Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Jaksa Agung RI HM Prasetyo membawa serta lima Dokter Spesialis Bedah untuk mendukung pelaksanaan bhakti sosial kesehatan operasi hernia dan katarak di Kalimantan Selatan.
"Saya apresiasi kepada para dokter yang setiap saat bersedia kita ajak memberikan sentuhan bantuan kepada masyarakat dalam pelaksanaan operasi secara gratis ini," ucap Prasetyo di Banjarbaru, Sabtu.
Selain Dokter Bedah, Kejaksaan Agung RI juga membawa sejumlah Dokter Anestesi yang bekerja secara simultan untuk melakukan operasi katarak dan hernia selama dua hari, yakni Jumat (26/10) dan Sabtu (27/10). Dimana pelaksanaan operasi hernia sendiri telah didaftarkan untuk memecahkan rekor yang tercatat dalam Museum Rekor-Dunia Indonesia atau MURI sebagai operasi hernia terbanyak dalam sehari dan Wakil Direktur MURI Osmar Sementa Susilo hadir langsung untuk menyerahkan rekor MURI yang rencananya dilakukan pada Minggu (28/10).
Panitia dari Kejaksaan Tinggi Kalsel mencatat ada 42 orang yang terdaftar sebagai pasien operasi hernia di Rumah Sakit Idaman Banjarbaru. Sedangkan untuk operasi katarak yang dilaksanakan di Kantor Kejaksaan Negeri Banjarbaru sebanyak 230 orang.
Untuk tim dokter lokal, Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel menerjunkan dokter-dokter terbaik dari Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin, RSUD Dr HM Ansari Saleh dan Rumah Sakit Idaman Banjarbaru.
Jaksa Agung menuturkan, bhakti sosial itu sebagai wujud kepedulian dan kehadiran negara di tengah masyarakat oleh Kejaksaan.
"Kita punya program ini dan alhamdulilah sudah dilaksanakan di sejumlah daerah. Selain di Kalsel, terlaksana juga di Surabaya, Wonogiri, Sukabumi, Lampung, Palangkaraya, dan Kepulauan Riau," paparnya. Prasetyo pun berujar jika ternyata masih banyak masyarakat yang memerlukan sentuhan bantuan.
"Kita ingin sedikit ikut membantu memecahkan problem sosial. Ada masyarakat yang tidak bisa beraktivitas sendiri karena menderita penyakit katarak dan hernia. Namun setelah dioperasi, mereka bisa lebih mandiri dan mengurus dirinya sendiri. Ternyata juga banyak anak kecil bahkan bayi tentu ini masalah masa depan mereka yang harus diselamatkan," tuturnya. Orang nomor satu di Korps Adhyaksa itu juga memastikan operasi katarak dan hernia gratis dapat meringankan beban pemerintah. Bahkan dengan kemampuan seadanya, Kejaksaan juga memberikan sedikit bantuan bagi pasien.
"Dengan kegiatan ini kami juga ingin mengurangi jarak antara penegak hukum dan masyarakat. Jadi jaksa bukan hanya sekadar menghukum orang tapi bisa membantu warga dalam banyak hal di luar urusan memberikan pelayanan hukum," pungkasnya. Kehadiran Jaksa Agung di Bumi Lambung Mangkurat didampingi sang istri Ros Ellyana Prasetyo selaku Ketua Umum Ikatan Adhyaksa Dharmakarini (IAD) yang pada kesempatan itu meresmikan pendirian lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Adhyaksa Banjarbaru yang berlokasi di areal Kejari Banjarbaru.
Selain itu, Jaksa Agung dan istri juga memberikan sejumlah penghargaan kepada siswa berprestasi tingkat nasional dan menyerahkan bantuan berupa mikroskop kepada empat sekolah. Kemudian Kepala Kejaksaan Tinggi Kalimantan Selatan (Kajati Kalsel) Ade Adhyaksa didampingi Kajari Banjarbaru Silvia Desty Rosalina turut memberikan penghargaan untuk stasiun radio dan televisi yang telah menyukseskan program dialog interaktif Jaksa Menyapa dan Halo Jaksa.
Kegiatan Jaksa Agung selama di Banjarbaru tersebut dikawal Kapolda Kalsel Irjen Pol Yazid Fanani dan Kapolres Banjarbaru AKBP Kelana Jaya serta turut dihadiri Wali Kota Banjarbaru Nadjmi Adhani dan Wakilnya Darmawan Jaya Setiawan. Di sisi lain, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel HM Muslim mengaku apa yang telah dilakukan Kejaksaan Agung melalui Kejati Kalsel itu mendorong pihaknya untuk mendata lagi penderita hernia di daerah.
"Ternyata banyak penderita hernia yang tak terdata. Karena ranahnya di rumah sakit, jadi di puskesmas tidak banyak datanya. Faktanya saat ini, penderita hernia cukup banyak dan bahkan ada anak-anak pula yang umumnya bawaan dan faktor gizi juga berpengaruh. Kalau dewasa terkait perilaku pekerjaan," jelasnya didampingi Direktur Rumah Sakit Idaman Banjarbaru dr Hj Endah Labaty Silapurna.
Sementara salah satu orangtua pasien Rusmiati sangat berterima kasih atas bantuan Kejaksaan yang telah mengadakan operasi gratis pada anaknya Muhammad Rusdi (5).
