New York (ANTARA) - Harga minyak turun sekitar dua persen ke level terendah satu minggu pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena kebuntuan politik atas plafon utang AS memicu kegelisahan resesi di konsumen minyak terbesar dunia, sementara meningkatnya klaim pengangguran AS dan data ekonomi China yang lemah membebani pasar.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli jatuh 1,43 dolar AS atau 1,9 persen menjadi ditutup di 74,98 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni tergelincir 1,69 dolar AS atau 2,3 persen, menjadi menetap di 70,87 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Itu adalah penutupan terendah untuk kedua harga acuan sejak 4 Mei.
Dolar naik ke level tertinggi sejak 1 Mei terhadap sekeranjang mata uang utama, setelah data klaim pengangguran AS baru-baru ini memperkuat kasus Federal Reserve untuk menghentikan kenaikan suku bunga tetapi tidak mendorong ekspektasi penurunan suku bunga akhir tahun.
Greenback yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal di negara lain. Suku bunga yang lebih tinggi dapat membebani permintaan minyak karena meningkatkan biaya pinjaman, menekan pertumbuhan ekonomi.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen mendesak Kongres untuk menaikkan batas utang federal sebesar 31,4 triliun dolar AS dan mencegah gagal bayar yang belum pernah terjadi sebelumnya yang akan memicu penurunan ekonomi global.
"Ketidakpastian mengenai plafon utang AS, masalah perbankan baru-baru ini yang dapat mendorong krisis kredit di sebagian besar industri minyak dan kemungkinan kuat berlanjutnya resesi tetap menjadi hambatan signifikan bagi pasar minyak," kata analis di perusahaan konsultan energi Ritterbusch and Associates dalam sebuah catatan.
Menjaga tekanan pada harga minyak, indeks saham Dow dan S&P 500 AS jatuh setelah kesengsaraan terbaru bank PacWest Bancorp yang berbasis di California memicu kejatuhan lain di sektor perbankan regional.
Jangka waktu suku bunga tinggi yang diperpanjang dapat memberi lebih banyak tekanan pada bank, tetapi akan diperlukan jika inflasi tetap tinggi, kata Presiden Federal Reserve Minneapolis Neel Kashkari.
Harga produsen AS naik moderat bulan lalu, kenaikan inflasi produsen tahunan terkecil dalam lebih dari dua tahun.
Dalam berita AS lainnya, pemerintahan Presiden Joe Biden mengungkap rencana besar-besaran untuk memangkas emisi gas rumah kaca dari industri listrik, salah satu langkah terbesar sejauh ini dalam upayanya mendekarbonisasi ekonomi untuk memerangi perubahan iklim.
Pinjaman baru bank China jatuh jauh lebih tajam dari yang diharapkan pada April, menambah kekhawatiran bahwa pemulihan ekonomi pasca-pandemi kehilangan tenaga.
"Harga minyak lebih rendah setelah putaran lain data China, kali ini metrik uang, mengonfirmasi pembukaan kembali ekonomi mereka dari COVID terus mengecewakan," kata Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analitik OANDA.
Pasar minyak sebagian besar mengabaikan perkiraan permintaan minyak global Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk tahun 2023, yang memproyeksikan permintaan di China, importir minyak terbesar dunia, akan meningkat.
OPEC memproyeksikan permintaan minyak China akan naik 800.000 barel per hari, naik dari perkiraan 760.000 barel per hari bulan lalu.
Namun, OPEC mengatakan bahwa peningkatan permintaan China dapat diimbangi oleh risiko ekonomi di tempat lain, termasuk pertarungan plafon utang AS.
Di bidang pasokan, Irak telah mengirimkan permintaan resmi ke Turki untuk memulai kembali ekspor minyak melalui pipa yang mengalir dari wilayah semi-otonom Kurdistan di Irak utara ke pelabuhan Ceyhan di Turki, yang dapat menambah 450.000 barel per hari ke aliran minyak mentah global.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ganet Dirgantara