Lutung dahi putih, yang memiliki nama Latin Prebytis Frontata, yang sudah langka bahkan hampir punah, telah ditemukan di hutan adat Mancabung Desa Pipitak Jaya, Kecamatan Piani, Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan.
Satwa primata endemik Kalimantan tersebut ditemukan oleh beberapa anak muda yang sedang melakukan kegiatan fotografi liar di kawasan tersebut.
"Iya saat kami melakukan fotografi liar dengan tujuan mencari burung rangkok, tiba-tiba kami menemukan lutung dahi putih tersebut," ujar Hendra Gunawan yang juga pengurus Forum Komunitas Hijau (FKH) Go Green Bastari, Minggu.
Pria yang biasa disapa Ogun tersebut menjelaskan belum pernah melihat keberadaan lutung dahi putih di alam liar di daerah tersebut.
"Saat ini keberadaan lutung dahi putih mulai punah karena habitatnya mulai terancam, banyaknya hutan yang telah beralih fungsi lahan menjadi perkebunan sawit dan pertambangan," ujarnya lagi.
Lutung dahi putih disebut-sebut sebagai monyek cantik. Oleh masyarakat ia sering disebut sebagai puan (Dayak), perut (Kayan), dan jirangan (Banjar dan Serawak). Dalam bahasa Inggris, monyet langka ini disebut sebagai White-fronted Langur, White-faced Langur atau White-fronted Leaf Monkey.
Diceritakannya, saat ditemukan, terlihat dua ekor lutung dahi putih yang sedang duduk di dahan pohon. Hendra berharap satwa mamalia tersebut bisa tetap bertahan di hutan adat Mancabung.
"Saat ditemukan kami cuma melihat dua ekor. Awalnya kami mengira itu lutung biasa, ternyata setelah diamati itu lutung dahi putih. Ini menjadi kebanggaan bagi kami," ujarnya.
Ketua Masyarakat Peduli Rangkong (Maspekong) Kabuapten Tapin, Noor Aminin yang mengikuti kegiatan tersebut merasa takjub bisa melihat lutung dahi putih di alam liar. "Ini benar-benar momen langka, saat kami mengamati owa-owa yang sedang bermain di pohon, tiba-tiba di pohon sebelah ada lutung dahi putih, sangat takjub," ujarnya.
Dijelaskan Aminin, di hutan adat Mancabung masih sering terlihat hewan-hewan yang sudah mulai jarang ditemukan di alam liar, seperti Owa-Owa, burung rangkok, dan lainnya.
"Semoga sisa hutan yang ada ini bisa terus dijaga kelestariannya, apalagi di hutan tersebut banyak ditemukan hewan-hewan dilindungi," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Satwa primata endemik Kalimantan tersebut ditemukan oleh beberapa anak muda yang sedang melakukan kegiatan fotografi liar di kawasan tersebut.
"Iya saat kami melakukan fotografi liar dengan tujuan mencari burung rangkok, tiba-tiba kami menemukan lutung dahi putih tersebut," ujar Hendra Gunawan yang juga pengurus Forum Komunitas Hijau (FKH) Go Green Bastari, Minggu.
Pria yang biasa disapa Ogun tersebut menjelaskan belum pernah melihat keberadaan lutung dahi putih di alam liar di daerah tersebut.
"Saat ini keberadaan lutung dahi putih mulai punah karena habitatnya mulai terancam, banyaknya hutan yang telah beralih fungsi lahan menjadi perkebunan sawit dan pertambangan," ujarnya lagi.
Lutung dahi putih disebut-sebut sebagai monyek cantik. Oleh masyarakat ia sering disebut sebagai puan (Dayak), perut (Kayan), dan jirangan (Banjar dan Serawak). Dalam bahasa Inggris, monyet langka ini disebut sebagai White-fronted Langur, White-faced Langur atau White-fronted Leaf Monkey.
Diceritakannya, saat ditemukan, terlihat dua ekor lutung dahi putih yang sedang duduk di dahan pohon. Hendra berharap satwa mamalia tersebut bisa tetap bertahan di hutan adat Mancabung.
"Saat ditemukan kami cuma melihat dua ekor. Awalnya kami mengira itu lutung biasa, ternyata setelah diamati itu lutung dahi putih. Ini menjadi kebanggaan bagi kami," ujarnya.
Ketua Masyarakat Peduli Rangkong (Maspekong) Kabuapten Tapin, Noor Aminin yang mengikuti kegiatan tersebut merasa takjub bisa melihat lutung dahi putih di alam liar. "Ini benar-benar momen langka, saat kami mengamati owa-owa yang sedang bermain di pohon, tiba-tiba di pohon sebelah ada lutung dahi putih, sangat takjub," ujarnya.
Dijelaskan Aminin, di hutan adat Mancabung masih sering terlihat hewan-hewan yang sudah mulai jarang ditemukan di alam liar, seperti Owa-Owa, burung rangkok, dan lainnya.
"Semoga sisa hutan yang ada ini bisa terus dijaga kelestariannya, apalagi di hutan tersebut banyak ditemukan hewan-hewan dilindungi," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019