Jakarta (ANTARA) - Berbisnis memanfaatkan platform digital agaknya bisa menjadi pilihan yang tepat untuk mempertahankan bisnis di masa pandemi COVID-19 seperti sekarang ini, tatkala mobilitas orang dibatasi demi menyudahi penyebaran virus yang sejauh ini diketahui berawal dari Wuhan, China itu.
"Lebih mudah," kata Karlina Kurniawati, pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) pemilik toko online Avocadron ketika ditanya alasannya membuka toko online, saat acara bincang-bincang, Jumat (13/11).
Avocadron bermula ketika Karlina membutuhkan alpukat untuk menaikkan berat badan anaknya, ia kesulitan menemukan alpukat yang segar dan dalam kondisi baik di Jakarta.
Ketika ia menemukan alpukat kualitas baik di Yogyakarta dan menemukan cara untuk mendatangkannya dalam jumlah banyak, ide untuk berjualan pun muncul dan dimulai dengan menawarkannya via sistem pra-pemesanan (pre-order) ke teman-temannya melalui media sosial. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak orang yang tertarik membeli alpukat dari Avocadron.
Dari berjualan di media sosial, Karlina akhirnya tertarik membuka toko online karena selain mudah, platform jualan daring juga menawarkan jasa pengiriman yang sesuai dengan kebutuhan untuk pengiriman produk makanan segar.
"Waktu itu, ada pilihan pengiriman kurir instan. Ini sangat cocok dengan kebutuhan kami," kata Karlina.
Bagi Avocadron, membuka toko di platform online memberikan kemudahan-kemudahan yang tidak didapatkan ketika berjualan secara mandiri di media sosial, yakni mekanisme pemesanan dan manajemen produk.
Ketika berjualan di media sosial, Karlina mengaku mencatat dan memproses semua pesanan yang masuk sendiri, termasuk untuk urusan memesan kurir logistik. Begitu beralih ke marketplace, ia tidak perlu mengerjakan semua hal karena ada yang bisa dilakukan oleh sistem, termasuk untuk catatan pesanan yang masuk dan pilihan kurir pengiriman.
"Saya terbantu karena semua bisa dikerjakan dari rumah. Kurir pun bisa langsung pick-up (ambil) barang ke rumah," kata Karlina.
Selain manajemen toko, platform marketplace umumnya juga menawarkan fitur laporan bulanan sampai wawasan mengenai demografi konsumen. Avocadron misalnya, berdasarkan analisis jenis kelamin dan waktu berbelanja, memiliki konsumen mayoritas perempuan yang bekerja.
Hal-hal seperti itu akan membantu pemilik usaha untuk mengembangkan bisnisnya, misalnya menentukan produk baru yang akan disukai konsumen sampai memberikan promosi seperti potongan harga pada waktu-waktu tertentu.
Kisah Karlina hanyalah satu dari banyak kisah sukses pengusaha kecil Indonesia yang mampu bertahan di tengah pandemi lantaran tertolong dengan adanya ekosistem perdagangan digital di sejumlah platform digital, sebut saja Tokopedia, Gojek, Lazada, Bukalapak, dan banyak lainnya.
Masuk platform digital
Merchant Education Senior Lead Tokopedia, Pipit Indrawati, berpendapat bahwa pelaku usaha, khususnya UMKM bisa terus berjualan di tengah pandemi ini lewat platform digital.
Peluang yang ditawarkan lewat marketplace antara lain berupa jangkauan yang luas, hampir di seluruh Indonesia, banyak pilihan pengiriman dan fitur-fitur untuk mengelola dan mengembangkan toko.
Tokopedia juga berkolaborasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk pelatihan Digital Entrepreneurship Academy (DEA), bagian dari program Digital Talent Scholarship, antara lain untuk strategi berbisnis, pemasaran digital, dan cara membangun citra merk yang kuat.
DEA ini bertujuan memperkenalkan teknologi kepada pelaku UMKM dan mendorong mereka menggunakan platform digital untuk mengoptimalkan bisnis.
