Barabai, (Antaranews Kalsel) - Korban banjir bandang yang terjadi di Desa Alat, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, sejak empat bulan lalu hingga kini masih bertahan di tenda pengungsian.
Salah seorang korban banjir bandang, Diansyah di Barabai, Minggu, mengungkapkan, hingga kini masih empat keluarga yang bertahan tinggal di dalam tenda karena belum mampu membangun rumah.
"Terpaksa kami tinggal di tenda ini karena belum mampu membangun rumah kembali," katanya.
Para korban yang masih berada di tenda pengungsian, antara lain keluarga Kasran dengan dua orang anggota keluarganya; Ruji bersama tiga orang anggota keluarga; Mastaiwiyah bersama empat orang anggota keluarga; dan Wahyu bersama tiga orang anggota keluarganya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, banjir bandang yang melanda Desa Alat Seberang, Kecamatan Hantakan, mengakibatkan 60 rumah warga rusak, dari jumlah tersebut, 33 di antaranya rusak berat dan 27 rusak ringan.
Warga yang kehilangan tempat tinggal mendapatkan bantuan tenda, sementara warga lainnya memilih untuk menginap di tempat keluarga hingga memiliki kemampuan membangun rumah mereka kembali.
"Kami sudah melalui dua hari raya, yaitu Idulfitri dan Iduladha di dalam tenda bersama keluarga, panas memang tetapi mau gimana lagi, mau nginap di tempat keluarga khawatir merepotkan sehingga memilih bersabar saja untuk menetap di tenda yang sudah mulai rusak," tutur Kasran.
Ia menjelaskan bahwa pendapatannya sebagai petani karet saat ini hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apalagi saat ini kondisi ekonomi, terutama harga, terpuruk semenjak banjir bandang beberapa waktu lalu.
"Jangankan untuk membangun rumah untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga saja mesti kerja keras ditambah harga karet yang selama ini masih jauh dari harapan," katanya.
Kondisi warga yang tinggal di tenda cukup memprihatinkan. Mereka memanfaatkan ruang tenda yang sempit untuk berbagi dengan anggota keluarga lainnya, menempatkan barang dan alat rumah tangga.
Selain itu, beberapa bagian atap tenda sudah bocor dan rapuh akibat terjemur panas matahari tiap harinya.
Beberapa warga yang tetap bertahan ini sangat mengharapkan bantuan baik dari Pemerintah Kabupaten HST maupun Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, terutama untuk membangun kembali rumah mereka.
"Kita berharap mendapatkan bantuan tempat tinggal yang layak huni, terutama bagi warga yang mengalami kerusakan parah di bantaran sungai, yang tersisa tinggal fondasi rumah," katanya.