Profesi sebagai guru memang begitu banyak digeluti orang, yang pekerjaannya tentu memberikan pelajaran kepada muridnya sesuai keilmuannya, dan ada yang menjalaninya biasa biasa saja tetapi ada yang harus ekstra kerja.

Kerja yang harus beda dengan guru kebanyakan itu adalah guru yang murid muridnya disebut penyandang cacat (difabel) khususnya grahita atau cacat mental.

Bagaimana tidak, karena apa yang disampaikan tidak serta merta bisa dimengerti, walau harus berulang ulang pun dilajari tak juga bisa bisa, makanya mengajarkan ilmu kepada mereka ini harus sabar, telaten, dan yang lebih peting tidak boleh emosi.

Itulah yang ditekuni oleh guru keterampilan pada murid penyandang cacat, Subakti (49 tahun) ini, warga Kompleks Pembangunan I, Jalan Saka Arba No 5 Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Ini.

Penggemar olahraga sepeda dan petualangan kehutan ini mengakui untuk memberi pelajaran kepada penyandang cacat mental beda dibandingkan dengan murid dengan jenis penyandang cacat lainnya seperti, seperti murid yang tuna rungu.

Yang tuna guru itu kan tidak mendengar saja, tetapi jika kita memberikan contoh-contoh mereka sudah mengerti.

Tetapi jika muridnya itu cacat mental, harus berulang-ulang pelajaran diberikan baru mereka bisa menerima pelajaran tersebut, itupun sebagian tak bisa mengerti juga.

Oleh karena itu kata Subekti yang mengajar di SMA LB Dharma Wanita Banjarmasin dan Sekolah Luar Biasa (SLB) Madana Dun Ya, jalan Abuya Kayu Tangi ini pekerjaan tersebut ditekuni dengan sabar dan ikhlas, terutama harus ada perasaan kemanusiaan yang tinggi.

Subekti yang kelahiran Surabaya, 16 Mei 1970 tersebut mengajarkan tentang keterampilan, seperti gantungan kunci, mainan anak-anak, dan aneka keterampilan lainnya, yang memanfaatkan limbah-limbah kayu yang banyak terdapat di Kalsel.

Lebih khusus keterampilan limbah kayu diolah aneka souvenir yang bisa menjadi oleh-oleh bagi para wisatawan yang datang ke Banjarmasin ini. "Sayang limbah-limbah kayu itu kalau tidak dimanfaatkan," katanya.

 

Pewarta: Hasan Zainuddin

Editor : Gunawan Wibisono


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019