Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Tapin Tengan, Badariah, mengatakan bahwa di tahun 2017 produktivitas cabai yang terkenal dengan kepedasannya tersebut rata-rata perbulan yakni 34,2 kwintal perhektarnya.
"Mulai awal panen sekitar bulan Juni dan berakhir pada Desember 2017, provitas cabai Hiyung di Desa Hiyung mencapai 34,2 kwintal perhektaranya," ujarnya.
Hal tersebut menurutnya, poroduksi cabai Hiyung di tahun 2017 tidak terlalu adanya peningkatan di banding di tahun 2016 yang mampu memproduksi hasil panen sebanyak 276,9 ton dengan luas tanam 71 hektar.
"Kalu kita bandingkan dengan hasil produksi tahun 2016, itu hampir tidak adanya peningkatan hasil produksi, karena di tahun 2016 dengan luas 71 hektar mampu memproduksi 276,9 ton," ujarnya lagi.
Menurutnya, hal tersebut dikarenakan ditahun 2017 banyak tanaman cabai Hiyung yang terkena serangan penyakit Antraks, sehingga banyak para petani cabai Hiyung gagal memanen cabai-cabainya.
"Karena beberapa bulan ini curah hujan yang tinggi, sehingga banyak tanaman yang diserah penyakit antraks atau patek, sehingga banyak cabai yang rusak," ujarnya lagi.
Tentunya, Pemerintah Kabupaten Tapin dan masyarakat Hiyung ditahun 2018 ini, mampu meningkatkan produktivitas cabai yang terkenal dengan kepedasannya 17 kali lipat dari cabai biasanya tersebut.
Pertanian cabai Hiyung sendiri sangat membantu perekonomian masyarakat Desa Hiyung yang dulunya hanya bekerja sebagai pencari kayu galam untuk dijadikan kayu bakar dan keperluan bahan bangunan.
Selain itu, varietas tanaman lokal dari Kementrian Pertanian RI dengan nomer 09/PLV/2012 tanggal 12 April 2012 tersebut memiliki keunggulan yakni daya penyimpanan yang tanam lama yang mampu bertahan selama 10 hari dengan suhu ruang normal.