Amuntai, (Antaranews Kalsel) - Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan drg Isnur Hatta mengatakan masih banyak warga masyarakat takut mengkonsumsi
obat pencegah Filaria atau penyakit Kaki Gajah karena efek samping yang ditimbulkannya.
Isnur mengatakan efek samping obat Filaria menunjukan ada gejala parasit Filaria ditubuh orang yang mengkonsumsi obat sehingga justru menunjukan obat bekerja baik
membunuh parasit Filaria.
"Memang ada efek sampingnya tapi itu justru bagus berarti obat bekerja membunuh parasit Filaria," kata Isnur di Amuntai Jum'at.
Isnur menjelaskan Penyakit Kaki Gajah disebebkan Parasit Filaria sejenis cacing amat kecil yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk.
Dikatakan, Cacing ini lantas hidup dalam aliran darah ke. Kalenjar Limfe (getah bening) yang dalam beberapa mendatang mengakibatkan pembengkakan pada beberapa bagian tubuh khususnya kaki./Eddy Abdillah
Dikatakan tahap pertama pemberian obat pencegah Filaria secara massal sudah dilaksanakan Dinkes pada 2014, di mana petugas sering menjumpaui warga yang khawatir mengkonsumsi obat pencegah Filaria karena ada efek sampingnya.
Isnur menjelaskan, efek samping yang ditimbulkan ketika mengkonsumsi obat pencegah Filaria diantaranya sakit kepala, lemas, mual dan muntah.
Obat Pencegahan Filaria ini, katanya tidak boleh dibereikan kepada bayi atau balita yang belum berusia 2 tahun keatas, ibu hamil dan penderita penyakit akut karena bisa berbahaya.
Ada tiga jenis obat yang diberikan sebagai obat pencegah Filaria yakni Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) dosis 100 mg, Albendazole 400 mg dan paracetamol.
Kegiatan pemberian obat pencegah Filaria secara massal tahap dua mulai dilaksanakan awal Oktober 2015 oleh petugas kesehatan yang dibagikan kerumah-rumah warga secara gratis.
Isnur menuturkan, obat juga dibagikan kepada anak-anak sekolah. Khusus untuk anak PAUD, TK dan SD diberikan dalam bentuk puyer agar mudah ditelan.
"Tahap pertama sudah dilaksanakan Oktober 2014" imbuhnya
Pemberian obat pencegah Filaria atau kaki gajah dilaksanakan selama dua tahun berturut-turut untuk memutuskan siklus penularan Filariasis./Eddy Abdillah