Kotabaru (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kotabaru terus berupaya untuk melalui penuruanan kasus stunting atau gangguan pertumbuhan pada anak karena gizi, salah satunya melalui pencegahan pernikahan dini.
Plh Sekretaris Daerah Kotabaru H Hairul Aswandi, mengapresiasi, Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPPAPPKB) setempat yang telah menggelar Rapat Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting dengan Mencegah Pernikahan Dini.
"Pendewasaam usia perkawinam merupakan pencegahan awal dari percepatan penurunan stunting, mengingat dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) usia menikah wanita 21 tahun, dan pria 25 tahun, sedangkan dari Kementerian Agama Kotabaru usia perkawinan pada wanita dan pria yaitu usia 19 tahun," kata Hairul Aswandi, Kamis (3/10).
Dikatakan, pendewasaan usia perkawinan dapat mencegah perkawinan di bawah 20 tahun/usia perkawinan anak, serta dapat mengurangi dampak dari kesehatan seperti pendarahan, kematian ibu dan kematian anak, dari segi psikolog sepertj kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi serta kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) serta dapat menimbulkan stunting.
Plh Sekda mengajak masyarakat untuk bersama-sama menurunkan angka stunting di Kabupaten Kotabaru, apalagi saat ini BKKBN sudah meluncurkan Aplikasi Elsimil.
"Diharapkan tiga bulan sebelum melangsungkan perkawinan dapat melaporkan ke kantor urusan agama (KUA) setempat, serta ke Puskesmas untuk mendapatkan konseling kesehatan pra nikah dan imunisasi TT pertama dan di bulan selanjutnya dapat diberikan TT kedua serta melalui tim pendampingan keluarga agar terus di dampingi calon penganten," kata dia.
Saat ini BKKBN meluncurkan Aplikasi Elsimil (Elektronik Siap Nikah dan Siap Hamil) agar dapat di gunakan bagi calon pengantin yang akan melangsungkan perkawinan pada saat imunisasi TT tersebut.
Melalui kegiatan ini pula, diharapkan sinkronisasi data calon pengantin seperti Elsimil, Simkah atau SKPD terkait yang memiliki aplikasi serupa sehingga data tersebut dapat dapat dilakukan intervensi spesifik maupun intervensi sensitif dalam percepatan penurunan stunting.