"Kami merencanakan suatu program transisi energi dengan target sampai 2060. Jika bisa emisinya zero atau net zero emissions dan PLN sangat berkomitmen mewujudkan itu," ujar Direktur Manajemen Risiko PLN Suroso Isnandar melalui keterangan tertulis Humas PT PLN (Persero) UID Kalselteng di Banjarbaru, Jumat.
Baca juga: Waket sementara DPRD apresiasi PLN
Menurut Suroso, PLN mewujudkan target itu telah mengusulkan road map transisi energi yang dilakukan bersama pemerintah melalui Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 yang paling hijau sepanjang sejarah dengan penambahan kapasitas pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT) hingga tahun 2030 sebesar 51,6 persen atau 21 gigawatt (GW).
Disebutkan Suroso, pemerintah dan PLN mendukung langkah itu dengan menyiapkan program Accelerated Renewable Energy Development (ARED) yang berfokus mengurangi penggunaan batubara secara bertahap pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) atau "coal phase down".
Kemudian, memfasilitasi penambahan kapasitas pembangkit sekitar 75 persen pembangkit akan berbasis EBT dan 25 persen berbasis gas hingga 2040.
"Melalui ARED itu, langkah yang kita lakukan adalah PLTU tidak disuntik mati langsung. Itu namanya coal phase out, tapi kita coal phase down yang secara bertahap akan dikurangi," ucap Suroso.
Suroso menambahkan PLN juga telah menghilangkan daftar pembangunan PLTU dalam rencana investasi ke depan.
Baca juga: Bupati resmikan listrik operasi 24 jam di Kecamatan Kelumpang Utara
Baca juga: Waket sementara DPRD apresiasi PLN
Menurut Suroso, PLN mewujudkan target itu telah mengusulkan road map transisi energi yang dilakukan bersama pemerintah melalui Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 yang paling hijau sepanjang sejarah dengan penambahan kapasitas pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT) hingga tahun 2030 sebesar 51,6 persen atau 21 gigawatt (GW).
Disebutkan Suroso, pemerintah dan PLN mendukung langkah itu dengan menyiapkan program Accelerated Renewable Energy Development (ARED) yang berfokus mengurangi penggunaan batubara secara bertahap pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) atau "coal phase down".
Kemudian, memfasilitasi penambahan kapasitas pembangkit sekitar 75 persen pembangkit akan berbasis EBT dan 25 persen berbasis gas hingga 2040.
"Melalui ARED itu, langkah yang kita lakukan adalah PLTU tidak disuntik mati langsung. Itu namanya coal phase out, tapi kita coal phase down yang secara bertahap akan dikurangi," ucap Suroso.
Suroso menambahkan PLN juga telah menghilangkan daftar pembangunan PLTU dalam rencana investasi ke depan.
Baca juga: Bupati resmikan listrik operasi 24 jam di Kecamatan Kelumpang Utara
"Di samping itu, PLN menargetkan penambahan kapasitas pembangkit berbasis EBT sebesar 66.000 MW hingga tahun 2040. Pengembangan energi terbarukan ini meliputi tenaga surya, angin, panas bumi, dan biomassa, yang diharapkan mampu menggantikan peran energi fosil dalam jangka panjang," ungkapnya.
Sebagai bagian dari langkah transisi energi, PLN juga telah menerapkan co-firing pada 46 PLTU, dengan memanfaatkan biomassa sebagai bahan substitusi batu bara. Inisiatif ini akan diperluas menjadi 52 PLTU pada tahun 2025.
Suroso menuturkan, PLN akan memulai perdagangan karbon di 55 PLTU melalui mekanisme "carbon trading". Selain itu, PLN telah mengeluarkan inovasi produk hijau melalui layanan Renewable Energy Certificate (REC) untuk mendorong pengurangan emisi karbon secara efektif pada sektor energi.
"Di masa depan, PLN juga akan mempercepat pembangunan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan dengan kapasitas besar, seperti tenaga surya, tenaga air, dan tenaga angin," sebutnya.
Baca juga: PLN UP Kalselteng survei kepuasan masyarakat terkait CSR
Baca juga: PLN UP Kalselteng survei kepuasan masyarakat terkait CSR
Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Abra Talattov pada kesempatan yang sama, menilai peran penting PLN mempercepat transisi energi dari pembangkit berbasis fosil ke energi terbarukan.
"Melalui Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL), Indonesia menargetkan penambahan sekitar 51 persen pembangkit listrik akan berasal dari energi terbarukan pada tahun 2030. Ini adalah langkah yang sangat progresif menuju masa depan yang lebih hijau," ucap dia.
Tak hanya itu, kata dia REC yang ditawarkan oleh PLN menjadi solusi bagi industri yang ingin beralih ke energi bersih dan berbagai langkah hijau PLN itu tidak hanya berdampak ke lingkungan, tetapi juga mampu menciptakan lapangan kerja baru serta mendukung pertumbuhan ekonomi.
"Investasi hijau dapat membuka peluang kerja formal berkualitas, mendukung kelas menengah, serta memperkuat ekonomi menuju Indonesia Emas 2045. Semuanya adalah kontribusi penting bagi pembangunan dan kesejahteraan masyarakat," katanya.