Kotabaru, (Antaranews Kalsel) - Sekretaris Daerah Kotabaru H Said Akhmad menghadiri sekaligus membuka kegiatan pertemuan teknis Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) 2018.
"Sistem kewaspadaan pangan dan gizi adalah suatu sistem pendeteksian dan pengelolaan informasi tentang situasi pangan dan gizi yang berjalan terus menerus," kata Sekda Kotabaru.
Informasi yang dihasilkan menjadi dasar perencanaan, penentuan kebijakan, koordinasi program, dan kegiatan penanggulangan rawan pangan dan gizi.
Tujuan kegiatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi ini adalah untuk menganalisis situasi pangan dan gizi, meningkatkan kemampuan petugas dalam menganalisis situasi pangan dan gizi dan mengantisipasi terjadinya rawan pangan.
Karena pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam undang-undang dasar negara republik indonesia tahun 1945.
"Saya atas nama Pemkab Kotabaru menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ibu Erniati, yang mewakili pusat ketersediaan dan kerawanan pangan, badan ketahanan pangan, Kementerian Pertanian Republik Indonesia, dan Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kalsel Suparno," ujar dia.
Semoga kerjasama yang sudah terjalin dengan baik selama ini, dapat lebih meningkatkan komitmen bersama dalam upaya memajukan dan meningkatkan pembangunan ketahanan pangan Kotabaru.
Masalah gizi merupakan masalah yang kompleks dan memiliki dimensi yang luas, karena penyebabnya multi-faktor dan multi-dimensi. Dalam perspektif ketahanan pangan, maka masalah gizi berakar pada masalah ketersediaan, distribusi, dan keterjangkauan pangan, kemiskinan, pendidikan dan pengetahuan, serta perilaku atau budaya masyarakat.
Masih terjadinya kasus rawan pangan dan gizi buruk di beberapa daerah di indonesia, informasi terkini masih tingginya angka stunting atau gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis di indonesia, termasuk di kalimantan selatan yang menjadi perhatian serius pemerintah dalam penanganannya.
Hal ini menunjukkan bahwa masalah ketahanan pangan bukan masalah yang sederhana, dan dapat diatasi sesaat saja, melainkan merupakan masalah yang cukup kompleks karena tidak hanya memperhatikan situasi ketersediaan pangan atau produksi disisi makro saja.
Melainkan juga harus memperhatikan program-program yang terkait dengan fasilitasi peningkatan akses terhadap pangan dan asupan gizi, baik ditingkat rumah tangga maupun bagi anggota rumah tangga itu sendiri.
"Saya berharap kepada semua pihak agar ke depan dapat lebih meningkatkan koordinasi dan membangun kerja sama lintas sektor, dalam rangka membangun ketahanan pangan kabupaten kotabaru," tutur Sekda.