New York (ANTARA) - Harga minyak merosot lebih dari satu dolar per barel pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), mengakhiri reli beruntun tiga hari, karena data ekonomi menunjukkan bahwa Federal Reserve AS mungkin menaikkan suku bunga lebih lanjut.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli jatuh 1,03 dolar AS atau 1,3 persen menjadi ditutup di 76,41 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni tergelincir 1,15 dolar AS atau 1,6 persen, menjadi menetap di 72,56 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Harga konsumen AS naik pada April, berpotensi meningkatkan kemungkinan bahwa Fed akan mempertahankan suku bunga yang lebih tinggi. Naiknya suku bunga global telah membebani harga minyak dalam beberapa bulan terakhir, dengan para pedagang khawatir tentang resesi.
"Harga minyak tertekan oleh kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi terkait dengan krisis perbankan dan kelemahan musiman normal selama musim semi karena permintaan energi moderat," kata Jay Hatfield, CEO Infrastructure Capital Management.
Persediaan minyak mentah AS naik sekitar 3 juta barel pekan lalu karena rilis lain dari cadangan nasional dan penurunan ekspor, Badan Informasi Energi (EIA) mengatakan.
Laporan pemerintah mengonfirmasi data industri yang dirilis Selasa (9/5/2023) sore yang telah melaporkan kenaikan tak terduga, yang membebani harga untuk sebagian besar sesi Rabu (10/5/2023).
Para analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan penarikan minyak mentah sebesar 900.000 barel.
Peningkatan persediaan minyak mentah AS yang mengejutkan, bersama dengan impor minyak mentah yang lebih rendah dan pertumbuhan ekspor yang lebih lambat di China pada April memperburuk kekhawatiran tentang permintaan minyak global.
Namun, penurunan harga minyak mentah dibatasi oleh lonjakan permintaan bensin AS menjelang musim mengemudi musim panas.
Persediaan bensin AS turun 3,2 juta barel minggu lalu, jauh lebih besar dari perkiraan penarikan 1,2 juta barel oleh para analis. Stok sulingan juga menurun, menurut data EIA.
"Kami memperkirakan bahwa harga minyak berkisar antara 75-95 dolar AS selama 2023 berdasarkan pasokan dan permintaan fundamental dan bahwa minyak akan naik saat kita memasuki musim mengemudi musim panas," kata Hatfield.
Baca juga: Emas tergelincir karena ambil untung setelah data inflasi AS
Baca juga: Saham Inggris perpanjang kerugian, indeks FTSE 100 jatuh 0,29 persen
Baca juga: Saham Prancis rugi hari kedua, indeks CAC 40 terpangkas 0,49 persen
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang