Chicago (ANTARA) - Harga emas menguat pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), menghentikan kerugian sembilan sesi berturut-turut, rekor penurunan harian terpanjang dalam lebih dari enam tahun, karena dolar Amerika Serikat (AS) yang lebih lemah.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di Divisi Comex New York Exchange, terangkat 1,30 dolar AS atau 0,07 persen menjadi ditutup pada 1.916,50 dolar AS per ounce, setelah menyentuh tertinggi sesi di 1.926,00 dolar AS dan terendah di 1.915,90 dolar AS.
Emas berjangka anjlok 13,10 dolar AS atau 0,68 persen menjadi 1.915,20 dolar AS pada Kamis (17/8), setelah jatuh 6,90 dolar AS atau 0,36 persen menjadi 1.928,30 dolar AS pada Rabu (16/8), dan merosot 8,80 dolar AS atau 0,45 persen menjadi 1.935,20 dolar AS pada Selasa (15/8).
Dolar AS tergelincir dari tertinggi dua bulan, tetapi masih berada di jalur untuk kenaikan minggu kelima berturut-turut karena ekonomi AS yang tangguh menyiratkan suku bunga yang lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.
Dolar AS melemah pada Jumat (18/8), setelah inflasi kawasan euro menunjukkan tanda-tanda pelambatan marjinal.
Indeks dolar, yang melacak greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, terakhir diperdagangkan 0,2 persen lebih rendah di 103,290.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,18 persen menjadi 103,3831 pada akhir perdagangan.
Turunnya imbal hasil obligasi Pemerintah AS, juga memberikan dukungan pada emas, membantu emas mengakhiri penurunan beruntun terpanjang sejak Maret 2017i. Namun emas masih mengakhiri pekan ini dengan penurunan hampir 1,6 persen.
Didorong oleh data ekonomi AS yang kuat, indeks dolar AS telah naik 0,7 persen minggu ini dan sekitar 1,6 persen sejauh bulan Agustus, memperkuat ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga "lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.
Baca juga: Emas kian terpukul kenaikan dolar dan imbal hasil obligasi AS
Baca juga: Emas jatuh lagi setelah data ekonomi AS lebih baik dari perkiraan
"Kenaikan baru-baru ini dalam imbal hasil AS meredam minat investor, di antara investor keuangan spekulatif yang lebih berorientasi jangka pendek dan investor ETF," Barbara Lambrecht, analis komoditas di Commerzbank, mengatakan dalam catatan Jumat (18/8).
"Dalam kondisi seperti ini, permintaan fisik emas di Asia hampir tidak dapat membantu, dan impor emas China kemungkinan tidak akan menggerakkan harga," katanya.
Perhatian pasar kini beralih ke simposium kebijakan moneter AS di Jackson Hole, Wyoming, minggu depan. Ketua Federal Reserve Jerome Powell diharapkan akan berbicara di simposium.
Jika Powell terlihat mengindikasikan kemungkinan kenaikan suku bunga lainnya, emas bisa turun "agak lebih jauh," kata Lambrecht, meskipun Commerzbank memperkirakan Powell tidak akan berkomitmen untuk bergerak.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September naik 1,80 sen atau 0,08 persen, menjadi ditutup pada 22,733 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober terangkat 19,40 dolar atau 2,17 persen, menjadi menetap pada 915,00 dolar AS per ounce.
Baca juga: Harga emas Antam hari ini stagnan di posisi Rp1,060 juta per gram
Baca juga: Dolar AS jatuh setelah data menunjukkan inflasi kawasan euro melambat
Baca juga: Minyak naik dipicu sinyal perlambatan produksi AS
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budisantoso Budiman