Ketua Komisi III Bidang Pembangunan dan Infrastruktur DPRD Kalimantan Selatan (Kalsel) H Sahrujani mengungkapkan, PT Adaro Indonesia berjanji menindaklanjuti peristiwa ambruknya fender Jembatan Rumpiang Marabahan, ibu kota Kabupaten Barito Kuala (Batola).

"Janji itu ketika kami mengunjungi kantor perusahaan pertambangan batu bara tersebut di Dahai Kabupaten Balangan (sekitar 227 kilometer utara Banjarmasin)," ujarnya menjawab Antara Kalsel di Banjarmasin, Selasa.

Politikus senior Partai Golkar itu menerangkan, dalam kunjungan Komisi III DPRD Kalsel yang juga membidangi, pertambangan dan energi, perhubungan serta lingkungan hidup ke perusahaan tersebut fokus membicarakan masalah fender Jembatan Rumpiang (sekitar 40 kilometer barat Banjarmasin).

"Sebab ambruk atau tenggelamnya fender Jembatan Rumpiang tersebut karena tertabrak tongkang pengangkut batu bara milik Adaro," ujar wakil rakyat asal daerah pemilihan (dapil) Kalsel V/Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Balangan dan Kabupaten Tabalong itu.
Baca juga: DPRD Desak Perbaikan "Finder" Jembatan Rumpiang
Baca juga: Luas Tanam Budidaya Kedelai Barito Kuala Meningkat

Dalam pertemuan dengan Komisi III DPRD Kalsel pada Jumat (22/11) lalu, pihak perusahaan pertambangan batu bara tersebut menyatakan, peristiwa tertabraknya fender Jembatan Rumpiang itu bukan tanggung jawab mereka.

Pasalnya untuk pengangkutan hasil tambang batu bara generasi pertama di Kalsel itu menjadi tanggung jawab pihak ketiga atau perusahaan perkapalan yang menjadi kontraktor buat mengangkut "emas hitam" tersebut.

"Tetapi sebagai tanggung jawab moril, perusahaan pemegang Perjanjian Kerjasama Pertambangan Batu Bara (PKP2B) itu, tetap akan memanggil/mempertanyakan tanggung jawab perusahaan perkapalan tersebut," kutipnya.

"Kita berharap, fender Jembatan Rumpiang yang berada pada lintasan Sungai Barito dan alur lalu-lalang angkutan sungai (termasuk pengangkut batu bara) itu kembali seperti sedia kala serta tetap terjaga," lanjutnya.

Karena, menurut mantan Ketua DPRD HSU itu, fender tersebut penting pengamanan jembatan supaya bisa bertahan relatif lama sebagai prasarana perhubungan darat serta penunjang kelancaran lalu lintas angkutan jalan raya.

"Apalagi seperti Jembatan Rumpiang yang pembiayaannya mencapai ratusan miliar rupiah dan peresmiannya tergolong baru yaitu tahun 2008, serta membuka keterisolasian ibu kota Batola, sehingga perlu kita jaga bersama keutuhannya," demikian Sahrujani.

Pewarta: Sukarli/Syamsuddin Hasan

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019