* Adaro jadi yang pertama di Kalimantan
Pengembangan program paska tambang dan pengelolaan area reklamasi PT Adaro Indonesia, kini memasuki babakan anyar.
Tak sekadar pemenuhan peraturan pemerintah, lebih jauh, upaya tersebut, selaras dengan langkah besar penyelamatan benih tanaman hutan endemik Kalimantan, merupa misi yang mengiringi. Kegiatan bertajuk Eksplorasi Benih Tanaman Hutan Kalimantan, yang sudah berjalan sejak 2012 lalu, bekerjasama dengan Balai Penelitian Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK), Banjarbaru, regional Kalselteng, menjadi pioneer perusahaan tambang di Kalimantan.
Baca juga: Lebih Dekat Dengan Lahan Kritis Seluas 3.728 ha DAS Kabupaten Bajar Direhabilitasi Adaro
Menurut Research and Development Section Head, pada QHSE Compliance PT Adaro Indonesia, sebagai inisiator kegiatan, Fazlul Wahyudi, eksplorasi awalnya untuk pemenuhan bibit tanaman berkayu keras, seperti meranti dan ulin, yang bakal mengganti tanaman pendahulu di area reklamasi.
“Tanaman seperti sengon dan akasia, mulai memasuki purna tugas, awalnya kita ingin memasukkan tanaman keras, untuk mengawali fase pergantian,” ujarnya.
Namun, seiring waktu, kata Fazlul, kesadaran perlahan terbentuk, bahwa pengumpulan benih tanaman itu, juga menyelamatkan keanekaragaman hayati Kalimantan.
Baca juga: Gubernur Paman Birin apresiasi PWI gelorakan olahraga
Di alam terbuka, bibit tanaman yang tumbuh di lantai hutan, tidak semua memiliki kesempatan tumbuh, mereka harus berebut nutrisi dan cahaya matahari untuk menunjang pertumbuhannya.
Sejak 2012 hingga sekarang, dari upaya pengumpulan benih yang sudah dilakukan, sedikitnya sudah terkumpul hingga 30 ribu bibit dari beragam jenis tanaman, seperti meranti dan ulin, serta beberapa jenis tanaman lahan basah.
Dalam konsep penataan zonasi area paska tambang, ungkap Fazlul, seperti termaktub dalam dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RPL), serta dokumen mandatori paska tambang Adaro, ada empat zona di daratan dan perairan yang akan dibentuk, Zona Pemanfaatan, Zona Penyangga, Zona Biodiversitas, dan Zona Wisata.
Baca juga: Tim Futsal Wartawan Polda Kalsel gilas lawan di penyisihan
Empat zona tersebut, selain memiliki fungsi yang sudah ditetapkan, juga memiliki daya tarik lain, yakni ekowisata.
Setiap zona bakal bernilai wisata pendidikan, tempat studi kehutanan, hingga pengenalan tanaman endemik Kalimantan terlengkap.
“Nilai lebihnya, ini semua berada di atas lahan bekas tambang, sesuatu yang mungkin tidak pernah terbayangkan bisa dilakukan.
"Semacam arboeretuem atau tanaman koleksi,” kata Fazlul.
Baca juga: Adaro tindaklanjuti ambruknya fender Jembatan Rumpiang
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Pengembangan program paska tambang dan pengelolaan area reklamasi PT Adaro Indonesia, kini memasuki babakan anyar.
Tak sekadar pemenuhan peraturan pemerintah, lebih jauh, upaya tersebut, selaras dengan langkah besar penyelamatan benih tanaman hutan endemik Kalimantan, merupa misi yang mengiringi. Kegiatan bertajuk Eksplorasi Benih Tanaman Hutan Kalimantan, yang sudah berjalan sejak 2012 lalu, bekerjasama dengan Balai Penelitian Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK), Banjarbaru, regional Kalselteng, menjadi pioneer perusahaan tambang di Kalimantan.
Baca juga: Lebih Dekat Dengan Lahan Kritis Seluas 3.728 ha DAS Kabupaten Bajar Direhabilitasi Adaro
Menurut Research and Development Section Head, pada QHSE Compliance PT Adaro Indonesia, sebagai inisiator kegiatan, Fazlul Wahyudi, eksplorasi awalnya untuk pemenuhan bibit tanaman berkayu keras, seperti meranti dan ulin, yang bakal mengganti tanaman pendahulu di area reklamasi.
“Tanaman seperti sengon dan akasia, mulai memasuki purna tugas, awalnya kita ingin memasukkan tanaman keras, untuk mengawali fase pergantian,” ujarnya.
Namun, seiring waktu, kata Fazlul, kesadaran perlahan terbentuk, bahwa pengumpulan benih tanaman itu, juga menyelamatkan keanekaragaman hayati Kalimantan.
Baca juga: Gubernur Paman Birin apresiasi PWI gelorakan olahraga
Di alam terbuka, bibit tanaman yang tumbuh di lantai hutan, tidak semua memiliki kesempatan tumbuh, mereka harus berebut nutrisi dan cahaya matahari untuk menunjang pertumbuhannya.
Sejak 2012 hingga sekarang, dari upaya pengumpulan benih yang sudah dilakukan, sedikitnya sudah terkumpul hingga 30 ribu bibit dari beragam jenis tanaman, seperti meranti dan ulin, serta beberapa jenis tanaman lahan basah.
Dalam konsep penataan zonasi area paska tambang, ungkap Fazlul, seperti termaktub dalam dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RPL), serta dokumen mandatori paska tambang Adaro, ada empat zona di daratan dan perairan yang akan dibentuk, Zona Pemanfaatan, Zona Penyangga, Zona Biodiversitas, dan Zona Wisata.
Baca juga: Tim Futsal Wartawan Polda Kalsel gilas lawan di penyisihan
Empat zona tersebut, selain memiliki fungsi yang sudah ditetapkan, juga memiliki daya tarik lain, yakni ekowisata.
Setiap zona bakal bernilai wisata pendidikan, tempat studi kehutanan, hingga pengenalan tanaman endemik Kalimantan terlengkap.
“Nilai lebihnya, ini semua berada di atas lahan bekas tambang, sesuatu yang mungkin tidak pernah terbayangkan bisa dilakukan.
"Semacam arboeretuem atau tanaman koleksi,” kata Fazlul.
Baca juga: Adaro tindaklanjuti ambruknya fender Jembatan Rumpiang
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019