Banjarmasin (ANTARA) - Penyebaran COVID-19 varian Omicron yang terjadi saat ini di tengah sekitar 1,4 juta warga Kalimantan Selatan (Kalsel) belum divaksin, sehingga akselerasi vaksinasi harus terus didorong agar semua warga dapat terlindungi.
Hal itu dikatakan anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan COVID-19 Hidayatullah Muttaqin SE, MSI, Pg.D, Senin, menyusul telah terdeteksinya varian Omicron pada tujuh pasien terkonfirmasi positif di RSUD dr Moch Ansari Saleh Banjarmasin.
"Adanya risiko besar yang dihadapi kelompok rentan termasuk belum divaksin jika Omicron menyebar dengan cepat di masyarakat," kata dia di Banjarmasin.
Muttaqin merujuk data Kementerian Kesehatan, vaksinasi lengkap di Kalsel baru mencapai 36 persen dari jumlah populasi hasil sensus penduduk tahun 2020, yaitu 4.073.584 jiwa.
Artinya ada sekitar 2,6 juta penduduk yang belum mendapatkan vaksin lengkap dan 1,4 juta orang yang belum divaksin sama sekali.
"Memang dari sekitar 4 juta populasi tentu tidak semuanya akan divaksin karena faktor penyakit atau faktor lainnya. Namun pastinya harus ada upaya memaksimalkan capaian vaksinasi sebanyak mungkin," paparnya.
Begitu pula dari 328 ribu lansia di Kalsel, baru 50 persen yang mendapat satu kali suntikan vaksin dan hanya 22 persen yang sudah mendapatkan vaksinasi lengkap.
Di samping tetap melakukan vaksinasi, Muttaqin mengingatkan pentingnya penguatan strategi 3T dan protokol kesehatan.
Begitu pula sangat diperlukan pengendalian mobilitas penduduk untuk menekan laju transmisi COVID-19 dengan menghentikan pembelajaran tatap muka hingga situasi aman, menerapkan aturan bekerja dari rumah sesuai tingkat esensialnya hingga meniadakan berbagai kegiatan yang sifatnya mengumpulkan massa, serta menerapkan pembelian di bungkus untuk usaha rumah makan dan kafe.
Menurut dia, jika laju transmisi COVID-19 tidak dapat ditekan, maka dampaknya akan dapat menghambat laju vaksinasi.
Di sisi lain, bertambah tingginya transmisi komunitas maka semakin besar pula risiko nakes terpapar dalam waktu bersamaan yang dapat menghambat pelayanan fasilitas kesehatan.
"Kondisi yang mungkin terjadi dalam beberapa waktu ke depan inilah yang perlu kita cegah. Hari ini pembatasan yang dilakukan tidak perlu sampai pada tingkat "lockdown". Tetapi jangan sampai semakin terlambat melakukan mitigasi," cetusnya.
Kasus COVID-19 Kalsel mengalami tren kenaikan dari 18 Januari 2022 yaitu dimulai dari satu kasus. Sehari kemudian meningkat menjadi 3 kasus dan pada 20 Januari bertambah 7 kasus dalam sehari. Sejak 3 Februari kasus harian melonjak di atas 100 orang.
Terhitung sejak 18 Januari hingga 7 Februari, warga yang dikonfirmasi positif berjumlah 1.369 orang, sembuh 51 orang dan meninggal 2 orang. Banjarmasin menjadi sumber kasus terbanyak yaitu 927 orang.
Adapun penambahan kasus konfirmasi tertinggi terjadi dalam satu pekan terakhir dengan jumlah 1.150 orang. Akibatnya kini kasus aktif sudah mencapai 1.317 orang dan 68 persen ada di Banjarmasin sebagai ibu kota provinsi.