Harga minyak naik pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), dengan Brent menyentuh level tertinggi dalam lebih dari dua bulan, didukung oleh meningkatnya permintaan bahan bakar dan penarikan persediaan minyak mentah AS karena produksi di Teluk Meksiko masih terhambat setelah dilanda dua badai berturut-turut.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November terangkat 1,06 dolar AS atau 1,4 persen, menjadi menetap pada 77,25 dolar AS per barel, harga tertinggi sejak pertengahan Juli. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman November bertambah 1,07 dolar AS atau 1,5 persen, menjadi ditutup di 73,30 dolar AS per barel.

"Kenyataannya sedang terjadi - ada lebih banyak pembicaraan tentang pengetatan persediaan global dan ada kekhawatiran tentang masalah pasokan memasuki musim dingin," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago.

Dukungan tambahan mungkin datang karena Gedung Putih mengambil garis yang lebih keras terhadap Iran, katanya.

Pada Rabu (22/9/2021), kedua kontrak melonjak 2,5 persen setelah Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan persediaan minyak mentah AS dalam seminggu hingga 17 September turun 3,5 juta barel menjadi 414 juta - terendah sejak Oktober 2018.

Juga mendukung harga, beberapa anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya telah berjuang untuk meningkatkan produksi setelah bertahun-tahun kekurangan investasi atau penundaan pekerjaan pemeliharaan selama pandemi.

Pada Rabu (22/9/2021), menteri perminyakan Irak mengatakan OPEC+ sedang bekerja untuk menjaga minyak mentah mendekati 70 dolar AS per barel karena ekonomi global pulih. Kelompok ini akan menggelar pertemuan pada 4 Oktober.

Kemampuan ekspor Iran sebagian bergantung pada menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015-nya. Jendela tetap terbuka tetapi Teheran belum mengindikasikan apakah pihaknya bersedia untuk melanjutkan pembicaraan di Wina, kata seorang pejabat senior AS.

Dolar, yang biasanya memiliki hubungan terbalik dengan harga-harga komoditas, turun dari level tertinggi satu bulan setelah Federal Reserve mengisyaratkan akan segera mulai mengurangi pembelian obligasi bulanan dan menetapkan tingkat suku bunga yang lebih tinggi tahun depan, sambil menyisakan ruang untuk memperlambat segalanya jika diperlukan.

Bank sentral AS “memberikan pemberitahuan terlebih dahulu tentang niat taperingnya, sehingga mengkonfirmasi optimisme ekonominya, yang pada akhirnya menunjukkan permintaan minyak AS yang kuat,” kata Barbara Lambrecht, analis di Commerzbank.

Harga minyak juga mendapat dukungan karena kekhawatiran mereda atas kemungkinan gagal bayar jangka pendek oleh pengembang properti China Evergrande atas obligasi dolarnya.

Sebagai tanda penguatan permintaan bahan bakar, tingkat pemanfaatan kilang-kilang Pesisir Timur Amerika Serikat naik menjadi 93 persen, tertinggi sejak Mei 2019, data EIA menunjukkan. Lonjakan harga gas alam juga mendukung sentimen pasar, kata ANZ Research.

“Kekurangan pasokan gas dapat mendorong utilitas listrik untuk beralih dari gas ke minyak jika musim dingin menjadi lebih dingin tahun ini,” tulis analis ANZ dalam sebuah catatan.

Harga gas alam telah melonjak di seluruh dunia dalam beberapa bulan terakhir karena faktor-faktor termasuk peningkatan permintaan terutama dari Asia ketika pulih dari pandemi, persediaan gas yang rendah, dan pasokan gas yang ketat dari Rusia.

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021