Program Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) melalui Toko Tani Indonesia (TTI) sukses stabilkan harga pangan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST).
Kabid Ketahanan Pangan Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan HST Aidi Murahman, Selasa (12/3) di Barabai menyampaikan, program Nasional PUPM ini telah ada di HST sejak tahun 2016 yang dikelola oleh Gapoktan dengan pengemasan beras jenis medium.
"Tahun 2018 yang lalu, Dua Gapoktan mendapatkan bantuan modal dan operasional sebesar Rp160 juta dari pusat yaitu gapoktan Arus Mengalir dari Desa Tabudarat Hilir dan Gapoktan Sinar Bahagia dari Desa Birayang Surapati," katanya.
Dua Gapoktan itu berhasil, dari target 35 Ton berhasil mengembangkan pertanian melalui pengemasan beras sebesar 37 ton dan Tahun 2019 ini kembali mendapatkan bantuan sebesar Rp 60 juta untuk operasional dengan target 50 Ton, jika target tidak bisa dicapai maka bantuan itu harus dikembalikan.
"Beras-beras itu dipasarkan di TTI dengan harga Rp 8.800 per kilogram dan TTI hanya boleh mengambil keuntungan sebesar Rp 400 rupiah karena tujuannya untuk menstabilkan harga pangan," katanya.
Dalam menjalankan program TTI setiap Gapoktan mendapat dana bantuan pengembangan dari pusat. Uang diberikan untuk menggerakkan kegiatan sekaligus subsidi dalam pengadaan barang khususnya bahan pangan.
Setelah memiliki uang dari dana bantuan, maka selanjutnya TTI bisa membeli beras untuk ditampung dan dijual. Harga jual telah ditentukan lebih rendah dari pasaran. Kebijakan tersebut diambil mengingat keberadaan TTI untuk membantu pemerintah menyediakan barang dan harga murah kebutuhan pangan.
Beras yang dijual TTI juga harus terjangkau masyarakat. Tidak boleh mahal tapi lebih rendah dari harga pasaran karena fungsinya memang menstabilkan harga.
Sampai sekarang sudah ada Gapoktan yang mandiri dan terus mendapatkan pembinaan serta terus dikembangkan usahanya agar lebih maju.
Keberadaan TTI yang sudah berjalan sekarang terus dipantau dan menunjukan perkembangan kemajuan signifikan. Stok dan suplai beras melimpah untuk kemudian dijual ke masyarakat.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Kabid Ketahanan Pangan Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan HST Aidi Murahman, Selasa (12/3) di Barabai menyampaikan, program Nasional PUPM ini telah ada di HST sejak tahun 2016 yang dikelola oleh Gapoktan dengan pengemasan beras jenis medium.
"Tahun 2018 yang lalu, Dua Gapoktan mendapatkan bantuan modal dan operasional sebesar Rp160 juta dari pusat yaitu gapoktan Arus Mengalir dari Desa Tabudarat Hilir dan Gapoktan Sinar Bahagia dari Desa Birayang Surapati," katanya.
Dua Gapoktan itu berhasil, dari target 35 Ton berhasil mengembangkan pertanian melalui pengemasan beras sebesar 37 ton dan Tahun 2019 ini kembali mendapatkan bantuan sebesar Rp 60 juta untuk operasional dengan target 50 Ton, jika target tidak bisa dicapai maka bantuan itu harus dikembalikan.
"Beras-beras itu dipasarkan di TTI dengan harga Rp 8.800 per kilogram dan TTI hanya boleh mengambil keuntungan sebesar Rp 400 rupiah karena tujuannya untuk menstabilkan harga pangan," katanya.
Dalam menjalankan program TTI setiap Gapoktan mendapat dana bantuan pengembangan dari pusat. Uang diberikan untuk menggerakkan kegiatan sekaligus subsidi dalam pengadaan barang khususnya bahan pangan.
Setelah memiliki uang dari dana bantuan, maka selanjutnya TTI bisa membeli beras untuk ditampung dan dijual. Harga jual telah ditentukan lebih rendah dari pasaran. Kebijakan tersebut diambil mengingat keberadaan TTI untuk membantu pemerintah menyediakan barang dan harga murah kebutuhan pangan.
Beras yang dijual TTI juga harus terjangkau masyarakat. Tidak boleh mahal tapi lebih rendah dari harga pasaran karena fungsinya memang menstabilkan harga.
Sampai sekarang sudah ada Gapoktan yang mandiri dan terus mendapatkan pembinaan serta terus dikembangkan usahanya agar lebih maju.
Keberadaan TTI yang sudah berjalan sekarang terus dipantau dan menunjukan perkembangan kemajuan signifikan. Stok dan suplai beras melimpah untuk kemudian dijual ke masyarakat.
Editor : Hasan Zainuddin
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019