hingga sembilan liter untuk setiap kali panen," ujar Ustadz Afri di Amuntai, Sabtu.
Pria bernama lengkap Noer Arief Afriandi ini mengatakan, selain untuk di konsumsi sendiri, Madu Kelulut miliknya juga dipasarkan melalui mediia sosial, teman dan kerabat
Harga bervariasi, katanya, mulai dari ukuran 80 ml dengan harga Rp50.000, 150 ml harga Rp75.000 , sedang yang 250 ml di patok Rp120.000 dan ukuran 500 ml dijual Rp215.000.
Dikatakan, masa panen madu setiap tahunnya dari April - Oktober yakni disaat musim buah.
"Tidak bisa dipatok dua bulan pasti panen, karena pada bulan yang musim buah saja madunya melimpah, kalau setiap dua bulan panen khawatirnya ketika dibuka kering madunya," terangnya.
Usaha budidaya madu milik Ustadz Afri sedikit diuntungkan ketika terjadi Pandemi COVID-19 seperti sekarang ini, dimana orang lebih peduli dengan kesehatan. Mengkonsumsi madu pun menjadi alternatif untuk menjaga agar imun tubuh terjaga.
Madu jenis ini sudah mulai tidak asing lagi namanya yang diyakini besar khasiatnya bagi kesehatan.
Afri mempersilakan bagi warga yang ingin belajar membudidayakan Lebah Kelulut datang kerumahnya.
“Dulu saya juga belajar dengan mendatangi tempat budidaya lebah kelulut, disamping belajar melalui sosial," kata Afri.
Jenis lebah madu kelulut yang ia budidayakan terdapat tiga jenis yakni jenis itama, drescery dan levicep.
Ustadz Afri juga pernah memberikan pelatihan di Desa Tambak Saripanji, mengajarkan bagaimana pembudidayaan kelulut yang bisa diaplikasikan masyarakat.
"Sejauh ini Alhamdulillah masyarakat juga sudah bisa membudidayakannya sendiri," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021