Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Balai Bahasa Kalimantan Selatan melakukan revitalisasi sastra lisan Bapandung dan Basyair.
“Bapandung adalah sastra lisan Banjar bercerita yang biasanya diadakan sebagai hiburan. Bapandung ini mirip dengan monolog, tetapi ada perbedaan yang cukup kuat antara keduanya.,” ujar Kepala Balai Bahasa Kalimantan Selatan, Muhammad Lutfi Baihaqi, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.
Dia menambahkan Bapandung merupakan monolog yang tidak hanya bercerita biasa, tetapi juga mempertunjukkan tiga hal yakni mempertunjukkan busana tokoh, yang selalu berganti sesuai pergantian karakter; Si pamandungan harus merubah cara bicara dan tingkah laku sesuai perubahan karakter, dan adanya konflik tertentu.
Sedangkan Basyair adalah sastra lisan membaca syair dalam bahasa Banjar. Pada masa dulu, Basyair adalah hiburan setelah masa panen, syair dibaca sebagai penghilang penat. Syair juga biasa digunakan sebagai nasihat pada acara keagamaan atau pada acara perkawinan.
“Dewasa ini, syair sebagai tontonan mulai kurang diminati masyarakat karena masyarakat modern lebih memilih tontonan seperti sinetron, film dan lain-lain,” terang dia.
“Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan merupakan salah satu lembaga yang bertanggung jawab dalam upaya pelindungan dan pelestarian sastra lisan di daerah, pada tahun ini kami melakukan revitalisasi sastra lisan Bapandung dan Bimbingan Teknis Pelindungan Sastra Lisan Basyair,” terang dia.
Dia menjelaskan program itu bertujuan melestarikan dan melindungi sastra lisan, mengenalkan sastra lisan bapandung dan basyair kepada generasi muda, meningkatnya penutur atau pendukung sastra lisan Bapandung dan Basyair, dan meningkatnya pelaku seni sastra lisan itu.