Tanjung, (Antaranews.Kalsel) - Zainal (24) sudah empat tahun tercatat sebagai warga binaan di Lembaga Permasyarakatan Klas III Tanjung, Kabupaten Tabalong.
Pemuda asal Desa Pematang Kecamatan Gambut ini biasa disapa Tuhung oleh petugas maupun penghuni lapas lainnya.
Bersama tiga warga binaan lainnya Zainal terlihat asyik membuat pola di atas papan triplek dalam sebuah bengkel kerja milik lembaga permasyarakatan ini.
Berbagai alat dan aneka bahan pertukangan memenuhi meja yang ada di hadapan pemuda berpostur tinggi kurus ini.
Di samping Zainal tiga warga binaan lapas lainnya Azhar, Bagus dan Alwianor asyik memotong, mengamplas hingga mengecat bahan miniatur.
Rencananya potongan kayu ini dirangkai menjadi miniatur Tugu Obor atau Monumen Tanjung Puri maskot Kabupaten Tabalong.
Miniatur karya warga binaan cukup populer sebagai salah satu souvenir andalan 'Bumi Saraba Kawa' bagi tamu sejumlah instansi.
Ya, meski berada di dalam Lapas para terpidana ini bangga bisa mendapatkan keterampilan di bidang pertukangan.
"Satu bulan biasanya kita dapat pesanan lima sampai tujuh minatur," jelas Zainal.
Sejak memiliki keterampilan membuat miniatur, Zainal mengaku lebih banyak menghabiskan waktunya di bengkel kerja.
Pukul 09.00 wita sampai 12.00 wita Zainal mulai sibuk di bengkel kerja jika ada pesanan miniatur.
Miniatur olahannya dijual Rp250 ribu sampai Rp500 ribu per buah tergantung besar kecilnya.
Uang hasil penjualan pun jadi modal Zainal membeli kebutuhan sehari - hari selama di lapas.
Teknik membuat miniatur Tugu Obor dari kayu Zainal peroleh 2016 dalam program pelatihan pengembangan usaha bagi warga binaan oleh PT Adaro Indonesia.
Selama tiga tahun ia mengasah kemampuannya membuat miniatur dengan bimbingan instruktur dari Pusat Latihan Kerja Disnaker Tabalong.
Sadar akan pentingnya kemandirian sebagai bekal setelah bebas nanti jadi motivasi Zainal menempa diri menjadi perajin.
Setelah menyelesaikan masa hukuman Zainal tak ingin membebani orangtuanya yang hanya buruh tani.
Program tanggungjawab sosial Adaro diakui Zainal sebagai berkah bagi dirinya maupun penghuni lapas lainnya agar bisa mandiri saat menyelesaikan masa hukuman.
Kepala Lapas Klas III Tabalong Herliandi menuturkan Zainal salah satu sosok warga binaan yang sukses menjadi perajin miniatur dan karyanya sudah sampai ke wilayah Pulau Jawa, Sulawesi dan Nusa Tenggara Barat.
Selain Zainal ada beberapa mantan penghuni lapas yang sudah merintis usaha sendiri maupun ikut bekerja di sejumlah perajin.
Tak hanya bidang perkayuan pengembangan wirausaha melalui dana CSR Adaro juga kenalkan keterampilan baru berupa pembuatan kain sasirangan.
"Keterampilan ini peluang pekerjaan bagi para warga binaan saat bebas nanti " ungkap Herliandi.
Kepala Seksi CSR PT Adaro Indonesia Yuri Budhi Sujalmi mengakui pelatihan pengembangan usaha bagi warga binaan ini mampu meningkatkan kemandirian penghuni lapas.
Terbukti banyak penghuni lapas yang punya bakat membuat miniatur dari kayu, anyaman purun dan kerajinan sasirangan sekarang bisa mandiri setelah bebas.
"Penghuni lapas yang sudah punya keterampilan juga bisa menularkan kebolehannya kepada warga binaan lainnya," jelas Yuri.
Program pengembangan usaha bagi warga binaan yang diinisiasi Adaro juga berlanjut pada 2017 dan 2018 berupa pelatihan pertukangan dan pembuatan kain sasirangan.
