Banjarmasin (ANTARA) - Akademisi Universitas Nahdatul Ulama Kalimantan Selatan (NU Kalsel) Dr H Sarbaini Haira mengingatkan, kampanye pada Pemilihan Umum (Pemilu) Tahun 2024 jangan bersifat atau menjurus fitnah.
Peringatan itu dalam Serial Pertama Pendidikan Politik yang dia unggah melalui Group "Jemaat Aswaja Banua" atau telepon seluler, Ahad.
Menurut Sarbaini yang mantan wartawan dan akrab dengan sapaan "Sauku" di kalangan sesama jurnalis itu, bahwa ada elemen pemerintah, wakil rakyat melakukan perilaku buruk, misalnya korupsi, atau perilaku buruk lain, maka jangan harus mengumpat.
"Masih ada waktu tiap lima tahun. Kita dorong aparat, ajak masyarakat menjadi dewasa dalam berpolitik," ujar mantan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) tersebut.
Mantan Ketua NU Kalsel itu mengajak, pilihlah wakil rakyat dan eksekutifnya, presiden, gubernur, bupati dan wali kota dari figur yang "tya trush" dalam pemerintahan.
Ia menambahkan, berkampanye tidak harus mencaci maki, fitnah, menebarkan berita bohong yang tak berdasar.
"Sebab yang namanya fitnah sebagaimana dalam Al Qur'an menegaskan. Al-fitnatu asy-syadun minal qatli (sesungguhnya fitnah lebih kejam dari pembuatan)," kutip alumnus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) kini Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta itu.
Sauku kelahiran Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Kalsel itu mengajak/mengingatkan jadilah negarawan yang baik, selalu arief dan bijaksana, al-hikmah. Itulah sebetulanya esensi ber-Islam.
Sauku artinya satu biji (sa=satu, uku=biji) berasal dari bahasa Banjar daerah hulu sungai atau "Banua Anam" Kalsel yang meliputi Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan (HSS), Hulu Sungai Tengah (HST), HSU, Balangan dan Kabupaten Tabalong.