Akademisi di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, melakukan kajian tanaman enau atau aren (Arenga pinnata, suku Arecaceae) yang menghasilkan air nira sebagai bahan baku gula merah.
"Kami ingin mengetahui lebih dalam manfaat pohon aren atau enau bagi manusia khususnya masyarakat Kotabaru, selain bisa menghasilkan air nira sebagai bahan gula merah juga manfaat yang lainnya," kata akademisi dari Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Paris Barantai, Kotabaru Rony Syafriansyah di Kotabaru, Sabtu.
Rony mengaku pihaknya bersama tim saat ini tengah melakukan penelitian dan kajian terhadap pohon aren dan manfaatnya.
Baca juga: Permintaan gula aren jelang Ramadhan naik
Kabupaten Kotabaru yang terdiri dari kepulauan ini memiliki wilayah cukup luas, dan sebagian besar daratannya bisa ditumbuhi pohon aren.
"Saat ini pohon aren tumbuh di mana-mana, sehingga masyarakat memanfaatkannya air nira yang dihasilkan dari pohon aren tersebut menjadi gula merah," ujarnya.
Gula merah asal Kotabaru, memiliki ciri khas yang berbeda dengan gula aren dari kabupaten lain di Kalimantan Selatan.
"Tekstur, legitnya dan fisiknya ada perbedaan dengan gula aren asal daerah lain," katanya.
Oleh karenanya, lanjut Rony, sudah seharusnya ada kajian dan penelitian mengenai pohon aren dan manfaatnya, dan kegiatan tersebut sudah mendapatkan dukungan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kotabaru, melalui Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan.
"Ditargetkan gula aren Kotabaru dipatenkan, sementara pengembangan tidak menutup kemungkinan dilakukan di sejumlah daerah kecamatan di Kotabaru," ujar Rony, tanpa menyebutkan secara detail luas tanaman aren di Kotabaru saat ini.
Ia mengakui, hingga saat ini produk-produk yang sudah turun temurun diproduksi oleh warga Kotabaru belum memiliki hak paten, sehingga sangat rawan untuk diambil oleh masyarakat luar.
Baca juga: Harga Gula Aren Naik Di Banjarmasin
Terlebih lagi, produk-produk hasil dari pertanian masih belum satupun yang memiliki hak paten khas Kotabaru.
Selain bernilai ekonomis tinggi, tanaman aren dan gula merah Kotabaru harus tetap dijaga dan dilestarikan, agar ke depan bisa menjadi salah satu alternatif yang mampu menopang perekonomian masyarakat Kotabaru.
Sementara itu, aren atau enau adalah palma yang terpenting setelah kelapa (nyiur) karena merupakan tanaman serba guna.
Tumbuhan ini dikenal dengan berbagai nama seperti nau, hanau, peluluk, biluluk, kabung, juk atau ijuk (aneka nama lokal di Sumatra dan Semenanjung Malaya); kawung, taren (Sd.); akol, akel, akere, inru, indu (bahasa-bahasa di Sulawesi); moka, moke, tuwa, tuwak (di Nusa Tenggara), dan lain-lain.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
"Kami ingin mengetahui lebih dalam manfaat pohon aren atau enau bagi manusia khususnya masyarakat Kotabaru, selain bisa menghasilkan air nira sebagai bahan gula merah juga manfaat yang lainnya," kata akademisi dari Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Paris Barantai, Kotabaru Rony Syafriansyah di Kotabaru, Sabtu.
Rony mengaku pihaknya bersama tim saat ini tengah melakukan penelitian dan kajian terhadap pohon aren dan manfaatnya.
Baca juga: Permintaan gula aren jelang Ramadhan naik
Kabupaten Kotabaru yang terdiri dari kepulauan ini memiliki wilayah cukup luas, dan sebagian besar daratannya bisa ditumbuhi pohon aren.
"Saat ini pohon aren tumbuh di mana-mana, sehingga masyarakat memanfaatkannya air nira yang dihasilkan dari pohon aren tersebut menjadi gula merah," ujarnya.
Gula merah asal Kotabaru, memiliki ciri khas yang berbeda dengan gula aren dari kabupaten lain di Kalimantan Selatan.
"Tekstur, legitnya dan fisiknya ada perbedaan dengan gula aren asal daerah lain," katanya.
Oleh karenanya, lanjut Rony, sudah seharusnya ada kajian dan penelitian mengenai pohon aren dan manfaatnya, dan kegiatan tersebut sudah mendapatkan dukungan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kotabaru, melalui Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan.
"Ditargetkan gula aren Kotabaru dipatenkan, sementara pengembangan tidak menutup kemungkinan dilakukan di sejumlah daerah kecamatan di Kotabaru," ujar Rony, tanpa menyebutkan secara detail luas tanaman aren di Kotabaru saat ini.
Ia mengakui, hingga saat ini produk-produk yang sudah turun temurun diproduksi oleh warga Kotabaru belum memiliki hak paten, sehingga sangat rawan untuk diambil oleh masyarakat luar.
Baca juga: Harga Gula Aren Naik Di Banjarmasin
Terlebih lagi, produk-produk hasil dari pertanian masih belum satupun yang memiliki hak paten khas Kotabaru.
Selain bernilai ekonomis tinggi, tanaman aren dan gula merah Kotabaru harus tetap dijaga dan dilestarikan, agar ke depan bisa menjadi salah satu alternatif yang mampu menopang perekonomian masyarakat Kotabaru.
Sementara itu, aren atau enau adalah palma yang terpenting setelah kelapa (nyiur) karena merupakan tanaman serba guna.
Tumbuhan ini dikenal dengan berbagai nama seperti nau, hanau, peluluk, biluluk, kabung, juk atau ijuk (aneka nama lokal di Sumatra dan Semenanjung Malaya); kawung, taren (Sd.); akol, akel, akere, inru, indu (bahasa-bahasa di Sulawesi); moka, moke, tuwa, tuwak (di Nusa Tenggara), dan lain-lain.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021