Selama tujuh hari para penghuni lapas dilatih dan ditempa agar jadi wirausaha mandiri.Keterampilan yang dimiliki warga binaan ini bisa jadi lapangan kerja bagi mereka sendiri dan lebih siap hidup berbaur dengan masyarakat.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018
Pemuda asal Desa Pematang Kecamatan Gambut ini biasa disapa Tuhung oleh petugas maupun penghuni lapas lainnya.
Bersama tiga warga binaan lainnya Zainal terlihat asyik membuat pola di atas papan triplek dalam sebuah bengkel kerja milik lembaga permasyarakatan ini.
Berbagai alat dan aneka bahan pertukangan memenuhi meja yang ada di hadapan pemuda berpostur tinggi kurus ini.
Di samping Zainal tiga warga binaan lapas lainnya Azhar, Bagus dan Alwianor asyik memotong, mengamplas hingga mengecat bahan miniatur.
Rencananya potongan kayu ini dirangkai menjadi miniatur Tugu Obor atau Monumen Tanjung Puri maskot Kabupaten Tabalong.
Miniatur karya warga binaan cukup populer sebagai salah satu souvenir andalan 'Bumi Saraba Kawa' bagi tamu sejumlah instansi.
Ya, meski berada di dalam Lapas para terpidana ini bangga bisa mendapatkan keterampilan di bidang pertukangan.
"Satu bulan biasanya kita dapat pesanan lima sampai tujuh minatur," jelas Zainal.
Sejak memiliki keterampilan membuat miniatur, Zainal mengaku lebih banyak menghabiskan waktunya di bengkel kerja.
Pukul 09.00 wita sampai 12.00 wita Zainal mulai sibuk di bengkel kerja jika ada pesanan miniatur.
Miniatur olahannya dijual Rp250 ribu sampai Rp500 ribu per buah tergantung besar kecilnya.
Uang hasil penjualan pun jadi modal Zainal membeli kebutuhan sehari - hari selama di lapas.
Teknik membuat miniatur Tugu Obor dari kayu Zainal peroleh 2016 dalam program pelatihan pengembangan usaha bagi warga binaan oleh PT Adaro Indonesia.
Selama tiga tahun ia mengasah kemampuannya membuat miniatur dengan bimbingan instruktur dari Pusat Latihan Kerja Disnaker Tabalong.
Sadar akan pentingnya kemandirian sebagai bekal setelah bebas nanti jadi motivasi Zainal menempa diri menjadi perajin.
Setelah menyelesaikan masa hukuman Zainal tak ingin membebani orangtuanya yang hanya buruh tani.
Program tanggungjawab sosial Adaro diakui Zainal sebagai berkah bagi dirinya maupun penghuni lapas lainnya agar bisa mandiri saat menyelesaikan masa hukuman.
Kepala Lapas Klas III Tabalong Herliandi menuturkan Zainal salah satu sosok warga binaan yang sukses menjadi perajin miniatur dan karyanya sudah sampai ke wilayah Pulau Jawa, Sulawesi dan Nusa Tenggara Barat.
Selain Zainal ada beberapa mantan penghuni lapas yang sudah merintis usaha sendiri maupun ikut bekerja di sejumlah perajin.
Tak hanya bidang perkayuan pengembangan wirausaha melalui dana CSR Adaro juga kenalkan keterampilan baru berupa pembuatan kain sasirangan.
"Keterampilan ini peluang pekerjaan bagi para warga binaan saat bebas nanti " ungkap Herliandi.
Kepala Seksi CSR PT Adaro Indonesia Yuri Budhi Sujalmi mengakui pelatihan pengembangan usaha bagi warga binaan ini mampu meningkatkan kemandirian penghuni lapas.
Terbukti banyak penghuni lapas yang punya bakat membuat miniatur dari kayu, anyaman purun dan kerajinan sasirangan sekarang bisa mandiri setelah bebas.
"Penghuni lapas yang sudah punya keterampilan juga bisa menularkan kebolehannya kepada warga binaan lainnya," jelas Yuri.
Program pengembangan usaha bagi warga binaan yang diinisiasi Adaro juga berlanjut pada 2017 dan 2018 berupa pelatihan pertukangan dan pembuatan kain sasirangan.
Selama tujuh hari para penghuni lapas dilatih dan ditempa agar jadi wirausaha mandiri.Keterampilan yang dimiliki warga binaan ini bisa jadi lapangan kerja bagi mereka sendiri dan lebih siap hidup berbaur dengan masyarakat.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018