Tanjung, (Antaranews Kalsel) - Bagi masyarakat Kabupaten Tabalong dan sekitarnya, Yayasan Hasbunallah Wani’mal Wakil yang di dalamnya mengelola TK, SD, SMP, SMA plus serta Pondok Pesantren Terpadu Nurul Musthofa mungkin sudah sangat dikenal luas.
Komplek bangunan sekolah yang berdiri cukup megah di area seluas 5,5 hektar di Jalan Lestari Indah No 1 Perumahan Swadarma Lestari RT11 Kelurahan Mabuun, Kecamatan Murung Pudak, Kabupaten Tabalong tersebut sudah banyak mencetak prestasi dari anak didiknya dan keberadaan lembaga pendidikan Islam itu sudah menjadi kebanggaan masyarakat Tabalong.
Namun siapa sangka, dibalik kesuksesan sekolah yang berdiri sejak 2006 ini, ada sosok seorang anggota Polri yang berjuang merintis dari nol mendirikan tempat pendidikan tersebut.
Sosok anggota Polri itu adalah Ipda Tri Susilo. Pria hebat inilah yang menjadi pendiri dan pembina Yayasan Hasbunallah hingga besar dan dikenal luas seperti sekarang ini dan tempat sebagai pencetak hafiz Quran.
Di tengah kesibukannya bertugas mengabdi di institusi Polri, Pa Haji Tri, begitu biasa dia disapa, memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap dunia pendidikan, khususnya pendidikan Islam.
Dibantu para pihak yang turut mendukung idenya membangun sebuah lembaga pendidikan, Pa Haji Tri akhirnya berhasil mewujudkan sekolah Islam dengan sistem full day school, dimana anak didik mengikuti pembelajaran dari pukul 07.30 WITA hingga usai Shalat Ashar.
"Jadi ada tiga kali shalat berjamaah di sekolah setiap harinya, yakni Shalat Dhuha, Dzuhur dan Ashar," kata pria yang kini bertugas sebagai Kepala Urusan Administrasi dan Ketatausahaan (Kaur Mintu) Satuan Reskrim Polres Tabalong ini kepada Wartawan Antara, Jumat (9/6).
Dalam perkembangannya, ungkap Pa Haji Tri, progress anak didik di tingkat Sekolah Dasar untuk pembelajaran menghafal Al-quran sangat baik. Dari target pihak sekolah lulusan SD Hasbunallah bisa hafal Al-qur'an satu atau dua juz, namun ternyata ada yang hafal hingga lima juz atau bahkan lebih.
Atas dasar itulah, maka pada tahun 2012 didirikan hafiz Qur'an dengan nama Pondok Pesatren Nurul Musthofa setingkat SMP di lingkungan komplek sekolah Hasbunallah.
"Kalau di pondok pesantrennya, kami menggunakan sistem boarding school maksudnya murid tinggal di asrama," tutur pria kelahiran Ngawi 31 Juli 1964 itu.
Saat ini tercatat ada 380 santri dalam sembilan kelas mengikuti pendidikan untuk menghafal Al-quran di Ponpes Nurul Musthofa dari total 900 siswa di sekolah Hasbunallah yang di dalamnya terdapat 42 ruang kelas.
"Alhamdulilah sudah ada beberapa santri kami yang hafal 30 juz Al-quran," ungkap Tri penuh bangga.
Pendidikan di Yayasan Hasbunallah mengedepankan pembelajaran Al-quran dengan metode bekerja sama dengan Ummi Foundation Surabaya.
Dimana pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran Al-quran metode Ummi adalah pendekatan bahasa ibu.
Yaitu langsung dibaca tanpa dieja atau diurai alias tidak banyak penjelasan. Atau dengan kata lain learning by doing, belajar secara langsung diperkuat dengan diferensiasi sebagai metode yang mudah, cepat namun berkualitas.
"Untuk menjamin kualitas baca Al-quran murid kami, di sekolah ini ada pendamping dari Yayasan Lembaga Pendidikan Islam Al-Hikmah Surabaya," tutur suami dari Rusminah itu.
Sedangkan para tenaga pengajar dan karyawan yang kini berjumlah 137 orang, diambil dari beragam disiplin ilmu para alumni terbaik dari Pondok Pesantren Gontor Jawa Timur, Ponpes Darussalam Martapura hingga lulusan Mesir dan Yaman.
Untuk biaya operasional, Yayasan Hasbunallah mengandalkan iuran dari orangtua murid serta mencari bantuan-bantuan para dermawan. Seperti dari dana CSR Adaro yang membantu penambahan sarana gedung sekolah.
Meski terbilang bukan sekolah yang memiliki anggaran lebih, namun pengelola yayasan tetap menomorsatukan kepedulian terhadap murid dari ekonomi kurang mampu dengan menerapkan subsidi silang.
Menariknya, manajemen sekolah juga memberikan dispensasi khusus bagi orangtua yang menyekolahkan anaknya lebih dari satu di Hasbunallah. Jadi, apabila anak kedua hanya dikenakan biaya 75 persen, anak ketiga 40 persen dan anak keempat digratiskan.
"Tujuan utama kami mendirikan sekolah tentunya syiar Islam, jadi lewat lembaga pendidikan mempersiapkan generasi Islami dengan karakter Ahlus Sunnah wal Jamaah," tandas polisi yang telah mengabdi di Polres Tabalong selama 31 tahun itu.
Dengan bukti telah berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat tersebut, Tri Susilo pun ingin menegaskan ia sebagai polisi jangan dipandang sebelah mata.
Menurut dia, masih banyak sosok polisi yang tulus berjuang untuk masyarakat baik itu dalam pelaksanaan tugas pokok sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat maupun di luar tupoksinya seperti mendirikan lembaga pendidikan seperti dirinya itu.