Buah hutan yang selama ini menjadi makanan berbagai macam satwa dan juga menjadi makanan masyarakat sekitarnya kian langka di beberapa lokasi pedalaman Kalimantan Selatan.


  Seperti penuturan Ketua RT 7 Desa Panggung, Kecamatan Paringin Selatan, Kabupaten Balangan Senin, Mursidi hilangnya buah hutan tersebut lantaran populasi pohon tersebut yang juga kian langka.

Masalahnya, berbagai pohon di hutan di tebang untuk keperluan bahan bangunan penduduk setempat, bahkan ada yang ditebang untuk diperjual belikan oleh para cukong kayu.

Akibat terus dilakukan penebangan maka berbagai kayu hutan yang menghasilkan buah juga menjadi kian langka, apalagi buah-buah hutan tersebut batang kayunya termasuk besar, sehingga menggiurkan bagi pengusaha kayu olahan.

Sebagai contoh saja, pohon mangga tandui (pamily Mangefira SP) sudah hampir tak ditemui lagi, padahal buah pohon tersebut walau agak kecut tetapi sangat enak untuk dibuat rujak.

Pohon tandui banyak dicari penebang kayu untuk dibuat papan, lantaran pohonnya besar dan agak lurus tidak bengkok-bengkok, sehingga paling baik dibuat papan, atau kayu olahan lainnya.

Selain pohon tandui yang langka sekarang ini juga pohon mintaus, pohon kumbayau, pohon kepayang, pohon jantungan, pohon sangkuang, pohon asam hurang, dan pohon binjai.

Bahkan sekarang jangankan pohon buah hutan yang kayunya baik, pohon jingah atau pohon kupang saja sudah ditebang pula, padahal untuk pohon jingah tadinya tak satupun berani penebangnya lantaran getah kayu tersebut mengandung racun yang bisa membuat kulitmenjadi gatal dan terkelupas.

Kian dicarinya pohon buah hutan tersebut setelah berbagai jenis pohon di hutan seperti kayu bernilai ekonomis meranti, kruing, ulin, blangiran, balau, sungkai, dan kayu ekonomis lainnya sudah habis di hutan setelah dibabat duluan.

  Akibat pohon buah hutan tersebut banyak yang hilang maka berbagai macam satwa kehilangan makannya, terutama berbagai jenis monyet yang akhirnya mereka menghantam kebun penduduk setempat./D/D.

Pewarta:

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2012