Oleh Syamsuddin Hasan
Banjarmasin, (Antaranews.Kalsel) - Kepala Dinas Pendidikan Kalimantan Selatan, Ngadimun menyatakan, provinsinya merupakan pilot project pusat pelayanan autis, guna memberikan pelayanan terhadap anak berkebutuhan khusus, agar mereka juga mendapatkan pendidikan.
"Untuk itu, kita sedang menyiapkan Pusat Pelayanan Autis (PLA) tersebut," tandasnya kepada wartawan di sela-sela peringatan Hari Autis Sedunia Tahun 2014, di Banjarmasin, Minggu.
"Keberadaan PTA itu nanti untuk membantu masyarakat yang memiliki anak berkebutuhan khusus atau autis," lanjutnya saat meninjau tempat pendidikan berkebutuhan khusus tersebut di Jalan Perdagangan Komplek Bumi Indah Lestari II Kuin Utara Banjarmasin.
Selain itu, akan menjadi acuan atau studi banding bagi provinsi lain yang ingin membangun pusat pelayanan serupa bagi masyarakat di daerahnya, terutama yang berasal dari kalangan kurang mampu.
"Ini merupakan bentuk pelayanan pemerintah terhadap masyarakat, terutama yang berkebutuhan khusus dan berasal dari kalangan kurang mampu," ujarnya didampingi Kepala PLA Kalsel, Supriyono.
Namun, dia mengaku, sarana dan prasarana di PLA Kalsel tersebut masih sangat terbatas, terutama ruang kelas, sehingga tidak mampu menampung semua anak yang mendaftar.
"Karenanya dilakukan penambahan secara bertahap, agar tidak ada lagi daftar tunggu bagi anak yang memerlukan pelayanan di PLA tersebut," ujar mantan Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan (Disdik) Kalsel itu.
Selain itu, Disdik Kalsel bekerjasama dengan Dharma Wanita setempat, agar bisa memberikan sosialisasi tentang pendidikan bagi anak autis di provinsi yang terdiri 13 kabupaten/kota tersebut.
"Juga kita harapkan, agar kabupaten/kota bisa membangun pelayanan serupa, sehingga anak berkebutuhan khusus tidak menumpuk di PLA Kalsel," ujarnya.
Ketua Dharma Wanita Kalsel, Hj Agustina Arsyadi mengatakan, pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus ini sangat penting, agar mereka juga dapat menikmati pendidikan.
"Kita ingin masyarakat tetap menyayangi anak autis ini dan mengetahui kebutuhannya, termasuk pemerintah daerah untuk menyediakan pusat pelayanan serupa," katanya.
Kepala PLA Kalsel, Supriyono menambahkan, fasilitas di PLA Kalsel tersebut sudah memadai untuk memberikan pendidikan bagi anak autis, agar mereka bisa disalurkan ke sekolah inklusi atau reguler.
"Kita menggunakan sistem sekolah transisi, agar anak autis tersebut bisa disalurkan ke sekolah inklusi atau reguler," ucapnya.
Karena, ungkapnya, kapasitas PLA Kalsel masih sangat terbatas, hanya untuk melayani sekitar 50 orang anak, sementara daftar tunggu masih ada sekitar 81 orang yang harus ditangani.
"Kita sedang mengusul jadual agar anak berkebutuhan khusus mampu disalurkan ke sekolah inklusi, dengan terapi dan lainnya," lanjutnya.
"Apalagi PLA ini memberikan pelayanan gratis, terutama anak autis dari kalangan kurang mampu. Kalau yang mampu, bisa mengikuti terapi di klinik khusus yang mungkin tidak terjangkau bagi masyarakat kurang mampu," ujarnya.
Untuk itu, pendaftaran anak usia 3-6 tahun perlu dilakukan seleksi atau pemantauan guna menentukan tindakan terhadap anak, baik oleh dokter maupun psikologi.
"Kita atau PLA Kalsel memang memiliki tenaga psikolog, terapis dan fasilitas untuk menangani masalah tersebut, tetapi dengan jumlah terbatas," ujar Supriyono.