Banjarmasin (ANTARA) - Pakar pendidikan dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Prof H Ahmad Suriansyah, MPd, PhD mengatakan telah terjadi kontradiksi nilai di tengah masyarakat yang menjadi kendala mewujudkan disiplin protokol kesehatan (prokes) kepada peserta didik.
"Pemerintah kan ingin membuka pembelajaran tatap muka pada tahun ajaran 2021-2022, namun kebijakan ini semestinya harus melihat realita yang berkembang apakah siswa sudah bisa disiplin protokol kesehatan," kata dia di Banjarmasin.
Menurut Prof Sur, begitu biasa Ahmad Suriansyah disapa, anak-anak usia sekolah cenderung mengikuti apa yang dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Faktanya sekarang, mereka lebih banyak menyaksikan perilaku yang tidak memberikan contoh disiplin protokol kesehatan. Bagaimana pusat perbelanjaan dan sarana hiburan penuh tanpa menjaga jarak, penggunaan masker yang seakan hanya formalitas hingga tidak adanya sanksi tegas bagi yang melanggar prokes.
"Di satu sisi ada nilai disiplin protokol kesehatan yang harus dijalankan. Namun di sisi lain, banyak orang yang melanggar, sehingga terjadi pertentangan nilai dalam diri anak. Celakanya, contoh nyata inilah diikuti anak bukan nilai-nilai ideal yang harusnya dijalankan," jelas Direktur Pascasarjana ULM itu.
Dalam kegiatan pembelajaran tatap muka di sekolah pada situasi pandemi, Prof Sur menegaskan bukan sekadar penyediaan fasilitas cuci tangan, pemeriksaan suhu tubuh ataupun mengatur jarak tempat duduk di kelas, tetapi budaya baru beradaptasi dengan COVID-19 adalah hal utama.
"Peserta didik harus ditanamkan betul bahwa protokol kesehatan itu wajib demi keselamatan bersama warga sekolah dan keluarga di rumah. Makanya, nilai dan perilaku yang berkembang harus sejalan sehingga anak mudah teredukasi secara benar tanpa ada pertentangan dalam hatinya," tegas profesor Bidang Manajemen Pendidikan lulusan Universiti Utara Malaysia itu.
Prof Sur pun mengaku mendukung penuh dibukanya kembali sekolah dengan tiga prinsip utama harus dipenuhi yaitu terjadinya proses pembelajaran yang aman, nyaman dan menyenangkan.
Untuk itu, sebelum dilaksanakan pembelajaran tatap muka harus disiapkan segala sesuatunya yang terkait protokol kesehatan. Namun bukan sekadar prosedur 3M menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak tetapi adanya pendampingan dari guru selama anak berada di lingkungan sekolah agar pengawasan melekat bisa dilakukan.
Diakui dia pula, pembelajaran daring selama ini dinilainya kurang efektif karena tidak bisa membentuk karakter kejujuran dan kedisiplinan. Banyak tugas atau soal ulangan tidak dikerjakan secara utuh oleh siswa tetapi dibantu orangtua atau siapa pun orang dewasa yang memahami pelajaran yang sedang dihadapi.
"Artinya kita sedang melakukan upaya pendidikan ketidakjujuran. Padahal pendidikan membentuk karakter siswa seutuhnya baik akademis maupun sikap dan perilaku. Inilah nilai yang bertentangan akibat pembelajaran online atau daring," pungkasnya.