Plt Sekdaprov Kalimantan Selatan (Kalsel) Roy Rizali Anwar mengharapkan jembatan darurat di Matraman (sekitar 65 kilometer dari Banjarmasin) Kabupaten Banjar yang sudah terpasang tidak bermasalah lagi.
"Insya Allah hari ini (21/1) atau paling lambat Jumat (22/1) jembatan darurat sebagai pengganti sementara jembatan yang putus tersebut sudah bisa dilewati," ujarnya menjawab Antara Kalsel di Banjarmasin, Rabu (20/1).
"Permasalahan jembatan di Matraman tersebut merupakan tanggung jawab Balai Besar Jalan Nasional Wilayah Kalsel yang merupakan Unit Pelaksana Tugas (UPT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Republik Indonesia," lanjutnya saat berada di DPRD provinsi setempat.
Roy yang juga Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kalsel berharap, dengan terbangunnya jembatan darurat di Matraman itu arus transportasi Banjarmasin - Banua Anam lancar kembali.
Banua Anam Kalsel meliputi Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan (HSS), Hulu Sungai Tengah (HST), Hulu Sungai Utara (HSU), Balangan dan Kabupaten Tabalong yang berbatasan Kalimantan Timur (Kaltim) dan Kalimantan Tengah (Kalteng)
Jembatan darurat itu mengambil Jembatan Belly yang ada di Kabupaten Tapin dan kebetulan tidak terpakai. Tetapi guna ketahanan prasarana perhubungan tersebut tonase angkutan terbatas yaitu maksimal sepuluh ton.
"Dengan pembatasan berat beban angkutan, maka kendaraan bermotor yang lewat jembatan tersebut harus mengurangi tonase seperti mobil pengangkut semen Conch," demikian Roy Rizali Anwar.
Pasalnya jembatan di Matraman yang putus tersebut merupakan penghubung atau berada pada jalan nasional/trans Kalimantan poros tengah Kalsel yang menghubungkan dengan Kaltim serta beberapa kabupaten di pedalaman Kalteng - hulu Sungai Barito.
Kabupaten yang berada di pedalaman dan masuk pemerintah provinsi (Pemprov) Kalteng tersebut yaitu Kabupaten Barito Timur (Bartim), Barito Selatan (Barsel), Barito Utara (Barut/Batara) dan Kabupaten Murung Raya (Mura).
Namun kabupaten di pedalaman Kalteng tersebut kini sudah terhubung dengan Palangkaraya (198 kilometer barat Banjarmasin), ibukota provinsi tetangga itu yang berjarak sekitar 125 kilometer dengan Buntok, ibukota Barsel. Sementara Banjarmasin - Buntok lebih kurang 300 kilometer.
Putusnya jembatan di Matraman itu karena terjangan banjir 13 Januari lalu dan sehari kemudian pembuatan jembatan darurat, tetapi 15 Januari 2021 jatuh karena tebing tergerus air deras dan dalam.
Akibat putusnya jembatan di Matraman tersebut lalulintas kendaraan bermotor dari dari Banjarmasin - daerah hulu sungai (Banua Anam) Kalsel atau sebaliknya terpaksa melalui air banjir dalam pada kawasan Marabahan Kabupaten Barito Kuala (Batola).
Oleh karenanya transportasi Banjarmasin - Banua Anam atau sebaliknya terganggu, karena kendaraan bermotor jenis sedan tidak bisa menembus air dalam kawasan daerah pertanian pasang surut Batola tersebut, kecuali mobil agak tinggi seperti Fortuner atau sejenisnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
"Insya Allah hari ini (21/1) atau paling lambat Jumat (22/1) jembatan darurat sebagai pengganti sementara jembatan yang putus tersebut sudah bisa dilewati," ujarnya menjawab Antara Kalsel di Banjarmasin, Rabu (20/1).
"Permasalahan jembatan di Matraman tersebut merupakan tanggung jawab Balai Besar Jalan Nasional Wilayah Kalsel yang merupakan Unit Pelaksana Tugas (UPT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Republik Indonesia," lanjutnya saat berada di DPRD provinsi setempat.
Roy yang juga Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kalsel berharap, dengan terbangunnya jembatan darurat di Matraman itu arus transportasi Banjarmasin - Banua Anam lancar kembali.
Banua Anam Kalsel meliputi Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan (HSS), Hulu Sungai Tengah (HST), Hulu Sungai Utara (HSU), Balangan dan Kabupaten Tabalong yang berbatasan Kalimantan Timur (Kaltim) dan Kalimantan Tengah (Kalteng)
Jembatan darurat itu mengambil Jembatan Belly yang ada di Kabupaten Tapin dan kebetulan tidak terpakai. Tetapi guna ketahanan prasarana perhubungan tersebut tonase angkutan terbatas yaitu maksimal sepuluh ton.
"Dengan pembatasan berat beban angkutan, maka kendaraan bermotor yang lewat jembatan tersebut harus mengurangi tonase seperti mobil pengangkut semen Conch," demikian Roy Rizali Anwar.
Pasalnya jembatan di Matraman yang putus tersebut merupakan penghubung atau berada pada jalan nasional/trans Kalimantan poros tengah Kalsel yang menghubungkan dengan Kaltim serta beberapa kabupaten di pedalaman Kalteng - hulu Sungai Barito.
Kabupaten yang berada di pedalaman dan masuk pemerintah provinsi (Pemprov) Kalteng tersebut yaitu Kabupaten Barito Timur (Bartim), Barito Selatan (Barsel), Barito Utara (Barut/Batara) dan Kabupaten Murung Raya (Mura).
Namun kabupaten di pedalaman Kalteng tersebut kini sudah terhubung dengan Palangkaraya (198 kilometer barat Banjarmasin), ibukota provinsi tetangga itu yang berjarak sekitar 125 kilometer dengan Buntok, ibukota Barsel. Sementara Banjarmasin - Buntok lebih kurang 300 kilometer.
Putusnya jembatan di Matraman itu karena terjangan banjir 13 Januari lalu dan sehari kemudian pembuatan jembatan darurat, tetapi 15 Januari 2021 jatuh karena tebing tergerus air deras dan dalam.
Akibat putusnya jembatan di Matraman tersebut lalulintas kendaraan bermotor dari dari Banjarmasin - daerah hulu sungai (Banua Anam) Kalsel atau sebaliknya terpaksa melalui air banjir dalam pada kawasan Marabahan Kabupaten Barito Kuala (Batola).
Oleh karenanya transportasi Banjarmasin - Banua Anam atau sebaliknya terganggu, karena kendaraan bermotor jenis sedan tidak bisa menembus air dalam kawasan daerah pertanian pasang surut Batola tersebut, kecuali mobil agak tinggi seperti Fortuner atau sejenisnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021