"Kalau pakai duit sendiri tidak mampu karena pernah kami tanya biayanya Rp 15 juta. Jadi kami sangat bersyukur dan berterima kasih," ungkap warga Sungkai, Kabupaten Banjar yang sehari-harinya bekerja sebagai penurih getah itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018
"Saya apresiasi kepada para dokter yang setiap saat bersedia kita ajak memberikan sentuhan bantuan kepada masyarakat dalam pelaksanaan operasi secara gratis ini," ucap Prasetyo di Banjarbaru, Sabtu.
Selain Dokter Bedah, Kejaksaan Agung RI juga membawa sejumlah Dokter Anestesi yang bekerja secara simultan untuk melakukan operasi katarak dan hernia selama dua hari, yakni Jumat (26/10) dan Sabtu (27/10). Dimana pelaksanaan operasi hernia sendiri telah didaftarkan untuk memecahkan rekor yang tercatat dalam Museum Rekor-Dunia Indonesia atau MURI sebagai operasi hernia terbanyak dalam sehari dan Wakil Direktur MURI Osmar Sementa Susilo hadir langsung untuk menyerahkan rekor MURI yang rencananya dilakukan pada Minggu (28/10).
Panitia dari Kejaksaan Tinggi Kalsel mencatat ada 42 orang yang terdaftar sebagai pasien operasi hernia di Rumah Sakit Idaman Banjarbaru. Sedangkan untuk operasi katarak yang dilaksanakan di Kantor Kejaksaan Negeri Banjarbaru sebanyak 230 orang.
Untuk tim dokter lokal, Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel menerjunkan dokter-dokter terbaik dari Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin, RSUD Dr HM Ansari Saleh dan Rumah Sakit Idaman Banjarbaru.
Jaksa Agung menuturkan, bhakti sosial itu sebagai wujud kepedulian dan kehadiran negara di tengah masyarakat oleh Kejaksaan.
"Kita punya program ini dan alhamdulilah sudah dilaksanakan di sejumlah daerah. Selain di Kalsel, terlaksana juga di Surabaya, Wonogiri, Sukabumi, Lampung, Palangkaraya, dan Kepulauan Riau," paparnya. Prasetyo pun berujar jika ternyata masih banyak masyarakat yang memerlukan sentuhan bantuan.
"Kita ingin sedikit ikut membantu memecahkan problem sosial. Ada masyarakat yang tidak bisa beraktivitas sendiri karena menderita penyakit katarak dan hernia. Namun setelah dioperasi, mereka bisa lebih mandiri dan mengurus dirinya sendiri. Ternyata juga banyak anak kecil bahkan bayi tentu ini masalah masa depan mereka yang harus diselamatkan," tuturnya. Orang nomor satu di Korps Adhyaksa itu juga memastikan operasi katarak dan hernia gratis dapat meringankan beban pemerintah. Bahkan dengan kemampuan seadanya, Kejaksaan juga memberikan sedikit bantuan bagi pasien.
"Dengan kegiatan ini kami juga ingin mengurangi jarak antara penegak hukum dan masyarakat. Jadi jaksa bukan hanya sekadar menghukum orang tapi bisa membantu warga dalam banyak hal di luar urusan memberikan pelayanan hukum," pungkasnya. Kehadiran Jaksa Agung di Bumi Lambung Mangkurat didampingi sang istri Ros Ellyana Prasetyo selaku Ketua Umum Ikatan Adhyaksa Dharmakarini (IAD) yang pada kesempatan itu meresmikan pendirian lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Adhyaksa Banjarbaru yang berlokasi di areal Kejari Banjarbaru.
Selain itu, Jaksa Agung dan istri juga memberikan sejumlah penghargaan kepada siswa berprestasi tingkat nasional dan menyerahkan bantuan berupa mikroskop kepada empat sekolah. Kemudian Kepala Kejaksaan Tinggi Kalimantan Selatan (Kajati Kalsel) Ade Adhyaksa didampingi Kajari Banjarbaru Silvia Desty Rosalina turut memberikan penghargaan untuk stasiun radio dan televisi yang telah menyukseskan program dialog interaktif Jaksa Menyapa dan Halo Jaksa.
Kegiatan Jaksa Agung selama di Banjarbaru tersebut dikawal Kapolda Kalsel Irjen Pol Yazid Fanani dan Kapolres Banjarbaru AKBP Kelana Jaya serta turut dihadiri Wali Kota Banjarbaru Nadjmi Adhani dan Wakilnya Darmawan Jaya Setiawan. Di sisi lain, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel HM Muslim mengaku apa yang telah dilakukan Kejaksaan Agung melalui Kejati Kalsel itu mendorong pihaknya untuk mendata lagi penderita hernia di daerah.
"Ternyata banyak penderita hernia yang tak terdata. Karena ranahnya di rumah sakit, jadi di puskesmas tidak banyak datanya. Faktanya saat ini, penderita hernia cukup banyak dan bahkan ada anak-anak pula yang umumnya bawaan dan faktor gizi juga berpengaruh. Kalau dewasa terkait perilaku pekerjaan," jelasnya didampingi Direktur Rumah Sakit Idaman Banjarbaru dr Hj Endah Labaty Silapurna.
Sementara salah satu orangtua pasien Rusmiati sangat berterima kasih atas bantuan Kejaksaan yang telah mengadakan operasi gratis pada anaknya Muhammad Rusdi (5).
"Kalau pakai duit sendiri tidak mampu karena pernah kami tanya biayanya Rp 15 juta. Jadi kami sangat bersyukur dan berterima kasih," ungkap warga Sungkai, Kabupaten Banjar yang sehari-harinya bekerja sebagai penurih getah itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018