Barabai, Hulu Sungai Tengah (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah (Pemkab HST), Kalimantan Selatan (Kalsel) menyusun sebanyak 65 buku dongeng sebagai bahan koleksi untuk dijadikan literasi bagi pelajar yang menceritakan sejarah tentang daerah setempat.
“Buku ini nanti menjadi pegangan bagi guru-guru khususnya jenjang PAUD dan TK. Seperti dalam pelaksanaan program story telling, guru nanti dapat bercerita tentang sejarah Kabupaten HST,” kata Kepala Dinas Perpustakaan Kabupaten HST Ahmad Fatoni di Barabai, Hulu Sungai Tengah, Jumat.
Dia menyebutkan setelah proses percetakan buku ini nanti selesai, Dinas Perpustakaan akan menggandeng Dinas Pendidikan untuk melaksanakan berbagai program literasi khususnya program story telling, bahkan sebelumnya sudah pernah menghadirkan pendongeng nasional seperti Kak Ojan.
“Dinas Perpustakaan sebagai penyedia koleksi buku, sementara Dinas Pendidikan pelaksana kegiatan. Bahkan Dinas Pendidikan sudah gencar memberikan pelatihan kepada para guru-guru terkait story telling, ini akan lebih optimal,” ujarnya.
Fatoni mengatakan di antara 65 koleksi buku ini, isinya menyangkut berbagai macam sejarah Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang mencakup asal-usul suatu daerah, bahasa, tradisi, budaya, adat istiadat, dan lainnya.
Menurut dia, koleksi buku ini akan efektif dan mudah dipahami pelajar jenjang PAUD dan TK karena mengusung konsep bercerita yang biasanya disukai kalangan anak-anak, misal menjelaskan kenapa suatu daerah diberikan nama, apa arti namanya, kenapa suatu daerah melakukan suatu tradisi, dan semua akan dibuat lebih menarik agar pelajar tertarik dan tidak mudah bosan.
Fatoni menjelaskan, mendongeng merupakan cara paling efektif dalam meningkatkan literasi anak-anak yang tergolong sebagai kalangan gemar bermain, membangun alam bawah sadar anak agar memiliki karakter yang baik, dan dengan bercerita akan membuat si anak memperhatikan secara cermat materi pelajaran yang diberikan oleh guru.
“Selain itu, kami juga berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan dalam menggelar lomba literasi berbahasa daerah tingkat SD/SLTP/SLTA, ini menjadi muatan lokal sebagaimana arahan dari Perpusnas RI agar daerah mengelola dengan baik muatan lokal yang menyangkut budaya suatu daerah,” ujar Fatoni.