Rantau (Antaranews Kalsel) - Pemerintah Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan "menyulap" areal bekas pertambangan menjadi lahan pertanian produktif yang bisa ditanami berbagai jenis tanaman, seperti padi, jagung, dan kedelai.
Penjabat Bupati Tapin Gusti Syahyar di Rantau, Selasa, mengatakan keberhasilan itu menjadi terobosan luar biasa karena bisa memanfaatkan areal bekas tambang menjadi lahan pertanian produktif.
"Kami sangat gembira karena lahan bekas tambang bisa dijadikan kawasan pertanian produktif dan keberhasilan ini semoga bisa meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani," ujarnya.
Syahyar yang didampingi Kepala Dinas Pertanian Tapin Wagimin itu, menyebut keberhasilan mengubah bekas tambang menjadi lahan pertanian produktif sebagai yang pertama di Kalsel.
"Keberhasilan ini merupakan satu-satunya di Kalsel sekaligus membuktikan lahan bekas pertambangan bisa dijadikan lahan pertanian produktif yang ditanami berbagai tanaman," ungkapnya.
Ia mengatakan keberhasilan itu juga menghilangkan anggapan masyarakat bahwa pertambangan hanya meninggalkan lahan mati dan tidak bisa dimanfaatkan lagi.
Dia menjelaskan ke depan, keberhasilan perdana yang dilakukan di Desa?Tarungin, Kecamatan Hatungun itu menjadi contoh memperluas pengembangan lahan pertanian di bekas area tambang.
"Luasan lahan bekas tambang yang dijadikan lahan pertanian produktif, yakni dua hektare dan bisa ditanami tanaman produktif, seperti padi, jagung, dan kedelai," ucapnya.
Wagimin mengatakan pemanfaatan lahan bekas tambang itu secara tidak langsung membantu pelestarian alam berupa penghijauaan kembali lahan-lahan yang tidak produktif.
Panen percontohan demplot tanaman jagung, kedelai, dan padi Gogo di lahan bekas areal tambang memberikan keuntungan cukup besar bagi petani setempat.
Dia mengatakan ubinan jagung yang dihasilkan pada panen perdana selama 104 hari setelah tanam seluas 2,5 meter kali 2,5 meter bobot?tongkol 5.141 gram (8.225) ton per hektare.
Bobot pipilan basah menghasilkan 3.993 gram (6.389) ton per hektare dan setelah dikeringkan mencapai 74.39 persen menjadi 4.753 ton per hektare.
"Hasil dari produksi jagung 4.753 ton, petani memperoleh hasil kotor Rp14,7 juta dengan harga Rp3 ribu per kg dan biaya produksi Rp4,38 juta didapat hasil bersih Rp10,3 juta," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018
Penjabat Bupati Tapin Gusti Syahyar di Rantau, Selasa, mengatakan keberhasilan itu menjadi terobosan luar biasa karena bisa memanfaatkan areal bekas tambang menjadi lahan pertanian produktif.
"Kami sangat gembira karena lahan bekas tambang bisa dijadikan kawasan pertanian produktif dan keberhasilan ini semoga bisa meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani," ujarnya.
Syahyar yang didampingi Kepala Dinas Pertanian Tapin Wagimin itu, menyebut keberhasilan mengubah bekas tambang menjadi lahan pertanian produktif sebagai yang pertama di Kalsel.
"Keberhasilan ini merupakan satu-satunya di Kalsel sekaligus membuktikan lahan bekas pertambangan bisa dijadikan lahan pertanian produktif yang ditanami berbagai tanaman," ungkapnya.
Ia mengatakan keberhasilan itu juga menghilangkan anggapan masyarakat bahwa pertambangan hanya meninggalkan lahan mati dan tidak bisa dimanfaatkan lagi.
Dia menjelaskan ke depan, keberhasilan perdana yang dilakukan di Desa?Tarungin, Kecamatan Hatungun itu menjadi contoh memperluas pengembangan lahan pertanian di bekas area tambang.
"Luasan lahan bekas tambang yang dijadikan lahan pertanian produktif, yakni dua hektare dan bisa ditanami tanaman produktif, seperti padi, jagung, dan kedelai," ucapnya.
Wagimin mengatakan pemanfaatan lahan bekas tambang itu secara tidak langsung membantu pelestarian alam berupa penghijauaan kembali lahan-lahan yang tidak produktif.
Panen percontohan demplot tanaman jagung, kedelai, dan padi Gogo di lahan bekas areal tambang memberikan keuntungan cukup besar bagi petani setempat.
Dia mengatakan ubinan jagung yang dihasilkan pada panen perdana selama 104 hari setelah tanam seluas 2,5 meter kali 2,5 meter bobot?tongkol 5.141 gram (8.225) ton per hektare.
Bobot pipilan basah menghasilkan 3.993 gram (6.389) ton per hektare dan setelah dikeringkan mencapai 74.39 persen menjadi 4.753 ton per hektare.
"Hasil dari produksi jagung 4.753 ton, petani memperoleh hasil kotor Rp14,7 juta dengan harga Rp3 ribu per kg dan biaya produksi Rp4,38 juta didapat hasil bersih Rp10,3 juta," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018