Kandangan, (Antaranews Kalsel) - Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, terus berupaya mengantisipasi adanya titik api yang biasanya mulai terjadi pada musim kemarau seperti saat ini.
Kasubid Kedarutatan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana, Kesbangpol HSS Nur Hadi di Kandangan, Kamis, mengatakan wilayah Kecamatan Daha Barat, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, merupakan daerah yang rentan adanya titik api, karena wilayahnya merupakan dataran rendah dan rawa.
Selain itu, tambah dia, seperti di derah lainnya di Kalsel, para petani hingga kini masih terbiasa membuka lahan pertanian dengan membakar, karena dianggap lebih ekonomis dan cepat.
"Syukur berdasarkan pemantauan menara oantau PT SAM, hingga kini di wilayah Daha Barat tidak ada titik api, walaupun sebelumnya sempat ada titik api di kilometer 14 di kecamatan tersebut, namun bisa dengan cepat ditangani," katanya.
Menurut dia, berdasarkan pemantauan yang disampaikan Kapolsek Daha Barat Subhani, Camat Daha Barat Husairi, para kepala desa utamanya Desa Baru dan Siang Gantung, yang langsung dipimpin Wakapolres HSS Kompol Wildan, titik api tersebut bisa dengan cepat ditangani.
"Saat ini, sudah tidak ada titik api, lokasi sebelumnya yang ada titik api merupakan lahan yang berada di pinggir jalan kemungkinan sengaja dibakar untuk membuka lahan pertanian atau perkebunan", katanya.
Pihaknya juga terus mendapatkan informasi dari BMKB Banjarbaru, yang sempat mendeteksi terdapat titik api di Daha Barat sehingga bisa langsung ditangani.
"Informasi titik api dari BMKG diterima rutin setiap pukul 06.00 dan 18.00, kerja sama penangangan karhutla juga didukung penuh baik dari Polres, TNI, aparat kecamatan dan kerukunan BPK," katanya.
Menurut dia, Polres HSS juga telah menyiapkan posko di lokasi Bundaran Ketupat, sehingga apabila ada penetapan status siaga darurat, maka posko akan diaktifkan.
Selain itu, sosialisasi antisipasi karhutla juga intensif dilakukan, begitu juga untuk sanksi hukum akan ditegakkan bagi pembakar lahan dan hutan.
Kebiasaan masyarakat yang menggunakan pola membakar lahan dan hutan untuk pertanian dan perkebunan, tambah dia, memang marak karena anggapan lebih murah, mudah dan praktis.
Masyarakat tidak memikirkan dampak kebakaran lahan dan hutan, yang akan berimplikasi pada kerusakan ekosistem bahkan kesehatan terganggu karena kabut asap pekat penyebab infeksi saluran pernafasan.
Ditambahkannya saat ini beberapa perusahaan perkebunan yang beroperasi di Kabupaten Hulu Sungai Selatan antara lain PT SAM maupun PT SLS, cukup kooperatif dalam penangangan Karhutla.
Perusahaan tersebut secara swadaya telah menyediakan unit alat pemadam kebakaran dan personel di lapangan sesuai dengan kemampuan perusahaan masing-masing.