Barabai, (Antaranews Kalsel) - Lukisan asli ulama ternama Kalsel Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari akhirnya pulang kampung ke Kota asal pelukis di Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan.
Lukisan karya Lamberi Bustani yang hanya satu-satunya terpampang di Museum Lambung Mangkurat Provinsi Kalsel tersebut diduplikasi oleh seniman asal Solo Jumali Wahyono Perwito dan diserahkan kepada ahli waris yang masih hidup yaitu Norminami di Komplek Melati 1 Desa Banua Jingah Kecamatan Barabai, Kamis (8/2).
Menurut Jumali Wahyono Perwito atau lebih akrab dipanggil Jiwo Pogog menjelaskan setelah mendapat izin xahli waris pelukis sekitar tahun 2015, Dia mulai melukis Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari.
"Ternyata lukisan asli milik almarhum Lamberi Bustani ini dibuat hanya satu buah yaitu yang berada di museum sedangkan pelukisnya sendiri tidak memilki sampai akhir hayatnya," katanya.
Dia menerangkan dari cerita anak beliau Norminami (73), Lamberi Bustani melukis sketsa wajah Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari dimulai pada malam hari sekitar jam 01.00 Wita dini hari setelah mimpi yang berulang-ulang dialaminya.
"Dari isyarat mimpinya itu Lamberi Bustani yang juga seorang seniman lukis merasa terpanggil dan tergerak hatinya untuk melukis karena Dia menganggap mimpinya itu bukan sesuatu yang biasa," katanya.
Menurutnya Lamberi juga sempat terhenti melukis dan kehilangan moodnya karena sakit ataupun masalah lainnya, namun karena semangat yang kuat dari mimpi itu akhirnya dia mampu menyelesaikan lukisan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari tersebut dengan sempurna," katanya.
Lukisan itu diperkirakan dibuat sekitar tahun 1970 an saat Lamberi Bustani menjabat sebagai Kepala Bidang Kesenian dan Kebudayaan Kanwil Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalsel.
Pengusaha Meubel dan lukisan itu menceritakan ide keinginannya untuk melukis kembali foto Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari tersebut sebenarnya sejak tahun 2013 saat Dia berkunjung ke Kalimantan dengan agenda ziarah kebudayaan dan napak tilas perjuangan Tjilik Riwut dan berkunjung ke Museum Lambung Mangkurat.
"Naluri saya melihat lukisan milik Lamberi Bustani itu menimbulkan ide yang saling berkesinambungan dengan kunjungan saya ke Desa Patikalain Kecamatan Hantakan Kabupaten HST," kata seorang konseptor Desa Wisata.
Belajar dari keberhasilannya membangun Desa Pogog selama10 Tahun dengan seorang diri, lulusan Universitas 11 Maret Solo ini merasa terpanggil ikut andil dalam membangun salah satu wilayah pegunungan Meratus itu menjadi lebih maju dan kreatif dengan memanfaatkan alamnya tanpa merusak.
"Akhirnya pada Tahun 2015 saya coba menghubungi ahli waris pelukis yaitu ibu Norminami untuk meminta ijin menduplikat lukisan tersebut yang hasil penjualan lukisan nantinya sebagian akan kita gunakan untuk program pemberdayaan desa di wilayah pegunungan Meratus," katanya.
Program itu bernama Kalimantan 2K (Kreatif dan kompetitif) dengan pemanfaatan hasil-hasil alam seperti batu dan pohon-pohon menjadi kerajinan tangan yang bernilai ekonomis dan program Meratus Hules (Hulu lestari).
"Lukisan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari ini sudah kita lukis sebanyak 20 buah dengan 2 versi yaitu versi yang nyata seperti yang di museum dan versi hitam putih serta semua bahannya seperti kanvas, cat, dan framenya kayu jati dengan kualitas terbaik dan pengerjaan satu buahnya sekitar 2 bulan," katanya.
Ke depan kita juga akan membuat lukisan yang terbuat dari media kayu ulin agar nilainya lebih tinggi dengan harga semahal-mahalnya hingga tidak rusak sampai ratusan tahun dan dapat dijadikan sebuah investasi.
"Lukisan di kayu ini akan sangat berbeda dengan lukisan di kanvas, kita akan buat semirip mungkin seperti foto dengan teknik ilmu-ilmu kaidah modern saat ini dan nantinya merupakan kabar gembira dan hadiah bagi masyarakat Banjar karena dapat melihat wajah Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari yang lebih realis," katanya.