Kementerian Kominfo juga menggandeng Gojek untuk program “Digital Talent Scholarship 2020” yang bertujuan mempercepat ribuan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) go-digital.
Kepala Badan Litbang SDM Kemenkominfo Basuki Yusuf Iskandar mengatakan, kolaborasi ini sejalan dengan prioritas pemerintah, khususnya Kemenkominfo, dalam mendukung pertumbuhan ekonomi digital Indonesia.
"Kami mengapresiasi Gojek yang menjadi mitra Kominfo dalam memberikan pelatihan kewirausahaan bagi lebih dari 2.000 pelaku UMKM," kata Basuki.
Sementara itu, menurut survei dari Katadata Insight Center pada Juni lalu menujukkan sekitar 60 persen UMKM di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi memasarkan bisnis mereka di media sosial.
Katadata Insight Center juga membuat indeks kesiapan digital dari responden UMKM, hasilnya menunjukkan dalam skala 5, baru 3,6 yang siap masuk ke platform digital. Skor kesiapan digital tertinggi berasal dari kelompok usia di bawah 30 tahun, yakni 3,72.
Dorongan pemerintah
Dengan kondisi soal kesiapan digital di atas, jelas bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan untuk mendorong lebih banyak UMKM masuk platform digital dan beradaptasi dengan budaya berjualan online.
Kementerian Koperasi dan UKM pun sangat menyadari hal itu dan menyatakan ada empat tahap yang bakal dijalankan sebagai strategi digitalisasi UMKM, salah satunya adalah peningkatan kapasitas SDM UMKM. Kemenkop UKM memiliki program edukukm.id yang merupakan portal pelatihan untuk peningkatan kapasitas SDM yang bisa diakses secara daring dan gratis.
Sedangkan Kemenkominfo, selain melalui program DEA, pada Juli lalu mengumumkan program lainnya untuk mendukung UMKM dan usaha ultra mikro (UMi) berupa stimulis dalam menghadapi pandemi virus corona.
Kominfo memiliki program Scaling-Up UMKM/UMi, berupa pelatihan digital yang secara spesifik menyasar petani dan nelayan, untuk pengembangan dan pendampingan usaha.
Pemerintah juga mengadakan pelatihan bahasa Inggris dan pemasaran digital untuk UMKM/UMi dan pelaku usaha di desa wisata destinasi super prioritas.
Bukan hanya itu, Kementerian Koperasi dan UKM beberapa waktu lalu juga mengumumkan program Pahlawan Digital UMKM untuk mendorong UMKM masuk ke platform digital.
Digitalisasi UMKM dalam program Pahlawan Digital UMKM terbagi dalam empat langkah, pertama meningkatkan kapasitas pelaku UMKM dan kedua berupa program-program untuk perbaikan bisnis.
Langkah ketiga, berupa memperluas akses pasar, salah satunya bekerja sama dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) agar UMKM bisa menjadi vendor pengadaan barang dan jasa.
Langkah terakhir adalah glorifikasi pahlawan lokal pelaku UMKKM.
Penggagas Pahlawan Digital UMKM, Putri Tanjung, memaparkan baru sekitar 10-11 juta UMKM yang terhubung dengan ekosistem digital.
Pahlawan Digital mengkurasi anak-anak muda yang inovasinya dinilai benar-benar dapat membantu UMKM Indonesia, termasuk untuk masuk ke platform digital.
Dengan "serangan" dukungan dari berbagai penjuru, baik dalam pembangunan ekosistem--termasuk di dalamnya infrastruktur--, kemudian pelatihan, stimulus, kolaborasi dengan marketplace, dan dorongan berinovasi untuk digitalisasi UMKM, Indonesia harus yakin bakal menyongsong kebangkitan ekonomi digital yang kuat di masa mendatang.
Digitalisasi UMKM, langkah songsong kebangkitan ekonomi
Sabtu, 14 November 2020 16:36 WIB